Konten dari Pengguna

Lulus Kuliah, Tapi Menganggur: Apakah Pendidikan Tinggi masih jadi Jalan Keluar?

hedda navisah putri
mahasiswa fakultas vokasi program studi akuntansi di universtas airlangga
9 Desember 2024 15:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari hedda navisah putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
pendidikan di perguruan tinggi negeri
zoom-in-whitePerbesar
pendidikan di perguruan tinggi negeri
ADVERTISEMENT
Pada masa kecil, kita sering mendengar mantra yang diajarkan orang tua: “Sekolah yang rajin,kuliah yang tinggi-tinggi, nanti pasti sukses.” Namun, realitas dunia kerja saat ini semakin menunjukkan bahwa pendidikan tinggi tidak lagi menjadi jaminan kesuksesan. Banyak lulusan universitas di Indonesia kini dihadapkan pada kenyataan pahit: menganggur setelah lulus
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 menunjukkan tingkat pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 5,8%. Dari jumlah itu, sekitar 14% adalah lulusan perguruan tinggi. Fenomena ini dikenal sebagai overeducation, di mana lulusan memiliki pendidikan yang lebih tinggi daripada kebutuhan pasar kerja. Akibatnya, banyak yang terjebak di pekerjaan yang tidak sesuai dengan kualifikasi mereka, sementara sebagian lainnya tidak mendapatkan pekerjaan sama sekali. Penyebabnya beragam. Salah satunya adalah ketidak sesuaian antara kurikulum pendidikan tinggi dan kebutuhan dunia industri. Banyak universitas masih berfokus pada teori tanpa membekali mahasiswa dengan keterampilan praktis yang relevan. Di sisi lain, lapangan kerja yang tersedia tidak mampu menampung jumlah lulusan yang terus bertambah setiap tahunnya.
Pandangan bahwa pendidikan tinggi adalah satu-satunya jalan menuju kesuksesan perlahan mulai dipertanyakan. Meskipun gelar sarjana masih dianggap sebagai simbol prestise sosial, kenyataannya dunia kerja semakin menghargai keterampilan praktis, pengalaman kerja, dan kemampuan beradaptasi. Bahkan, di era digital seperti sekarang, keterampilan teknologi, kemampuan analisis data, hingga kreativitas dalam memanfaatkan platform digital sering kali lebih dicari dibandingkan ijazah semata. Profesi baru seperti data analyst, digital marketer, hingga content creator menjadi contoh pekerjaan yang lebih menitikberatkan pada kemampuan spesifik daripada latar belakang pendidikan Ada beberapa aspek yang menjadi akar masalah:
ADVERTISEMENT
1. Ketimpangan antara Pendidikan dan Dunia Kerja
Banyak lulusan yang masih kesulitan menjawab kebutuhan dunia industri. Misalnya, lulusan teknik informatika yang belum fasih dengan teknologi terbaru atau lulusan ekonomi yang minim pengalaman riset pasar.
2. Minimnya Program Magang yang Berkualitas
Sebagian besar universitas belum menjadikan pengalaman magang sebagai bagian penting dalam kurikulum. Padahal, magang adalah jembatan penting bagi mahasiswa untuk mengenal dunia kerja sesungguhnya.
3. Persaingan Global
Di era globalisasi, tenaga kerja asing dengan keterampilan unggul mulai masuk ke Indonesia. Ini memperketat persaingan, terutama di sektor-sektor tertentu seperti teknologi dan finansial. Solusi: Menyesuaikan Paradigma Lalu, apa yang bisa dilakukan? Berikut beberapa langkah yang perlu dipertimbangkan:
1. . Mengintegrasikan Soft Skills dan Hard Skills
ADVERTISEMENT
Perguruan tinggi harus memperbarui kurikulum mereka, mengintegrasikan pelatihan keterampilan teknis (hard skills) dan keterampilan interpersonal (soft skills) seperti komunikasi, manajemen waktu, dan kepemimpinan.
2. Memperluas Kesempatan Magang dan Pelatihan
Pemerintah dan universitas perlu bekerja sama dengan industri untuk menciptakan program magang berkualitas. Hal ini tidak hanya memberikan pengalaman kerja, tetapi juga membantu mahasiswa memahami kebutuhan pasar kerja.
3. Mengedukasi Mahasiswa Tentang Peluang Non-Tradisional
Mahasiswa perlu dikenalkan pada peluang-peluang baru, seperti membangun bisnis sendiri, bekerja di industri kreatif, atau memanfaatkan teknologi digital untuk menciptakan lapangan kerja sendiri.
4. Mendorong Reskilling dan Upskilling
Bagi lulusan yang kesulitan mendapatkan pekerjaan, pelatihan tambahan seperti coding bootcamp, kursus pemasaran digital, atau sertifikasi profesional bisa menjadi jalan keluar. Pendidikan Tinggi Masih Relevan, Tapi Harus Berubah. Pendidikan tinggi masih relevan, tetapi harus bertransformasi agar lebih adaptif terhadap perubahan zaman. Gelar akademis bukanlah akhir dari segalanya, melainkan langkah awal untuk terus belajar, berkembang, dan beradaptasi.
ADVERTISEMENT
Generasi muda Indonesia harus diberi ruang untuk mengeksplorasi potensi mereka di luar jalur tradisional. Dengan pendidikan yang lebih relevan dan keterampilan yang memadai, kita bisa memastikan bahwa lulusan universitas tidak hanya berakhir dengan ijazah di tangan, tetapi juga masa depan yang cerah di hadapan mereka