Kolaborasi FMI dan APGI untuk Pendakian Gunung yang Lebih Baik

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
Konten dari Pengguna
13 September 2020 5:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tiga pendaki dari mancanegara saat mendaki di Taman Nasional Gunung Rinjani. Dok. Harley Sastha (2015).
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tiga pendaki dari mancanegara saat mendaki di Taman Nasional Gunung Rinjani. Dok. Harley Sastha (2015).
ADVERTISEMENT
Perkembangan dunia pendakian beberapa tahun belakangan semakin diminati. Tidak heran, jika setiap akhir pekan atau libur, gunung dan pegunungan di tanah air ramai dikunjungi. Tidak hanya gunung-gunung yang berketinggian di atas 3.000 meter di atas permukaan laut (mdpl), bahkan yang memiliki ketinggian antara 1.000 mdpl hingga 2.000-an mdpl pun tidak luput oleh sesaknya pendaki.
ADVERTISEMENT
Namun, sayangnya, tidak diiringi dengan tingkat kepedulian akan aturan dan kesiapan sebagai pendaki. Sehingga timbulnya kecelakaan yang berujung kematian. Hal ini, belakangan juga acap kali menghiasi berita-berita di media online dan media sosial. Juga, kerusakan alam dengan sampah-sampah yang ditinggalkan di gunung, sikap vandalisme dan masuk kawasan secara ilegal.
Melihat hal tersebut, Pengurus Besar Federasi Mountaineering Indonesia (PB FMI), sebagai bentuk tanggung jawabnya, terus melakukan upaya memberikan edukasi agar aktivitas pendakian gunung berjalan aman, nyaman, selamat dan dapat menjaga kelestarian alam itu sendiri dan memberi manfaat bagi masyarakat sekitar. Hal tersebut sesuai dengan tagline PB FMI: Responsible Mountaineer, Zero Waste dan Zero Accident.
PB FMI dan DPP APGI kolaborasi mendorong aktivitas pendakian gunung yang aman, nyaman, bertanggungjawab dan menjaga kelestarian alam. Foto: Dok. PB Federasi Mountaineering Indonesia
Tidak cukup disitu, berkaitan dengan perkembangan dunia pendakian ini juga, pada Kamis (10/9/2020), bertempat di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta, Pengurus Besar Federasi Muntaineering Indonesia (PB FMI) dan Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI), berkolaborasi melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) tentang pengembangan kegiatan pendakian gunung, kepemanduan dan wisata pendakian gunung dan pegunungan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Mengingat masih dalam situasi pandemi Covid-19, penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) yang dilakukan oleh Ketua Umum Pengurus PB FMI Mayjen TNI Mar (Purn.) Buyung Lalana, S.E bersama Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) APGI Cecilia Enny Yashita A, berlangsung dengann menerapkan protkol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19.
Dengan demikian dimulailah babak baru sinergi antara FMI dan APGI untuk menciptakan dunia pendakian dan petualangan di Indonesia yang aman, nyaman dan bertanggung jawab.
Dalam sambutannya, Buyung Lalana mengharapkan FMI dan APGI akan menjadi sebuah sinergi yang mampu dirasakan manfaatnya bagi pencinta dan pemerhati gunung. Di samping menciptakan potensi kegiatan yang lebih besar di kemudian hari. “Serta, ini menjadi babak baru bagi kedua belah pihak untuk dapat mendorong kegiatan pendakian gunung sebagai hobi dan profesi ke arah yang lebih positif,” imbuh mantan Komandan Korps Marinir (Dankormar) ini.
Ilustrasi tenda-tenda pendaki di kawasan TN Gunung Merbabu. Foto: Dok. Tim Jelajah 54 TN Indonesia (2019).
Sejalan dengan hal tersebut, Cecilia menambahkan bahwa kedua organisasi mempunyai kegiatan yang dekat dan saling membutuhkan. Dengan adanya MoU ini diharapkan dapat terbentuk ikatan kekeluargaan yang lebih besar lagi antara FMI dan APGI.
ADVERTISEMENT
“Harapannya, akan terbuka wawasan yang lebih luas dan menciptakan individu-individu yang lebih unggul, sehingga dunia pendakian yang aman, nyaman dan bertanggungjawab bisa diwujudkan bersama,” tutur perempuan yang akrab disapa Mbak Vita tersebut.
Ketua Harian PB FMI, Rahmat Abbas memaparkan, dalam MoU tersebut disepakati hal-hal penting terkait dunia pendakian dan kepemanduan di antaranya meliputi peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia, pengembangan kegiatan pendakian gunung, kepemanduan gunung dan wisata pendakian gunung, pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan gunung dan pegunungan, serta sosialisasi dan pengembangan media informasi gunung dan pegunungan.
Menurut Rahmat Abbas, baik FMI maupun APGI memiliki banyak kesamaan. “Oleh karenanya, menjadi lebih baik jika FMI dan APGI bersama-sama membangun dunia mountaineering yang lebih maju dan lebih memasyarakat,” imbuh Abbas.
Tidak cukup disitu, berkaitan dengan perkembangan dunia pendakian ini juga, pada Kamis (10/9/2020), bertempat di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta, Pengurus Besar Federasi Muntaineering Indonesia (PB FMI) dan Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI), berkolaborasi melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) tentang pengembangan kegiatan pendakian gunung, kepemanduan dan wisata pendakian gunung dan pegunungan di Indonesia.
Sebagai informasi, FMI merupakan wadah nasional pendaki gunung di Indonesia yang memiliki visi untuk memasyarakatkan dan mewujudkan aktivitas mountaineering Indonesia demi terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran bangsa melalui kegiatan sains dan teknologi, konservasi, ekowisata, olahraga dan petualangan.
ADVERTISEMENT
APGI merupakan wadah nasional organisasi profesi pemandu gunung di Indonesia yang memiliki visi untuk menjadikan pemandu gunung di Indonesia sebagai pekerjaan profesional serta memiliki standar kompetensi tingkat nasional maupun internasional