5 Hal Mengagumkan yang Dapat Kamu Jumpai saat Mengunjungi TN Tambora

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
Konten dari Pengguna
9 Agustus 2020 13:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kaldera Tambora dari Puncak Tubir atau Gigiran Kaldera Piong (Sanggar). Foto: Harley Sastha
zoom-in-whitePerbesar
Kaldera Tambora dari Puncak Tubir atau Gigiran Kaldera Piong (Sanggar). Foto: Harley Sastha
ADVERTISEMENT
Dua abad setelah letusan hebatnya pertengahan April 1815, sang ‘raksasa’ Gunung Tambora di Semenanjung Sanggar telah resmi ditetapkan sebagai Taman Nasional Tambora, pada 11 April 2015. Ini menjadi bukti, kalau kawasan Tambora, bernila penting bagi alam, peradaban, dan manusia. Alamnya yang agung serta reputasi letusannya yang menggetarkan dunia, adalah sebagian alasan Tambora menjadi taman nasional.
ADVERTISEMENT
Letusannya yang maha dahsyat, menjadikannya sebagai letusan gunung api terbesar dalam sejarah manusia modern yang terekam. Bahkan terbesar dalam 10.000 tahun terakhir.
Nama besar Tambora, setelah lebih dari 200 tahun letusannya, kini semakin menggema kembali, melintas batas benua. Memanggil jiwa-jiwa petualang dari seluruh penjuru negeri untuk menyambanginya. Berikut lima hal luar biasa dan mengagumkan yang dapat kamu jumpai saat mengunjunginya.
1. Kaldera Raksasa
Setelah meletus hebat 10-12 April 1815, Gunung Tambora memiliki kaldera bebentuk lingkarang nyaris sempurna dengan diameter lebih dari 7 kilomter dan kedalaman 1,4 kilometer – menjadikannya sebagai kaldera gunung api aktif terdalam di dunia. Siapa pun yang berdiri di gigiran atau tubir kalderanya, niscaya akan berdecak kagum melihat fenomena dan atraksi alam yang tersaji. Kaldera berbentuk cawan raksasan yang eksotis dan memesona.
Kaldera Tambora dari puncak tubir atau gigiran Piong (Sanggar). Foto: Harley Sastha
Dari empat puncak tertinggi pada setiap jalur resmi pendakiannya (Pancasila, Piong (Sanggar), Doro Ncanga, dan Kawinda To’i), masing-masing menyajikan panorama yang berbeda dari setiap sisi sudut kaldera raksasanya. Kaldera yang sangat mengagumkan.
ADVERTISEMENT
Tebing cawan dinding kaldera raksasa Tambora terlihat begitu spektakuler. Tebing-tebingnya tampak berlapis-lapis dan membentuk berbagai pahatan alami seperti relief-relief yang bercerita tentang letusan mahadasyat sang Tambora lebih dari dua abad yang lalu.
Kaldera raksasa Tambora terlihat dari puncak Tertingginya (2.851 meter di atas permukaan laut), Foto: Harley Sastha
Kamu pun adapat melihat atraksi dan fenomena alam berupa asap dan gas sulfatara yang terlihat keluar dari sebagian dinding kaldera dan Doro Api To’i atau gunung api kecil – kepundan atau anak gunung Tambora di dasar kaldera raksasanya.
2. Pemandangan Sunrise Yang Berbeda Dari 4 Puncak
Salah satu daya magis gunung yang tidak terbantahkan adalah pesona sunrise atau matahari terbit. Demikian halnya dengan Gunung Tambora. Empat puncak dari setiap jalur resmi pendakiannya, menyajikan pemandangan magis sunrisenya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Kalau mendaki melalui jalur Doroncanga dan Pancasila, dari puncak bibir kalderanya, kamu akan melihat sunrise muncul dari seberang tebing kaldera sebelah timur. Perlahan naik kemudian menyinari bagian dalam dinding kaldera. Sunggguh sangat mengagumkan. Kemegahan kaldera Tambora terlihat semakin menawan.
Sunrise dari Pos 5 jalur pendakian Piong (Sanggar). Foto: Harley Sastha
Jika mendaki memilih jalur Piong (Sanggar) dan Kawinda To’i, kamu akan melihat sang matahari terbit muncul dari lautan. Perlahan naik menyinari lereng Tambora hingga puncak dan kalderanya. Menggetarkan dan sangat mengagumkan.
3. Eksotisme Padang Savana
Kalau kamu mendaki Gunung Tambora melalui jalur Doro Ncanga dan Piong (Sanggar), kamu melalui padang savana Doro Ncanga dan savana Piong (Sanggar) yang masing-masing juga mempunyai kekhasan dan keunikan serta tantangannya tersendiri. Kedua jalur pendakian ini, sangat cocok untuk kamu semua usia dan keterbetasan fisik. Karena, untuk mencapai puncak bibir kaldera Tambora, kamu hanya membutuhkan waktu berjalan sekitar satu hingga dua jam.
Dongo Tabe Na'e - Cinder Cone - yang berada di hamparan savana jalur pendakian Piong. Foto: Harley Sastha
Sepanjang pendakian, dibelakang kamu akan terlihat lautan lepas dengan birunya air laut. Sedangkan, di depan kamu tampak gagahnya Gunung Tambora yang agung. Menariknya lagi, kamu juga dapat melihat beberapa bukit dengan berbagai ukuran yang disebut kerucut scorea atau cinder cone – kerucut parasit dari gunung api stratovolcano. Jadi, ini merupakan bentuk gunung api yang paling sederhana. Terbentuk oleh serpihan lava yang membeku yang dikeluarkan oleh kepundan tunggal. Ia juga disebut Ash Cone, mengendap di sekitar ventilasi vulkanik, dibentuk oleh fragmen batuan piroklastik (aksi vulkanik atau beku), atau abu, yang menumpuk dan secara bertahap membangun bukit berbentuk kerucut dengan kawah berbentuk mangkuk di bagian atasnya. Contohnya: Doro atau Dongo Tabe Na’e dan Dongo Tabe To’i di padang Savana Piong.
ADVERTISEMENT
Ratusan ribu batuan vulkanis tersebar berserakan di hamparan karpet hijau padang savana yang luar menambah daya tariknya. Hewan-hewan ternak seperti: Sapi, Kerbau dan Kuda, adalah pemandangan biasa yang dapat kamu lihat di sini.
Kuda-kuda ini dapat dijumpai di kawasan padang Savana Piong dan savana Doro Ncanga. Lokasi: padang savana Piong. Foto: Harley Sastha
Padang savana Doro Ncanga dan savana Piong terhampar sangat luas. Mendaki melalui kedua jalur ini, kamu dapat menggunakan mobil atau motor terlebih dahulu, melalui hamparan padang savana dengan panoramanya yang eksotis hingga pada titik penghentian terakhir, sebelum kamu melanjutkannya dengan mendaki berjalan kaki menuju puncak tubir atau bibir kaldera Tambora.
4. Menyusuri Hutan Hujan Tropis
Mendaki Tambora melalui jalur Pancasila dan Kawinda To’i, kamu akan melalui hutan hujan tropis khas Tambora. Disini kamu akan benar-benar berjalan sejak dari pintu hutan. Medannya sangat bervariasi dan sarat nuansa petualangan. Selain perlengkapan, fisik dan mental kamu harus benar-benar siap untuk mendaki melalui kedua jalur ini.
Dua pohon Dua Banga Mollucana atau Klanggo di kawasan TN Tambora. Foto: Harley Sastha
Berbagai pohon berukuran besar, masih dapat kamu jumpai sepanjan jalur pendakian. Diantaranya, jenis Dua Banga Mollucana atau klanggo. Beberapa anggrek hutan dan jamur juga mudah ditemui. Semakin mendekati bagian puncak, dapat dijumpai pohon cemara.
ADVERTISEMENT
5. Jejak Peradaban Yang Terkubur
Tidak hanya potensi alam dengan segala pesona, fenomena dan atraksinya, Tambora juga meninggalkan jejak peradaban yang terkubur akibar letusan hebatnya. Pada 2004, ketia penggalian arekelogis dilakukan, tersingkap sisa kebudayaan yang luluh lantak akibat letusan Tambora, April 1815 di kedalaman lebih dari 3 meter. Artefak-artefak tersebut, ditemukan pada posisi yang sama persis saat letusan dahsyat itu terjadi.
Empat tahun kemudian, melalui penggalian arekologis oleh Prof. Haroldur Sigurdson (Universitas Rhode Island, AS) dan ahli vulkanologi Indonesia, Dr. Igan Sutawidjaya, mengungkap tinggalan lain: kerangka laki-laki yang duduk tegak pada sebuah rumah dengan kotak tembakau terikat dipinggangnya. Sebilah tombak upacara ada di sisi kerangka. Jari-jarinya berhias cincing berbatu mulia dan ditangannya melingkar gelang. Kalung berliontin besar menggantung dilehernya.
Salah satu dari beberapa nisan makan kuni di Boro, wilayah Sanggar yang diperkirakan sudah ada sebelum Tambora meletus, April 1815. Foto: Erwin
Di wilayah Sanggar, satu-satunya kerajaan dari 3 kerajaan (Sanggar, Tambora dan Papekat), yang rajanya bersama putrinya dan sebagian kecilnya selamat saat letusah hebat terjadi, juga masih bisa ditelusuri. Dan raja sanggar ini juga lah yang kemudian menjadi saksi sejarah yang kemudian menceritakan bagaimana dahsyatnya letusan Tambora yang begitu mengerikan – seolah kiamat terjadi saat itu – kepada Letnan Owen Philips, utusan Gubernur Jenderal Thomas Stamfford Raffles, beberapa hari setelah letusan terjadi. Laporan Philips ini, kemudian dituliskan Raflles dalam memoarnya yang berjudul The History of Java.
ADVERTISEMENT
“Ketiga kolom api bergabung menjadi sesuatu yang mengerikan…,” begitu salah satu cerita Raja Sanggar kepada Philips. Kemudia, antara pukul 21.00 hingga 22.00 waktu setempat, angin puting beliung menerbangkan apapun yang dilewatinya. Menyapu dan melenyapkan semua yang ada di Sanggar. Batang pohon berukuran raksasaapun tercerabut hingga ke akar-akarnya. Rumah beserta orang dan ternak-ternak, semua terangkat dari permukaan bumi.
ADVERTISEMENT
Jadi, gimana sobat Kumparan, sudah bersiap untuk mengunjungi Taman Nasional Tambora? Jangan lupa untuk persiapakn segala sesuatunya dengan baik dan benar. Cari informasi dan pelajari hal-hal mengenainya, agar benar-benar mendapatkan pengalaman yang tidak akan terlupakan dari kunjungan kamu pada salah satu gunung berapi yang sangat terkenal dan fenomenal di dunia ini.