Yuk, Kembali Berwisata Menjelajahi Alam Nusantara

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
Konten dari Pengguna
23 November 2021 5:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Beberapa wisatawan sendan menikmati salah satu spot cantik di Taman Wisata Alam 17 Pulau/ Foto: Instagram BBKSDA NTT.
zoom-in-whitePerbesar
Beberapa wisatawan sendan menikmati salah satu spot cantik di Taman Wisata Alam 17 Pulau/ Foto: Instagram BBKSDA NTT.
ADVERTISEMENT
Tidak dapat dipungkiri, Indonesia memiliki banyak sekali potensi wisata alam. Sebagian di antaranya berada di dalam kawasan konservasi, seperti Taman Nasional (TN), Taman Wisata Alam, Suaka Margasatwa (SM) dan Taman Hutan Raya (Tahura). Mungkin, kamu sendiri salah seorang yang kerap menyambangi kawasan-kawasan konservasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Nah, tahu juga kah kamu, kalau sebenarnya, sebagaimana pernah dipaparkan oleh Direktur Jenderal KSDAE Wiratno, beberapa waktu lalu, pada Webinar Pariwisata Gunung yang Berkelanjutan, yang diselenggarakan oleh Federasi Mountaineering Indonesia (FMI) dengan Masyarakat Geowisata Indonesia (MAGI), pada 3 Juli 2021, bahwa, Indonesia mengantongi 556 kawan konservasi: 214 Cagar Alam (CA), 80 Suaka Margasatwa (SM), 54 Taman Nasional (TN), 34 Taman Hutan Raya (Tahura), 134 Taman Wisata Alam (TWA), 11 Taman Buru (TB) dan 29 Kawasan Suaka Alam (KSA)/Pelestarian Alam (KPA) lainnya, dengan total luas mencapai sekitar 27.257.128,20 Ha.
Melihat burung-burung migran, salah satu hal menarik yang dapat disaksikan saat mengunjungi TWA Teluk Kupang. Foto: BBKSDA NTT
Tetapi, dari semua kawasan konservasi tersebut, hanya TN, TWA, Tahura dan SM (terbatas), yang boleh dimanfaatkan untuk kegiatan wisata alam. Coba diingat, sepertinya kamu pun sudah pernah mengunjungi beberapa di antara kawasan konservasi tersebut. Dan, juga diingat lagi, apakah kamu sudah mengikuti aturan yang berlaku dan ditetapkan oleh pengelola saat mengunjunginya? Karena, mengikuti dan mematuhi aturan yang berlaku saat berkunjung di kawasan konservasi, juga merupakan bagian dari perilaku dan gaya hidup konservasi, lho.
ADVERTISEMENT
Wisata Alam Mendorong Pemulihan Ekonomi
Pandemi COVID-19, dapat dikatakan telah memukul hampir sebagian besar sektor perekonomian masyarakat. Dan, pariwisata alam, termasuk salah satu yang terpuruk cukup parah. Kamu pun tentu merasakannya. Tidak bisa mengunjungi kawasan wisata alam favorit kamu. Nah, mengembalikan dan menggeliatkan kembali pengelolaan wisata alam, diharapkan mampu memulihkan perekonomian kembali
Mengembalikan upaya tersebut, bertempat di salah satu pantai eksotis dan berpasir putih, tempat melihat magisnya senja hari saat matahari kembali ke peraduannya, diselenggarakan Festival Taman Nasional dan Taman Wisata Alam (FTNTWA) Indonesia 2021, sebagai bagian dari rangkaian puncak perayaan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2021, pada 22-24 November 2021, di Pantai Lasianan, Taman Wisata Alam (TWA) Teluk Kupang, yang biasanya diperingati pada 10 Agustus setiap tahunnya.
Suasana senja saat matahari terbenam di Pantai Lasiana, TWA Teluk Kupang. Foto: Dina Srikiandi,
Mengusung tema Promosi Wisata Alam Mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional di Masa Pandemi, FTNTWA mendorong kembali semangat kamu semua untuk berwisata alam di taman nasional dan taman wisata alam di tanah air.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Pelaku Utama
Menurut Wiratno, pada sambutan tertulisnya pada pembukaan puncak perayaan HKAN 2021, sebagaimana dibacakan oleh Sekretaris Dirjen KSDAE, Suharyono, pengelolaan jasa lingkungan, seperti sumber air, makanan, tumbuhan, tumbuhan obat, dan wisata alam di kawasan konservasi, pada beberapa tempat terbukti telah memberikan multiplier effect yang cukup besar pada masyarakat. “Inilah saatnya sebagai pelaku utama dalam pengelolaan konservasi dan budaya,” pesan Wiratno.
Sejalan dengan tema ‘Bhavana Satya Alam Budaya Nusantara’ yang artinya Memupuk Kecintaan pada Alam dan Budaya Nusantara. Jadi, dari tema tersebut, sangat jelas ya, kalau pendekatan masyarakat sangat penting untuk semakin mengenal alam sekaligus cinta pada budaya yang tumbuh di sekitar wisata alam.
Indah dan cantiinya tenuhtradisional khas Nusa Tenggara Barat, merupakan salah satu daya tarik wisata budaya. Foto: Harley Sastha
Nah, direaktifasikannya kembali objek daya tarik wisata alam (ODTWA) di kawasan konservasi di masa pandemi COVID-19, memang menjadi tantangan tersendiri. Karenanya, benar-benar perlu kehati-hatian dan tetap harus dapat menerapkan protokol kesehatan COVID-19 yang telah ditetapkan.
ADVERTISEMENT
“Kami siapkan sarana prasarana pendukung, Standar Operasional Procedure (SOP) dan Sumber Daya Daya Manusia (SDM) selalu mengedepankan protokol kesehatan yang ketat, demi memotong penyebaran mata rantai penyebaran COVID-19,” imbuh Wiratno.
Semuanya selaras dengan strategi pengembangan pariwisata alam Conservation, Community and Commodity. Mengutamakan wisata yang berkualitas (quality tourism) dan mendorong berkembangnya wellness tourism. Dengan harapan, durasi tinggal (length of stay) wisatawan meningkat.
Peresmian puncak Perayaan Hari Konservasi Alam Nasioanl (HKAN) 2021 oleh Setditjend KSDAE Suharyono, didampingi Julie Sutrisno Lasikodat Anggota DPR RI Komisi IV dari Partai Nasdem dan Sekda Provinsi NTTB Benediktus Polo Maing di Pantai Lasiana, Kupang. Foto: Harley Sastha
Jadi, yuk kita kembali mengunjungi wisata alam di tanah air, untuk turut serta mengembalikan tingkat ekonomi masyarakat di sekitarnya. Tetapi, tentunya harus tetap dapat menjadi pejalan atau traveler yang cerdas, bijak dan bertanggung jawab.