Video Gaming Jadi Candu

Hartati Nurwidjaya
Owner www.tatiatravels.com, Youtube Tatia in Greece, Alumni Sospol UGM dan Penulis 5 buku Non Fiksi. Menetap di Yunani sejak 2003.
Konten dari Pengguna
2 Desember 2020 21:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hartati Nurwidjaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto; dokumen pribadi Hartati Nurwidjaya
zoom-in-whitePerbesar
Foto; dokumen pribadi Hartati Nurwidjaya
ADVERTISEMENT
Menurut laporan terakhir gamerant ada sebanyak 3.1 miliar orang di dunia main video games atau sekitar 40% dari populasi dunia. Dua di antaranya termasuk putra saya yang berusia 15 dan 16 tahun. Sebelumnya saya tidak tahu-menahu mengenai video games, sampai akhirnya saya coba main salah satu permainan yang sedang populer. Ternyata permainan video games ini tidak bisa dihentikan jika Anda berhenti maka akan kena ban.
ADVERTISEMENT
Selain kena ban kalau stop bermain, para pencipta video games juga cerdik untuk meraup keuntungan dengan menjual berbagai aksesoris untuk sebuah permainan. Bisa mulai dari baju, alat untuk menghantam lawan dan sebagainya.
Kebiasaan main video games ini bukan hanya menguras waktu, biaya dan tenaga. Bagi anak-anak yang sudah kecanduan bermain akan membawa masalah pada prestasi di sekolahnya. Karena kebiasaan main video games yang berjam-jam sehingga lupa membaca. Mau tidak mau sebagai orang tua kita harus tegas pada anak-anak dengan cara membatasi waktu bermain games.
Ilustrasi Perempuan Main Mobile Games Foto: Dok. Shutterstock
Selain masalah prestasi belajar, bermain games di layar monitor tv atau handphone akan membawa petaka pada kesehatan mata anak-anak. Radiasi dari layar monitor merusak mata anak-anak yang bisa menyebabkan anak-anak harus memakai kacamata lebih dini.
ADVERTISEMENT
Satu-satunya cara untuk para ibu yang punya anak balita, jangan pernah sekali-kali memberikan gadget sebagai alat untuk menarik perhatian anak. Saya salut pada orang tua yang membatasi penggunaan handphone dan video games. Mengenalkan teknologi untuk anak bukan melalui gadget lebih baik berikan buku agar lebih gemar membaca.
Jika saya boleh berpendapat, lebih baik mengenalkan permainan tradisional pada anak-anak terlebih dahulu. Bermain petak umpet, bermain kelereng, bermain lompat tali, ular tangga, main sepak bola, berenang dan jenis permainan lainnya yang lebih sehat dan tidak mengeluarkan biaya.
Athens, 2 Desember 2020