Mendaki Gunung Cabang, Titik Tertinggi di Kepulauan Karimata

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
Konten dari Pengguna
20 Februari 2020 16:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Salah satu sudut puncak Kolam Tenang, Gunung Cabang. Foto: Tim Jelajah Karimata 2019
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu sudut puncak Kolam Tenang, Gunung Cabang. Foto: Tim Jelajah Karimata 2019
ADVERTISEMENT
Gunung Cabang, itulah yang menjadi salah satu tujuan kami. Dengan ketinggian mencapai sekitar 1.030 meter di atas permukaan laut (mdpl), menjadikannya titik tertinggi dari Kepulauan Karimata, Kalimantan Barat (Kalbar).
ADVERTISEMENT
Lokasi tepatnya di Pulau Karimata Besar, salah satu pulau-pulau yang bertebaran bak mutiara ditengah-tengah laut Selat Karimata. Berjarak masing-masing sekitar 94 mil laut dari Belitung, dekat Pulau Sumatra dan Ketapang, Kalbar, seolah-olah kawasan kepulauan seperti terisolir.
Hal tersebutlah yang membuatnya unik. Memberikan dampak yang menarik berbagai hal yang ada disana. Selain memiliki bentang dan lanskap alam yang memukau, juga menyimpan berbagai potensi flora serta fauna yang beragam dan khas.
Setelah sehari sebelumnya menempuh perjalanan laut menggunakan kapal selama kurang lebih 8 jam dari Ketapang menuju Desa Betok Jaya, Pulau Karimata, kemudian, pagi itu, 17 Maret 2019, sekitar pukul 08.00 WIB, perjalanan kami lanjutkan menuju titik awal pendakian di hulu Sungai Betok.
ADVERTISEMENT
Semua perlengkapan dan logistik, kami masukkan ke dalam perahu kayu bermesin motor milik nelayan yang sudah kami sewa. Selama kurang lebih satu jam membelah dan menyusuri Sungai Betok menuju ke hulu, kami disuguhkan panorama menakjubkan. Begitu meninggalkan muara sungai, terlihat hutan mangrove di kiri dan kanan begitu cantik. Kemudian berganti dengan vegetasi hutan rawa air tawar. Menurut cerita beberapa warga desa yang ikut menemani sekaligus menjadi membantu sebagai porter, disana masih ada buaya muara. Namun, buaya itu sudah tidak ganas lagi, konon katanya sudah dikuasai dukun kampung. Jadi, tidak akan mengganggu lagi mengganggu manusia yang melewati sungai tersebut.
Menyusuri titik awal pendakian menuju hulu Sungai Betok. Foto: Tim Jelajah Karimata 2019
Pendakian Gunung Cabang ini sendiri sebenarnya merupakan bagian dari Jelajah Karimata 2019: Observasi dan eksplorasi Cagar Alam Laut Kepulauan Karimata, yang digagas langsung oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Kalbar. Tujuannya, menjadikan kawasan ini sebagai destinasi penelitian berbasiskan masyarakat. Kegiatan dibagi menjadi beberapa tim. Salah satunya tim flora atau gunung yang bertugas mendaki Gunung Cabang sambil melakukan eksplorasi, mendata, dan mencatat serta memutakhirkan flora dan fauna sebagai data awal di sepanjang jalur pendakian yang telah ditentukan dan disepakati sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Tiba di titik awal pendakian, yang artinya masih berada di titik 0 mdpl, kembali kami mengecek ulang semuanya. Termasuk mengisi air dari mata air yang ada di sekitar hulu sungai, untuk keperluan perjalanan awal.

Air Terjun Riam Bidadari

Air Terjun Riam Bidadari. Foto: Tim Jelajah Karimata 2019
Target awal kami, menuju Air Terjun Riam Bidadari. Untuk mencapainya, kami harus melintasi dan menyusuri beberapa aliran sungai dan anak sungai yang penuh dengan bebatuan. Medannya bervariasi dan cenderung landai dengan sedikit menanjak. Kurang lebih 6 jam waktu pendakian yang harus kami tempuh untuk tiba di air terjun yang berada pada ketinggian sekitar 141 mdpl. Lanskap sekitar Air Terjun Bidadari yang tingginya mencapai 70 meter dengan kolam cukup luas di bawahnya terlihat memesona. Di sinilah kami beristirahat sejenak sambil makan, sebelum melanjutkan pendakian. Berdasarkan pengamatan, saat itu disekitar air terjun dan sungai dijumpai Anggrek Kantung Semar (Paphiopedilum cf bullenianum) dan ular pucuk (Ahaetula prasina) yang berwarna hijau terang seperti warna hijau stabilo.
Salah satu sungai yang dilalui saat pendakian. Foto: Tim Jelajah Karimata 2019
Sedangkan, mulai dari awal pendakian, menurut Randi Agusti, Botanis muda dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), setidaknya, kami telah melalui tipe ekosistem Kerangas dan Aluvial. Juga menjumpai tumbuhan Agathis sp, 3 (tiga) jenis kantung semar: Nepenthes Gracilis, Nepenthes Mirabilis, dan Nepenthes Ampularia serta tumbuhan bakung (Hanguana sp) yang ada kemungkinan merupakan jenis baru, jika diamati dari karakter tumbuhan dan morfologinya.
ADVERTISEMENT

Puncak Kolam Tenang

Suasana senja di kawasan Kolam Tenang. Foto: Tim Jelajah Karimata 2019
Waktu telah menunjukkan sekitar pukul 17.00 WIB, sedangkan areal sekitar air terjun kurang mendukung untuk tempat kami mendirikan tenda dan bermalam. Kami putuskan untuk melanjutkan pendakian. Tidak seperti sebelumnya, medannya kini sudah mulai cukup menanjak. Setelah menempuh waktu sekitar 2 jam, kami tiba di lokasi camp yang landai dan memadai serta ada sumber air yang cukup. Menariknya, areal camp yang berada pada ketinggian sekitar 363 mdpl ini banyak ditumbuhi tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) yang dikenal secara luas oleh masyarakat memiliki khasiat obat tinggi.
Esok harinya, 18 Maret 2019, perjalanan kami lanjutkan, medan pendakian semakin menanjak dan melewati ekosistem hutan dataran rendah dan sandston. Beberapa jenis tumbuhan kantong semar juga kembali kami jumpai.
ADVERTISEMENT
Batu Betengger. Foto: Tim Jelajah Karimata 2019
Panorama dari kawasan Batu Betengger. Foto: Tim Jelajah Karimata 2019
Kami kembali melewati beberapa sungai dan sumber air dan batu-batuan beraneka bentuk. Karena bentuk atau letaknya, batu tersebut mempunyai nama yang diberikan oleh masyarakat. Seperti dua batu yang berbentuk seperti gerbang. Beberapa meter di depannya ada tempat yang bernama Batu Peran Sayan atau batu tempat beristirahat.
Sesuai namanya, dari sini pemandangannya sangat memesona. Lembah dan perbukitan tampak menghampar hijau. Beberapa tebing batuang juga terlihat dari sini. Di sudut lain jauh di bawah, terlihat garis pantai berpasir putih serta lautan.
Melanjutkan pendakian, kami tiba ditempat menarik lainnya, yang disebut Batu Betengger—sebongkah batu besar yang berdiri berada di atas bukit batu. Jadi, seolah-olah batu tersebut posisinya seperti berdiri atau bertengger. Karena kawasannya lebih terbuka lagi, pemandangan lepas semakin terlihat jelas. Tidak kalah memesona dan cantiknya dari Batu Peran Sayan.
ADVERTISEMENT
Sekitar 15 menit dari Batu Betengger, memasuki areal terbuka yang dikelilingi perbukitan berbatu. Suasana sekitarnya juga cantik dan khas. Ketinggiannya sekitar 680 mdpl. Nah, yang sangat menarik dari tempat ini, ketika kami menjumpai tanaman karnivora jenis Sundew (Drosera spatula) dan Urticularia bifida—tumbuhan ini tumbuh di air yang akarnya menghisap kutu air atau larva berukuran sangat kecil untuk memperoleh nutrisi. Drosera dan Urticularia bergerak secara aktif untuk menjebak serangga yang mendekati bagian tubuhnya.
Tumbuhan jenis karnivora Drosera spatula. Foto: Tim Jelajah Karimata 2019
Perjalanan selanjutnya kawasan Kolam Tenang, lokasinya sudah tidak jauh. Tidak sampai 15 menit, kami pun tiba. Kawasan yang sangat luas dan terbuka berada pada ketinggian sekitar 703 mdpl. Sumber air disini sangat banyak dan melimpah.
Dinamakan Kolam Tenang, karena air sungai yang mengalir terlihat tenang dan membentuk kolam-kolam. Walaupun dalam kondisi hujan, air tetap terlihat mengalir tenang.
ADVERTISEMENT
Dari sisi ekologi puncak kolam tenang menampilkan fenomena yang sangat unik, dengan ketinggian yang hanya +700 mdpl telah dijumpai tipe Hutan Pegunungan Atas dan Sub Alpin yang pada umumnya tipe hutan ini baru dapat dijumpai pada ketinggian diatas 2000 mdpl.
Salah satu aliran sungai di kawasan Kolam Tenang. Foto: Tim Jelajah Karimata 2019
Fenomena alam unik lainnya, setelah diamati, pohon-pohon di sini mengalami pengkerdilan atau pembonsaian alami. Beberapa pohon yang biasanya saat berada di dataran rendah berperawakan tinggi hingga mencapai belasan meter, disini pohon-pohon tersebut seperti mengkerdil, tingginya rata-rata menjadi hanya berkisar antara 0,5 hingga 2 meter. Menurut Randi, hal tersebut terjadi karena pengaruh dari efek pengangkatan massa atau lebih dikenal dengan “Massenerhebung effect”.
Selain terdapat kolam-kolam air, disini kami beberapa aliran sungai dan air terjun. Batuan granit terlihat terhampar beraneka bentuk mendominasi. Ada beberapa cerita, mitos dan legenda yang dipercaya masyarakat mengenai gunung ini. Salah satunya tentang keberadaan papan dan batu catu di kawasan kolam tenang.
Salah satu sudut kawasan Kolam Tenang. Foto: Tim Jelajah Karimata 2019
Disekitar air terjuan yang ada di kawasan Kolam Tenang. Foto: Tim Jelajah Karimata 2019
Panorama lepas dari ketinggian ini sangat indah, menampilkan bentang alam yang sangat memukau dari Pulau Karimata dan kepulauan serta lautan di sekitarnya. Suasana Kolam Tenang memang sangat berbeda. Kami seolah-olah berada di dunia lain atau jurassic park seperti yang pernah saya lihat dalam film. Membuat kami semua terhanyut dengan semua pesona dan rahasia yang tersimpan di dalamnya.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT