Mereka yang Berjibaku Memadamkan Amukan Api di Gunung Merbabu

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
Konten dari Pengguna
18 September 2019 13:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seorang anggota tim pemadam sedang berusaha memadamkan titik api. Foto: Balai TNGMb
zoom-in-whitePerbesar
Seorang anggota tim pemadam sedang berusaha memadamkan titik api. Foto: Balai TNGMb
ADVERTISEMENT
Hati-hati angine gede. Waspada, awas jilatan ngulon, ini sudah disekat. Tteman-teman disebar, api membesar, awas cipratan apinya ngulon, panas. Teman-teman pantang menyerah untuk membuat sekat supaya api tidak menyebar ke kiri, bukan main panase, panasss, awas, awas, jeratan. Hati-hati...bukan main jilatannya (api). Tingginya sampai sekitar 1,45 meter karena serasah begitu tinggi, relawan tidak pantang menyerah, pantang menyerah sebelum padam,” teriak Sukimin, polisi hutan Taman Nasional Gunung Merbabu, di tengah proses pemadaman api yang masih berkobar oleh para relawan gabungan, Senin (16/9).
ADVERTISEMENT
Kobaran api hingga Senin (16/9), sekitar pukul 17.30 WIB, memang diketahui masih membara di sekitar Jalur Pendakian Selo. Seperti gambaran video amatir yang saya terima melalui pesan WhatsApp dari Sukimin.
Sebagaimana diketahui, Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) mengalami kebakaran hutan dan lahan (karhutla) semenjak Rabu (11/9). Setidaknya hingga Senin (16/9), kawasan yang terdampak mencapai 436 hektare.
Tim gabungan pemadaman karhutla dari berbagai unsur (Balai TNGMb, Polhut, MPA, MMP, Tagana, BPBD, Polri, TNI, Kelompok Pencinta Alam, masyarakat, relawan, pengurus basecamp pendakian, dan lain-lain) yang berjumlah ratusan orang turun untuk dapat segera memadamkan api. Salah satu yang sangat terdampak dari karhutla ini adalah kawasan padang sabana, cantigi, dan edelweis dimulai dari Pos 2 hingga jelang Puncak Merbabu.
ADVERTISEMENT
Menurut cerita Jarot Wahyudi, Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) TN Gunung Merbabu, hingga pukul 17.15 WIB, Senin (16/9), tim gabungan di Jalur Selo masih melakukan pemadaman sampai ujung jurang yang terbakar di atas timur Pos 2 Pandean. Kemudian semua kembali dengan selamat di kantor Resort Selo, pukul 18.45 WIB.
“Untuk teman-teman resort, sudah tujuh hari naik turun gunung dari titik satu ke titik yang lain, titik satu padam, titik lain muncul. Akhirnya yang cukup lama ini di Jalur Selo. Dari puncak atas sampai Pos 2, semua sudah hitam. Kemudian kembali jam tujuh malam. Lalu, Senin pagi (16/9) hingga jelang malam kembali lagi melakukan pemadaman, membuat sekat bakar. Besok pagi, Selasa (17/9), atasan kami juga akan ikut naik, ikut melakukan mop-up atau penyisiran,” cerita Mbah Jupri, salah satu pemilik basecamp pendakian di Jalur Selo yang juga bekerja sebagai tenaga honorer PNBP TNGMb di Resort Selo, melalui voice note WhatsApp.
Sebagian tim gabungan pemadam karhutla di Resort Selo. Foto: Balai TNGMb
Menurut Sukimin, setiap hari di Resort Selo ratusan orang relawan, termasuk dari masyarakat sekitar, Masyarakat Peduli Api (MPA), Tagana, BPBD, TNI, Polri dan lain-lain, turun ikut bersama-sama untuk memadamkan api. Melihat posisi titik api yang berada di atas, setidaknya butuh sekitar dua jam mendaki, untuk melakukan pemadaman memang tidak mudah.
ADVERTISEMENT
Tim gabungan menggunakan sistem pembuatan sekat bakar untuk mencegah agar titik api tidak meluas dan sekaligus melakukan pemadaman langsung.
Kepala Resort Ampel, Saeful Hidayat, punya cerita menarik dari masyarakat yang juga turut serta ikut operasi pemadaman karhutla di Merbabu. Menurutnya Saeful, sebagian besar masyarakat maupun relawan dalam melakukan pemadaman terkendala medan Gunung Merbabu yang sangat terjal.
Ketika api menjalar di tebing atau jurang hanya bisa dipantau. Kegiatan yang kemudian dilakukan membuat sekat bakar agar api tidak menjalar ke tempat lainnya atau pipa-pipa sumber air masyarakat.
Seorang anggota tim gabungan pemadaman karhutla Gunung Merbabu sedang memadamkan api. Foto: Sukimin
“Terkendala saat di lapangan. Terkadang secara manual atau kasat mata, medannya sangat berat. Kadang-kadang titik api yang kita duga ternyata tidak seperti yang kita temui di lapangan. Ternyata titik api itu di lembah atau di punggungan. Yang mana sulit untuk kita jangkau. Tetapi kendala yang paling sulit yaitu saat pemadaman untuk membuat sekat bakar. Alat kami yang masih manual ini terkadang masih kurang mampu bekerja di lapangan, karena lebatnya rerumputan atau vegetasi yang begitu rimbun. Tetapi kami tetap tidak patah semangat untuk dapat segera memadamkan kobaran api,” cerita Sunarso, anggota MPA dari Resort Ampel melalui voice note WhatsApp.
ADVERTISEMENT
Sedangkan proses pemadaman dari Resort Wonolelo, Jalur Pendakian Suwanting, diceritakan oleh Eko Prayitno, tenaga honorer PNPB TNGMb. Menurutnya sejak dilaporkan adanya titik api di atas Dusun Malang pada Rabu (11/9) pukul 17.15 WIB, tim langsung bergerak melakukan pemantauan. Kemudian berkoordinasi keesokan harinya dan bergerak ke titik api untuk melakukan pemadaman.
Anggota tim gabungan pemadaman karhutla gunung Merbabu sedang membuat sekat bakar dengan peralatan manual. Foto: Balai TNGMb, Resort Selo
“Kamis (12/9), sekitar pukul 08.00 WIB, setelah berkoordinasi yang dipimpin langsung Kepala Resort Wonolelo, Kurnia Adi Wirawan, dan kepala seksi, kami beserta peserta praktik kerja lapangan (PKL) dari Sekolah Kehutanan Manokwari, Papua, langsung menuju Dusun Malang. Di sana sudah ada anggota kepolisian dari Polsek Sawangan dan warga Dusun Malang. Kemudian, bersama-sama mendaki sekitar 2-3 jam menuju titik api pertama yang berada pada ketinggian ketinggian sekitar 2.300-2.500 mdpl,” cerita Eko Prayitno melalui voice note WhatsApp.
ADVERTISEMENT
Menurut Eko Prayitno, ia bersama anggota tim gabungan lainnya, saat awal memadamkan api waktu itu dan baru menyelesaikan beberapa titik, menarik mundur tim, karena ada salah satu anggota PKL yang jatuh dan ketiban batu. Karena posisi semua di tebing. Jadi, ditarik mundur.
Untuk kemudian berkoordinasi kembali dengan tim-tim lain dari unsur BPBD, TNI, Polri, Tagana, masyarakat, Damkar, MPA, MMP, Kelompok Pencinta Alam, dan lainnya yang telah bergabung di basecamp.
Medan yang terjal dan sulit menjadi salah satu kendala tim gabungan pemadam karhutla mencapai titik api. Foto: Balai TNGMb, Resort Ampel.
“Fokus kami saat itu salah satunya titik air di jalur pendakian di sekitar pos 3, Sumber Air Suwanting. Alhamdulillah ternyata aman, tidak kebakar. Tetapi, di atas Pos Air Suwanting, ada pipa air untuk ke Dusun Tretes itu sudah terbakar, lalu kami terus melakukan pemadaman. Dan alhamdulillah untuk wilayah Suwanting bisa selesai dalam satu hari itu,” cerita Eko.
ADVERTISEMENT
Karhutla yang melanda TNGMb, tentu mengancam keberadaan satwa liar yang ada di dalam kawasan. Termasuk yang endemik seperti primata jenis Rek-Rekan. Menurut Jarot Wahyudi, saat terjadi kebakaran, terpantau oleh tim pemadam, Rek-Rekan turun sampai Pos 1.
Sabtu (14/9), titik api terlihat dari Dusun Sampatan dan Dusun Ngadirejo, Kecamatan Gladagsari, wilayah Resort Ampel. Foto: Balai TNGMb, Resort Ampel
“Kemarin, Senin (16/9), saya melihat 5 ekor Rek-Rekan sedang makan di bukit seberang HM 25. Alhamdulillah hingga hari ini, Rabu (18/9), kami tidak menemukan dan mendapat kabar satwa ditemukan mati akibat karhutla di Gunung Merbabu. Jadi cuma ada pergeseran habitat untuk Rek-Rekan yang di areal Pos 2 pindah ke sekitar Pos 1,” cerita Jarot Wahyudi melalu pesan WhatsApp.
Kepala Balai TNGMb, Junita Parjanti, yang pada Selasa (17/9) bersama-sama dengan tim gabungan turut serta mendaki hingga Pos 2, melakukan mop up–penyisiran untuk memastikan api telah benar-benar padam–sangat mengapresiasi kerja para seluruh tim gabungan dalam usaha memadamkan karhutla di Gunung Merbabu.
ADVERTISEMENT
“Terima kasih untuk perjuangannya yang tidak kenal lelah dan penuh semangat dari rekan-rekan semua. Tugas kami selanjutnya sebagai pengelola, penjaga Gunung Merbabu adalah melakukan pemulihan ekosistem Merbabu, rumah bagi satwa. Wadah bagi mata air. Yang kita pinjam dari anak cucu. Mari kita jaga bersama,” pesan Junita Parjanti melalui pesan WhatsApp.