Jean Luc Godard dan Kebangkitan Sinema Independen

Hasna Fatina
Mahasiswa Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga.
Konten dari Pengguna
25 November 2020 15:46 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hasna Fatina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Industri Film Foto: Indra Fauzi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Industri Film Foto: Indra Fauzi/kumparan
ADVERTISEMENT
Film minim dialog, ceritanya aneh, dan tidak bisa menghasilkan profit adalah sekian dari karakteristik yang tidak benar mengenai film indie dari para penontonnya. Satu hal yang paling salah dimengerti adalah karya ini memiliki karakteristik seperti di atas karena kurangnya dana dalam produksinya.
ADVERTISEMENT
Padahal pengertian tersebut sangat jauh dari makna sebenarnya. Film independen adalah hadirnya independensi berpikir dibalik proses produksi karya tersebut.
https://frenchculture.org/events/9326-image-book-jean-luc-godard
Mengenal Godard
Jean Luc Godard adalah seorang sutradara berkebangsaan Prancis yang tergabung dalam grup liberasi sinema dan menjadi penggerak revolusi film French New Wave yang terjadi di akhir tahun 1950-1960. Pada 1949, Ia menempuh pendidikan etnologi di Sorbonne, minat nya pada bidang tersebut terpengaruh oleh karya-karya Jean Rouch, seorang antropolog dan ahli teori film dokumenter atau cinéma verité pertama saat itu.
Masa Pendidikannya pula yang mempertemukan Godard dengan François Truffaut, Jacques Rivette, dan Éric Rohmer, para penggagas gelombang baru sinema lainnya. Pada 1950, Godard menulis untuk La Gazette du Cinéma, jurnal kecil yang mengulas berbagai film.
ADVERTISEMENT
Kegiatan tersebut berlanjut hingga tahun 1951, ia menjadi kritikus pada majalah bulanan Cahiers du Cinéma. Godard bersama kritikus lainnya seperti Truffaut dan Chabrol mewujudkan hal-hal krusial pada dunia sinema, di antaranya: kata ‘Auteur’ sebagai rekognisi untuk para seniman yang melahirkan karya dengan autentitas tinggi sehingga karya tersebut dengan mudah dikenali siapa pembuatnya serta gelombang baru, French New Wave yang berpengaruh pada perubahan sinema dunia. Langkah para pencetus tersebut dimulai sebagai kritikus film.
Seni Berpikir dibalik Produksi Film
Dengan pengamatan empiris, Godard berpendapat bahwa karya film pada saat itu menyuapi penonton dengan apa pun yang tampil di layar tanpa membuat penonton berpikir terhadap konteks dan konten yang disajikan. Ia berpendapat bahwa sineas seharusnya mempertimbangkan pula apa makna sebuah film dan kontribusinya pada seni dan budaya.
ADVERTISEMENT
Membuat film untuknya bukan sekadar menghasilkan karya seni untuk menghibur namun juga berpikir, metode untuk melihat dunia dengan cara yang lain. Pemikirannya tersebut tidak hanya tertuang pada tulisannya di majalah namun juga pada filmnya.
Karya Godard dianggap 'radikal' bagi formula film klasik karena menuntut revolusi dengan inventaris baru: teknik pembuatan, narasi cerita, serta adopsi format visual terkini pada masanya seperti 3D.
Saat penayangan film A Married Woman (1964) dilarang oleh sensor Prancis, Godard berpendapat larangan tersebut bukan karena menampilkan adegan vulgar namun dianggap membingkai keburukan gaya hidup masyarakat pada masa itu. Semua hal mengerikan tentang kehidupan modern diubah menjadi karya.
Ditambah, pasar film saat itu dikuasai Amerika. Banyak sineas Prancis mengikuti formula film Hollywood. Godard mengkritik kualitas film yang seharusnya mencerminkan intelektualitas dalam seni dan budaya Prancis. Itu hanya beberapa dari pemikiran Godard yang menjadi motifnya untuk membebaskan sinema dari beban klasik yang monoton.
ADVERTISEMENT
Godard dan Karyanya yang Revolusioner
https://en.wikipedia.org/wiki/Breathless_(1960_film)
Godard telah menghasilkan beberapa film seperti Operation Concrete (1958), All The Boys Are Called Patrick (1959) sebelum film panjang revolusioner pertamanya tayang perdana di Paris. Kala itu, Amerika adalah eksportir film terbesar namun film Hollywood memiliki teknik yang monoton dan narasi masih terikat ketentuan Hays Code. Kode tersebut bekerja sebagai badan sensor yang melarang adegan yang dianggap tidak bermoral dan vulgar. Hari ini, kode itu telah digantikan dengan sistem rating.
Maka, À bout de souffle (Breathless, 1960) singkat menjadi angin segar untuk audiens. Dengan sentuhan khas New Wave; ide narasi yang tidak terikat ketentuan sistem, jump cuts atau lompatan gambar dalam rangkaian adegan untuk menandakan perubahan latar dan waktu, penggunaan cahaya alami, serta pengambilan gambar langsung di lokasi tanpa studio.
ADVERTISEMENT
Film ini pun tidak menggunakan naskah. Godard membuat rancangan dialog malam hari dan merevisi disaat latihan. Semua teknik terbaru ditemukan Godard memang ditengah kekurangan yang ada namun dengan kontemplasi mendalam, diubahnya kekurangan tersebut menjadi teknik pembuatan yang khas dan merefleksikan pahitnya realita.
Pengaruh dari Karya Godard
Terlepas banyaknya kritik yang pernah Godard tuliskan, hal tersebut belum berhasil mempengaruhi khalayak sampai ia memenangkan Best Director pada Festival Cannes, apresiasi tertinggi bagi para sineas di dunia. Baru setelah itu, banyak pihak yang akhirnya memperhitungkan kritik terbitan Cahiers dan memberi pengaruh pada sineas untuk mereformasi karya mereka.
Periode New Wave adalah waktu bangkitnya film independen yang ditandai banyaknya sineas memproduksi film tersebut. Bukan hanya dalam Prancis, namun juga ke industri film terbesar, Hollywood.
ADVERTISEMENT
Studio gencar memberi dana untuk pembuatan film yang mengangkat konten sosial dan politik. Film produksi Hollywood yang menandakan New Hollywood Cinema adalah Bonnie and Clyde (1967) sarat kekerasan, percintaan, dan darah namun menceritakan suatu beban yang ada dalam tatanan sosial dan ekonomi dalam narasinya.
Sangat kontras dengan mayoritas film yang diproduksi studio saat itu. Berkat revolusi ini pula adanya kata semat Auter, nama sekelas Alfred Hitchcock, Robert Altman, Francis F. Coppola menjadi tak lekang waktu melalui karya.
Dinamika dalam dunia sinema tentu tidak berhenti sampai disitu. Namun, peristiwa tersebut merupakan revolusi besar dan sangat berpengaruh dalam film serta budaya yang berawal dari suatu pemikiran. Film merupakan media visual yang mudah mendapat perhatian banyak khalayak.
ADVERTISEMENT
Sudah seharusnya pembuatan film juga dibarengi kesadaran dan pemikiran pembuatnya. Tujuan film tidak sebatas menjadi komoditas dan pengulangan narasi yang sudah ada namun menjadi medium antar budaya dan sosial. Hal itu adalah bentuk independensi dalam sinema yang sebenarnya.