Harimau Sumatera Menyerang Warga Sumsel 2 Hari Berturut-turut

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
Konten dari Pengguna
18 November 2019 2:21 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(Ilustrasi) Harimau Sumatera. Foto: Dok. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
zoom-in-whitePerbesar
(Ilustrasi) Harimau Sumatera. Foto: Dok. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
ADVERTISEMENT
Seorang petani kopi tewas akibat diterkam Harimau di Lahat, Sumatera Selatan, pada Minggu (17/11/2019). Konflik antara manusia dan harimau ini merupakan peristiwa yang kedua kalinya terjadi wilayah Sumatera Selatan dalam dua hari terakhir. Sehari sebelumnya, pada Sabtu (16/11/2019), sekelompok wisatawan di serang harimau saat sedang camping di Gunung Dempo.
ADVERTISEMENT
Menurut Genman Suhefti Hasibuan, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan (Sumsel), dapat dipastikan korban tewas akibat terkaman harimau Sumatera (Phantera Tigris Sumatrae) tersebut merupakan seroang petani kopi bernama Kuswanto (57). Hal tersebut berdasarkan pengecekan langsung tim BKSDA Sumsel ke lokasi di Desa Pulau Panas Kecamatan Tanjung Sakti Kabupaten Lahat, serta mendengarkan keterangan dari sejumlah saksi mata.
“Menurut saksi mata, Dedi (32), yang juga merupakan keluarga korban tewas, kejadian bermula saat korban dan saksi sedang melakukan penebangan pohon di areal kebun kopi miliknya. Jaraknya sekitar 7 kilometer dari pemukiman warga. Pada sekitar pukul 09.00 WIB, muncul satu individu harimau Sumatera yang dominan berwarna putih dan bercorak kuning hitam pada sebagian bahunya. Saat itu, jarak antara harimau dan korban sekitar 4 m,” kata Genman melalui pesan singkat.
Lokasi Konflik Harimau dan Manusia di Desa Pulau Panas. Dok. BKSDA Sumsel
Diceritakan, sebelum menerkam, korban dan saksi sempat berusaha untuk menyelamatkan diri dengan cara mengalihkan perhatian harimau. Keduanya berputar menuju arah lain yang bertolak belakang dengan korban selamat sekitar 10 menit.
ADVERTISEMENT
“Harimau tersebut lalu menaiki tas korban yang berada dekat alat pemotong kayu. Dengan menggunakan kayu, korban dan saksi terus berusaha menghalau gerak harimau. Ketika korban dan saksi bergerak turun, saat itulah harimau menerkam korban dengan mencakar bagian punggung atas pinggang kiri dan kanan serta mengigit bagian leher. Kemudian, saksi berlari mencari pertolongan warga untuk mengevakuasi korban dan mengusir harimau tersebut,” lanjut Genman.
“Melihat lokasi kejadian, berdasarkan analisa kami, jarak pemukiman dengan kawasan hutan lindung berkisar 600 m. Itu artinya, kemungkinan posisi kebun berada dalam kawasan hutan lindung,” kata Genman.
Harimau Serang Wisatawan Di Gunung Dempo
Sehari sebelumnya, seekor harimau juga menyerang sekelompok wisatawan yang sedang berkemah di sekitar Tugu Rimau, Kelurahan Gunung Dempo, Kecamatan Pagar Alam Selatan, Kota Pagar Alam. Menurut Genman, pada Sabtu (16/11/2019), BKSDA Sumsel mendapat laporan mengenai kejadian tersebut. Seorang wisatawan bernama Irfan, diinformasikan terluka terkena cakaran harimau.
Lokasi Konflik Harimau dan Manusia di Tugu Rimau, Gunung Dempo. Dok. BKSDA Sumsel
“Kemudian Tim BKSDA Sumsel berangkat menuju lokasi untuk memastikan dan melakukan interogasi serta wawancara pada para saksi,” kata Genman.
ADVERTISEMENT
Diceritakan, bahwa, pada Jumat (15/11/2019), seekor harimau Sumatera terlihat di kawasan teh Gunung Dempo. Hal ini sempat viral di media sosial. Kemudian, pada Sabtu (16/11/2019) pagi, harimau menyerang lokasi perkemahan kelompok wisatawan.
“Jadi, berdasarkan laporan tim dari lapangan, pada Jumat (15/11/2019), seekor harimau ketemu dengan seorang masyarakat bernama Sulaiman (56) di pondok, sekitar pukul 17.30 WIB, dekat lokasi kejadian,” kata Genman.
Kemudian, Sulaiman pergi menjauh. Namun, korban serangan harimau: Irfan (20), bersama teman-temannya: Asri (24), Kadapi (19), Jerry (19), Pijai (22) dan Yebi (18), salat isya dan makan, sebelum kembali menuju tenda untuk beristirahat.
Perbandingan telapan tangan manusia dewasa dengan jejak tapak kaki Harimau Sumatera di salah satu lokasi konflik Manusia dan Harimau. Foto: BKSDA Sumsel
“Besok harinya, pada Sabtu (16/11/2019), pagi sekitar pukul 09.30, terjadilah konflik antara harimau dengan manusia. Pada saat kejadian, di lokasi yang berada pada ketinggian sekitar 1.833 mdpl, terdapat 6 orang wisatawan dan 2 tenda. Satu orang bernama Irfan terluka akibat terkena cakaran harimau,” kata Genman.
ADVERTISEMENT
Melihat dua konflik harimau dan manusia dalam dua hari tersebut, Genman mengatakan kalau melihat lokasinya, keduanya masuk dalam kawasan hutan lindung Gunung Dempo. Masih dalam satu lanskap. Menurut masyarakat yang melihatnya, individu harimau Sumatera tersebut diduga merupakan individu yang sama. Walaupun lokasi konfliknya berbeda. Jarak datar antara dua lokasi konflik sekitar 13 km.
Menindaklanjuti konflik harimau dan manusia yang terjadi, BKSDA Sumsel, segera menenangkan masyarakat dan menghimbau agar dalam beberapa waktu kedepan mengurangi aktivitas di kebun. Segera melaporkan kepada petugas BKSDA Sumsel, apabila terjadi perjumpaan dengan harimau. Jejak maupun aktivitasnya. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang berinteraksi dengan kawasan hutan lindung, agar dapat mencegah terjadinya korban. Baik itu manusia maupun satwa.
Gambaran 2 titik lokasi terjadinya konflik Harimau dan Manusia di wilayah Sumsel yang terjadi 16 dan 17 November 2019. Dok. BKSDA Sumsel
“Kami juga berkoordinasi dengan KPH, selaku pemangku kawasan untuk melakukan pemasangan kamera trap pada jalur jelajah harimau. Melakukan pendampingan serta sosialisasi kepada masyarakat penyangga kawasan hutan lindung,” kata Genman.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya sosialisasi keberadaan harimau dan perlindungannya, diharapkan masyarakat dapat memahami dan mengetahui, bahwa betapa pentingnya keberadaan dan peranan Harimau. Khususnya di wilayah Sumatera Selatan. Sebagai catatan, menurut Genman, jumlah harimau Sumatera di Sumatera Selatan, saat ini terdata 15 individu. Tersebar di beberapa lokasi. Dua diantaranya Taman Nasional Sembilang dan Gunung Dempo.
Sementara itu, Indra Exploitasia, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), mengatakan, pihaknya sudah meminta agar BKSDA Sumsel, terus memantau pergerakan satwa liar termasuk harimau di daerah yang terjadi konflik dengan memasang kamera trap.
“Agar KSDA Sumsel juga mencari sebab satwa tersebut apakah keluar dari jalur jelajahnya (keluar dari habitat). Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar melapor kepada KSDA apabila terjadi pertemuan dengan satwa liar,” kata Indra melalui pesan singkat.
ADVERTISEMENT