Memaknai Tradisi Sungkeman Saat Lebaran

Malwa Hazwani
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN "Veteran" Yogyakarta
Konten dari Pengguna
1 Mei 2021 9:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Malwa Hazwani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
com-Ilustrasi sungkem ke orang tua Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi sungkem ke orang tua Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hari raya idul fitri atau lebaran menjadi salah satu momen yang paling ditunggu umat muslim setelah menjalani puasa selama 30 hari lamanya. Merayakan hari kemenangan setelah menahan lapar, hawa dan nafsu menjadi sebuah momentum berharga di bulan yang penuh berkah ini. Idul Fitri atau lebaran di Indonesia diwarnai dengan berbagai macam tradisi, salah satunya adalah sungkeman.
ADVERTISEMENT
Sungkeman sendiri adalah sebuah tradisi yang dilakukan seseorang sebagai wujud rasa terima kasih dari orang yang lebih muda kepada orang tua atau seseorang yang dianggap lebih tua. Sebenarnya tradisi sungkeman ini lebih akrab dengan prosesi adat jawa dalam pernikahan. Sungkeman dilakukan ketika kedua mempelai memohon doa restu kepada orang tuanya. Namun, dalam konteks lebaran, tradisi sungkeman diartikan menjadi wujud permintaan maaf dan bakti kepada orang tua atau orang yang dituakan.
Masyarakat Indonesia sendiri mungkin sudah tidak asing dengan proses sungkeman itu sendiri. Di keluarga saya sendiri, tradisi sungkeman menjadi suatu hal yang wajib dilakukan pada saat lebaran datang. Biasanya, setelah kami melaksanakan salat idul fitri bersama di masjid, kami langsung pulang ke rumah dan membuat antrean dari yang paling tua ke yang muda untuk melakukan prosesi sungkeman. Dimulai dari orang tua ke nenek dan kakek lalu dilanjutkan oleh kami para cucunya.
ADVERTISEMENT
Pada awalnya sungkeman menjadi hal yang aneh buat saya, karena kita diharuskan bersimpuh sambil mencium kedua tangan orang yang lebih tua untuk meminta maaf dan menerima sedikit wejangan. Mungkin karena gengsi tidak pernah menyampaikan rasa maaf secara langsung, jadi waktu awal-awal kerasa sekali canggungnya, apalagi kalau sama kakek-nenek yang diharuskan berbicara pakai Bahasa Jawa. Tapi, setelah bertahun-tahun saya menjalaninya ternyata sungkeman bukan momen yang aneh kok, malah ini menjadi ajang untuk bisa mengutarakan perasaan sayang dan permintaan maaf yang sebelum-sebelumnya sulit terlontar.

Dalam prosesi sungkeman, pengaruh adat istiadat sendiri berperan sangat besar. Lantas sebenarnya bagaimana tradisi ini dimaknai dari sudut pandang agama dan hukum islam?

Ada berbagai pandangan mengenai bagaimana menyikapi tradisi sungkeman ini, dalam hadits riwayat muslim, Rasulullah bersabda bahwa seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka akan aku perintahkan seorang istri sujud kepada suaminya.
ADVERTISEMENT
Dalam Al-Quran pun juga dijelaskan di dalam Surah Al-Baqarah ayat 34 yang berbunyi “Bersujudlah kamu kepada Adam! Maka mereka semua pun bersujud, kecuali iblis.” Hal ini menunjukkan bahwa dalam agama sendiri makna sungkeman atau bersujud bukan diartikan menjadi menyembah tetapi penghormatan terhadap orang yang tua.
Sebenarnya dalam hukum islam, melakukan tradisi sungkeman tidak dilarang ataupun bertentangan dengan syariat agama. Selama dalam pelaksanaanya tidak berlebihan dan tidak menyerupai gerakan salat yang memuji kepada Allah, maka hal tersebut diperbolehkan. Ali Bin Abi Thalib juga pernah berkata bahwa beretika yang baik adalah mengikuti tradisi dalam segala hal selama bukan menjerumuskan ke dalam kemaksiatan.
Tidak ada yang salah sebenarnya apabila kita ingin melakukan tradisi sungkeman pada saat lebaran datang, pun sebenarnya tidak ada kewajiban juga sih untuk melakukannya. Tetapi, ketika kita ikut serta dalam melaksanakannya, tinggal bagaimana dari pribadi kita memberikan pemaknaan terhadap tradisi yang kita percaya akan membawa kebaikan tersebut.
ADVERTISEMENT