Hijaunya Sabana di Gunung Merbabu, Kini Muram dan Menghitam
Konten dari Pengguna
18 September 2019 18:19 WIB
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kebakaran yang melanda Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) sejak pertama kali diketahui titik api pada Rabu (11/9) hingga Senin (16/9), setidaknya telah menghanguskan sekitar 436 hektare lahan. Beberapa vegetasi yang terdampak ialah kemlandingan, rumput sabana, cantigi, dan edelweiss.
ADVERTISEMENT
Bagi siapapun yang pernah mendaki Gunung Merbabu, pasti mengetahui keindahan dan kecantikan lembah dan punggungan hijau dengan sabananya. Juga dengan edelweiss dan cantigi yang menghiasi setiap bagian dari hamparan sabana hijau tersebut.
Gunung yang berada di ketinggian 3.145 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini merupakan salah satu gunung yang memiliki lembah yang cantik dan memesona. Namun, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang melalap sebagian tubuhnya beberapa hari belakangan ini, telah mengubah semuanya. Lembah dan punggungan yang cantik itu kini sebagian tampak muram dan menghitam.
Berdasarkan informasi dari Balai TNGMb, hingga Selasa (17/9), hasil pemantauan di Jalur Selo, dari Pos III Batu Tulis sampai Pos IV Sabana 1, hampir seluruh area di sebelah kanan jalur pendakiannya terbakar. Kemlandingan gunung, rumput sabana, semak belukar, dan sebagian cantigi serta edelweiss pun raib. Namun, sebagian cantigi dan edelweiss ada yang masih bertahan dalam kondisi merana--vegetasi yang kondisinya antara hidup dan mati.
Serupa dengan gambaran kawasan dari Pos IV Sabana 1 hingga Pos V Sabana 2, hampir seluruh sisi kiri dan kanan jalur pendakiannya hangus terbakar. Jenis vegetasi yang terbakar sama dengan sebelumnya. Sedangkan, di sisi lain jalur pendakian, utamanya dari Pos III Batu Tulis sampai Pos IV Sabana 1, kondisinya rusak parah.
Agung Prihatmoko, bagian perencanaan Balai TNGMb, menceritakan bagaimana luar biasanya teman-teman resort dan anggota tim gabungan dari berbagai unsur, bahu-membahu setiap harinya untuk memadamkan api. Kebetulan, sejak Jumat (13/9) hingga Senin (16/9), saat kebakaran terjadi, ia ditugaskan di Posko Kantor Balai TNGMb untuk memantau dan merekap laporan-laporan dari masing-masing posko yang ada di resort.
“Dari situ saya melihat, bagaimana luar biasanya teman-teman resort bekerja. Dari pagi hingga jelang malam. Bahkan ada sebagian ada tidak pulang hingga beberapa hari. Lalu, kemarin, Selasa (17/9), saya ke lapangan, Resort Selo, bersama dengan Kepala Balai TNGMb, Junita Parjanti; dan KSBTU, Johan Setiawan. Begitu tiba di sana, saya lihat banyak masyarakat, MPA, MMP BNPB, relawan, TNI, Polri, Kelompok Pecinta Alam, dan lainnya. Kemudian, saat itu saya juga mendapatkan tugas untuk memantau dan melihat langsung kondisi di wilayah Sabana 1,” cerita Agung Prihatmoko melalui voice note WhatsApp.
ADVERTISEMENT
Dalam pantauan tersebut, Agung Prihatmoko melihat kondisi kawasan sabana Merbabu yang rusak terkena dampak karhutla.
“Dalam perjalanan menjelang Pos 2, sudah mulai terlihat dampak dari kebakaran. Kawasan yang sebelumnya hijau, cantik, dan indah dipandang, kini semua terlihat gosong semua. Sangat berbeda dengan kondisi terakhir saya melihatnya sekitar satu minggu yang lalu. Pagi ini, mulai Sabana 2, Batu Tulis, dan Sabana 1, dampak kebakaran sangat nyata, khususnya di Sabana 1. Melihat itu, saya sempat menangis, sangat sedih. Istilahnya kalau kata orang Jawa itu mbrebes mili, melihat kondisi Merbabu sekarang ini. Merbabu yang indah dan cantik, tempat kami bekerja, kini kondisinya menyedihkan. Merbabu sekarang menangis. Kebetulan sepekan yang lalu, sebelum kebakaran, saya masih sempat naik. Saat itu kondisinya masih bagus. Tetapi, sekarang sangat jauh berbeda,” kisah Agung Prihatmoko.
ADVERTISEMENT
Harapan saya, kita harus bersama-sama menjaga lingkungan. Menjaga kawasan konservasi. Melakukan aktivitas dengan baik, cerdas, dan bertanggung jawab. Mudah-mudahan Merbabu dapat segera pulih dan menghijau kembali.