Sensasi Mendaki Batu Monolit Terbesar di Dunia via Jalur Ferrata

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
Konten dari Pengguna
12 Desember 2019 9:35 WIB
comment
13
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Para peserta pendakian perdana Via Ferrata Gunung Kelam sedang melalui lintasan ferrata. Foto: BKSDA Kalbar
zoom-in-whitePerbesar
Para peserta pendakian perdana Via Ferrata Gunung Kelam sedang melalui lintasan ferrata. Foto: BKSDA Kalbar
ADVERTISEMENT
Excited dan campur aduk. Itu yang saya rasakan, sesaat sebelum mulai mendaki Gunung Kelam melalui jalur Ferrata -jalur pendakian yang dilengkapi dengan kabel baja dan besi dengan pengaman harness dan penambat– yang baru saja diresmikan oleh Jarot Winarno, Bupati Sintang, pada Selasa (3/12/2019).
ADVERTISEMENT
Walaupun sebelumnya, pada pertengahan April, tahun 2018, saya sudah pernah mendaki gunung yang sejatinya adalah batu monolit terbesar dunia tersebut.
Tetapi, ini menjadi spesial. Karena, kali ini merupakan pendakian perdana via Ferrata Gunung Kelam yang diikuti oleh 28 orang peserta. Termasuk saya dan Sadtata Noor Adirahmanta, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat (Kalbar).
Matahari sudah semakin tinggi. Waktu hampir menunjukkan pukul 12 siang, saat kami berjalan melalui jalan setapak dan beberapa anak tangga berupa coran semen di antara rimbunnya pepohonan menuju pondok pendaki –tempat petugas dan pemandu melakukan briefing dan pengecekan alat kelengkapan pendakian serta pemeriksaan barang-barang para pendaki– sebelum dipandu oleh pemandu melalui via Ferrata menuju puncak Gunung Kelam. Sebelumnya, kami sudah dipakaikan harness, carabiner, helm dan kelengkapan safety lainnya.
Spidernet - gerbang awal Via Ferrata Gunung Kelam. Foto: BKSDA Kalbar
Spidernet - gerbang awal Via Ferrata Gunung Kelam. Foto: BKSDA Kalbar
Suasana briefing terasa sejuk dan teduh karena berada di antara rimbunnya pepohonan dan suara aliran air terjun kelam. Tampak sebuah papan informasi yang berisi beberapa poin informasi dan peraturan yang wajib diketahui bagi para calon pendaki via Ferrata Gunung Kelam.
ADVERTISEMENT
Meninggalkan pondok pendaki, jalan setapak masih berupa anak tangga. Tidak sampai lima menit hingga kami tiba di titik pertama dari jalur Ferrata, yang dinamakan spidernet –berupa tangga dan sling baja yang dibentuk menjadi seperti jaring laba-laba. Sambil menambatkan carabiner pada spidernet tersebut, kami mendaki satu persatu hingga tiba di atas yang ternyata berupa pintu gerbang yang memang sengaja dipasangi kunci gembok, ini menjadi jalan satu-satunya bagi para pendaki untuk keluar masuk jalur ferrata.
Selfie Deck Goa Kelellawar. Foto: Harley Sastha
Selfie Deck Goa Kelellawar. Foto: Harley Sastha
Menurut Muhammad Rubini Kertapati, Ketua Tim Proyek Konstruksi Via Ferrata TWA Gunung Kelam, via ferratanya ini merupakan kombinasi antara pemanjatan dan pendakian. Pada segmen-segmen tertentu, kita dapat melakukan trekking dan hill walking. Kemudian, saat tiba di medan yang cukup terjal, kita akan mulai scrambling. Pada jalur vertikal, baru dilakukan pemanjatan via ferrata.
ADVERTISEMENT
“Jadi pendakian di Gunung Kelam ini wajib didampingi oleh pemandu. Kunci gerbang hanya bisa dibuka dan ditutup oleh tim pemandu yang telah memegang izin dari BKSDA Kalbar. Hal ini untuk keamanan dan keselamatan para pendaki. Untuk mencegah hal-hal yang tidak kita inginkan,” kata pria yang biasa dipanggil Bibin.
Salah satu lintasan jalur Ferrata Gunung Kelam. Foto: BKSDA Kalbar
Kepala BKSDA Kalbar saat melintasi salah satu jalur Ferrata Gunung Kelam. Foto: BKSDA Kalbar
Selanjutnya kami trekking menuju segmen kedua. Jalan setapak tampak bersih dari sampah. Hanya ada serasah dedaunan kering yang terlihat. Ini sangat berbeda, saat saya mendakinya satu tahun yang lalu. Semoga para pengjunjung mematuhi aturan yang telah diterapkan oleh pengelola.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, kami sudah tiba di areal Goa Kelelawar. Selain berupa lobang batu, pada bagian atas batu besar goa tersebut, kini telah dibangun tempat beristirahat berupa dek kayu yang juga berfungsi sebagai lokasi untuk panorama sekitarnya. Karena lokasinya juga sudah cukup tinggi. Tempat ini diberi nama ‘Selfie Deck Goa Kelelawar’. Jadi bagi yang hanya menikmati alam TWA Gunung Kelam sambil melihat-lihat pemandangan serta foto-foto selfie, bisa cukup sampai disini. Tetapi, tetap dengan pengawalan pemandu tentunya.
Para peserta pendakian perdana Via Ferrata Gunung Kelam saat melintasi jalur ferrata. Foto: BKSDA Kalbar
Para peserta pendakian perdana Via Ferrata Gunung Kelam saat melintasi jalur ferrata. Foto: BKSDA Kalbar
Saat melanjutkan perjalanan berikutnya, menarik, pengelola ternyata juga memasang pengaman berupa kabel baja atau sling sebagai pembatas atau pengaman pada titik-titik tertentu yang sekiranya rawan.
ADVERTISEMENT
Tibalah kami pada areal yang dinamakan pos batu jengkol. Dinamakan demikian karena terdapat sebuah batu besar dan pohon jengkol. Disini, kami juga dapat melihat pemandangan lepas ke bawah. Sedang pada sisi lain, terlihat sebagian dinding tebing Gunung Kelam dengan guratan-guratannya yang unik.
Berikutnya, kami mulai lalui jalur Ferrata pertama setelah spidernet. Sebelum naik, pemandu kembali menunjukkan cara menggunakan alat dan menambatkannya serta mendakinya. Sensasi via Ferrata Gunung Kelam pun sudah di mulai dari sini. Menariknya, lintasan sengaja dibuat berbelok yang terkadang mengikuti alur tebing, sehingga kami dapat melihat lepas beberapa pemandangan di sekitarnya.
Para peserta pendakian perdana Via Ferrata Gunung Kelam saat melintasi jalur ferrata. Foto: BKSDA Kalbar
Para peserta pendakian perdana Via Ferrata Gunung Kelam saat melintasi jalur ferrata. Foto: Harley Sastha
Namun, sayang apa yang digambarkan Haller – peneliti Eropa yang mendaki Gunung Kelam lebih dari 100 tahun yang lalu – tentang hutan hujan yang dilihatnya di sekitar kaki Gunung Kelam, kini sebagian telah terkonversi menjadi perkebunan sawit. Tetapi, bersyukurnya, hutan tropis di pada bagian lereng dan atas Gunung Kelam masih terjaga dengan baik.
ADVERTISEMENT
Menuju tangga Ferrata selanjutnya, kami harus trekking sekitar satu hingga satu setengah jam dengan medan pendakian yang cukup terjal. Hingga tiba pada ketinggian sekitar 490 meter di atas permukaan laut (mdpl). Disini, kembali kami melalui jalur Ferrata. Kemudian kembali trekking menuju jalur Ferrata selanjutnya, yang merupakan lintasan terpanjangnya dan extreme vertikal menuju puncak. Sensasi dan adrenalin yang saya rasakan pun semakin meningkat. Karena panjang, ada dua shelter sengaja dibangun di sepanjang lintasan untuk beristirahat.
Semakin ke atas lintasan jalur Ferrata Gunung Kelam makin exstreme dan memacu adrenalin. Foto: BKSDA Kalbar
Semakin ke atas lintasan jalur Ferrata Gunung Kelam makin exstreme dan memacu adrenalin. Foto: BKSDA Kalbar
“Rasanya asyik banget, amazing, luar biasa. Pokoknya teman-teman yang harus ke sini. Rasakan sensasi yang sangat luar biasa dari ferrata Gunung Kelam ini. Benar-benar adventure. Saya tunggu di sini. Kita muncak bareng. Kita ber via ferrata bareng,” kata Watie, satu-satunya peserta wanita dari Sintang yang ikut dalam pendakian perdana.
ADVERTISEMENT
Menjelang matahari terbenam, kami tiba di ujung lintasan ferrata ke empat. Sambil menamti sunset, kami mengambil kebutuhan air pada sumber air yang terdapat di sekitar sini. Dari atas sini kami juga dapat melihat panorama desa dan perekebunan di sekitar kaki Gunung Kelam. Begitu matahari perlahan kembali ke peraduan. Suasana magis pun terlihat begitu memesona. Sangat indah.
Guratan-guratan pada tebing batu Gunung Kelam, dimana sebagiannya teraliri oleh air memberikan pahatan-pahatan indah nan alami. Foto: Harley Sastha
Pagi dari puncak Gunung Kelam dengan pemandangan perkampungan dan kebun pada lereng sekitar gunung. dan bukit-bukit. Foto: Harley
Kemudian, kami melakukan trekking malam hari sekitar satu setengah jam menuju camp kombat di arah timur. Disana kami akan bermalam. Panorama dan pesona yang berbeda kami dapatkan disana.Saat pagi hari, hangatnya serta keindahan matahari terbit juga terlihat begitu cantik. Juga saat lautan gelombang awan menutup sebagian kawasan sekitar puncak, sehingga bukit-bukit lain yang berada di sekitar Gunung Kelam, hanya terlihat bagian ujung-ujungnya saja. Sungguh sebuah pemandangan yang indah luar biasa.
ADVERTISEMENT
Guratan-guratan air yang serta sungai-sungai yang mengalir di sela-sela tebing batu semakin menambah keunikan batu monolit raksasa ini. Semua terlihat seperti mahakarya pahatan-pahatan yang dibuat sang maestro. Namun, terlihat alami. Disekitar hutan tropis dan batuannya, terlihat aneka tanaman tumbuh dan berkembang. Diantaranya berbagai jenis anggrek dan kantong semar atau nepenthes. Tentu yang paling terkenal dari Gunung Kelam adalah Nepenthes clipeata. Endemiknya dari Gunung Kelam. Ukurannya cukup besar dan bentuknya khas dan unik. Termasuk dengan daunnya. Sungguh Nephentes clipeata ini terlihat sangat cantik.
Tanaman endemik Gunung Kelam: Nepenthes clipeata. Foto: Harley Sastha
Tanaman endemik Gunung Kelam: Nepenthes clipeata. Foto: Harley Sastha
Tidak mudah untuk melihat Nepenthes clipeata. Karena ia tumbuh pada tebing-tebing terjal Gunung Kelam. Perlu peralatan panjang lengkap untuk mengjangkaunya. Namun, untuk keberadaan kantong semar langka ini hanya boleh diakses untuk penelitian. Tidak untuk pengunjung umum.
ADVERTISEMENT
“Di tempat lain, kantong semar banyak. Tetapi, untuk jenis ini hanya ada di Gunung Kelam. Pernah ada beberapa kali yang coba mengembangkan di luar habitatnya, namun hingga saat ini belum ada yang berhasil. Umurnya hanya sampai beberapa hari kemudian mati. Untuk penelitian kami ijinkan dan sangat mendukung. Yang penting sesuai dengan prosedur,” kata Sadtata.
ADVERTISEMENT
Untuk menuju lokasi juga sangat mudah. Hanya memerlukan waktu sekitar 30-45 menit berkendaraan dari Kota Sintang. Untuk informasi lebih lanjut dan paketnya, kalian bisa kunjungi langsung instagram resmi kelompok pemandu resminya @kelam_rock_mountain.
Jadi, gimana sobat Kumparan. Ayo, rasakan sensasi dan adrenalin yang berpacu saat mendaki Via Ferrata Gunung Kelam. Pengalaman yang tidak terlupakan mendaki dan bertualang di batu monolit terbesar dunia.
ADVERTISEMENT