news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Presiden AS Sebut Jakarta Akan Tenggelam, Indonesia Berpotensi Hilang dari Peta?

Hendra J Kede
Ketua Dewan Pengawas YLBH Catur Bhakti / Partner pada Kantor Hukum E.S.H.A and Partners / Wakil Ketua Komisi Informasi Pusat RI 2017-2022 / Ketua Pengurus Nasional Mapilu-PWI 2003-2013 / Wakil Ketua Dept. Kerjasama dan Komunikasi Umat ICMI Pusat
Konten dari Pengguna
5 Agustus 2021 6:54 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hendra J Kede tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Hendra J Kede, Wakil Ketua Komisi Informasi Pusat RI
Presiden AS Joe Biden bereaksi selama KTT AS-Rusia dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Villa La Grange di Jenewa, Swiss, Rabu (16/6). Foto: Kevin Lamarque/REUTERS
Sekelas Presiden Amerika, Presiden negara super power dunia, super power dalam artian apa saja, militer, ekonomi, politik, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi, tiba-tiba saja mengatakan: Jakarta akan tenggelam.
ADVERTISEMENT
Bagi yang mengerti bagaimana proses sebuah informasi berjalan di lorong-lorong birokrat sehingga sampai di meja politisi yang menjadi pembantu Presiden sebelum sampai ke telinga dan mata Presiden.
Bagi yang mengerti bagaimana tim Kepresidenan melakukan cek, ricek, dan kroscek, lalu bagaimana menghitung dampak luas jika informasi tersebut bocor, lalu bagaimana menghitung dampak jika informasi itu disampaikan kepada publik secara resmi.
Lalu bagaimana menghitung dampak jika penyampaian secara resmi itu melalui mulut Presiden langsung, dan terakhir menghitung dampak positif dan negatif dari pernyataan tersebut terhadap kepentingan dan keamanan nasional suatu negara.
Maka, menurut hemat penulis, semua akan sepakat bahwa: Pernyataan Presiden Amerika, Joe Biden, tentang tenggelamnya Jakarta itu teramat sangat serius dan teramat sangat penting bagi kepentingan nasional dan keamanan nasional Amerika.
ADVERTISEMENT
Sementara dampak besar bagi Indonesia yang sedang menghadapi virus Delta dan bersiap-siap menghadapi virus Delta Plus yang menurut Presiden lebih berbahaya dan lebih menular, pernyataan publik Presiden Amerika itu punya dampak yang sudah pasti: membuat kepanikan dan kegaduhan baru.
Sungguh penulis tidak bisa memahami, kenapa pilihan Biden menyampaikan pernyataan tersebut dalam acara yang dihadiri pimpinan intelijen negara Paman Sam dalam sorotan kamera wartawan.
Kenapa Biden tidak menyampaikannya secara pribadi dan langsung kepada Presiden Jokowi, atau informasi itu cukup disampaikan Menlu Amerika ke Menlu Indonesia, atau disampaikan oleh Utusan Khusus Presiden Amerika untuk urusan perubahan iklim, John F Kerry?
Entahlah, mereka yang tahu, kita hanya bisa menduga-duga.
*
Pertanyaan selanjutnya adalah apa yang dimaksud "Tenggelam" oleh Presiden Biden tersebut?
ADVERTISEMENT
Apakah tenggelam dalam artian harfiah, air menggenangi seluruh daratan Jakarta dan berubah menjadi lautan sehingga tidak bisa ditempati manusia lagi, sebagaimana banyak ditulis media?
Atau itu bahasa simbolik yang dikemas seolah-olah itu bahasa apa adanya?
Kalau itu bahasa simbolik, maka tenggelam dalam pidato Biden bisa punya makna lain dong? Tenggelam dalam artian politik misalnya? Tenggelam dalam artian ekonomi misalnya? Tenggelam dalam artian yang dikaitkan dengan kemampuan penanganan COVID-19 misalnya?
Atau bahkan tenggelam dalam artian hilangnya eksistensi sebuah negara bangsa dengan Ibu Kota Jakarta, Indonesia, dalam peta global?
Kemungkinan terakhir itu tentu sangat tidak kita kehendaki: hilangnya eksistensi sebuah negara bangsa yang lahir dan terbentuk melalui Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 setelah melalui jalan berliku perjuangan berabad-abad dengan pengorbanan berupa lautan darah dan air mata generasi pendahulu, darah dan air mata para pejuang. Perjuangan perebutan kemerdekaan setelah dijajah selama berabad-abad oleh bangsa Eropa karena suburnya tanah di Nusantara ini.
ADVERTISEMENT
Kenapa penulis sampai terbesit berpikir demikian? Bukan menuduh lho ya. Semata karena Presiden Biden dalam forum yang sama juga berbicara tentang bakal terjadi perebutan tanah-tanah subur sebagai dampak dari perubahan iklim global.
Tidak dijelaskan oleh Biden, apakah perebutan itu terjadi antara manusia atau kelompok dalam satu negara atau terjadi perebutan tanah subur antar-negara, seperti terjadi perebutan tanah subur beberapa abad lalu oleh negara-negara Eropa. Amerika direbut, Australia direbut, Selandia Baru direbut, dan seluruh Asia dan Afrika pengin direbut.
Sejarah bangsa kita menunjukkan, Indonesia adalah merupakan salah satu daerah subur yang diperebutkan selama beberapa abad oleh negara-negara Eropa. Indonesia adalah negara bangsa yang diperebutkan oleh bangsa-bangsa Eropa karena kesuburannya. Dan diawali oleh 'perubahan iklim' kesejahteraan di Eropa saat itu.
ADVERTISEMENT
Namun, alhamdulillah, atas berkat rahmat Allah, Tuhan Yang Maha Esa, dapat direbut kembali oleh rakyat Indonesia dan berhasil merdeka tanggal 17 Agustus 1945. Beda nasib dengan rakyat asli Amerika, rakyat asli Australia, rakyat asli Selandia Baru.
Jangan lupa, perebutan tanah subur tersebut tentulah terjadi di dataran yang lebih tinggi dan bukan perkotaan. Bisa dikatakan tidak ada tanah subur lagi di Jakarta kan?
Dan perebutan itu terjadi antar siapa dengan siapa? Antara golongan apa dengan golongan apa? Antara negara mana dengan negara mana? Biden tidak secara eksplisit mengatakan dalam pidatonya.
Kalau tanah subur itu yang dimaksud adalah Indonesia, dan jika yang berebut itu negara-negara lain, maka pertanyaannya adalah apakah misi pimpinan intelijen negara Paman Sam yang hadir dalam acara pidato Biden tersebut selanjutnya?
ADVERTISEMENT
Penulis hanya bisa mengatakan: entahlah, tidak tahu, hanya bisa menebak-nebak, dan penulis belum berkeinginan menuliskan tebak-tebakan yang ada di sanubari penulis dalam tulisan ini.
*
Atas pernyataan Presiden Amerika itu, apakah tidak sebaiknya kita sebagai anak bangsa yang mewarisi kemerdekaan dari para pejuang generasi terdahulu, kemerdekaan dari para penjajah yang berabad-abad lalu memperebutkan negeri kita ini karena kesuburannya, mempersiapkan diri dari segala kemungkinan, khususnya kemungkinan terjelek: perebutan tanah subur kita oleh negara lain?
Apakah tidak sepatutnya kita dengan sangat serius menghitung dan mempersiapkan segala kemungkinan dari pidato Presiden Amerika tersebut?
Mempersiapkan diri dari kemungkinan tenggelam dalam artian harfiah, apalagi tenggelam dalam artian lain. Terutama mempersiapkan diri jika benar-benar terjadi perebutan tanah subur di negeri kita Indonesia ini. Terutama lagi jika perebutan tanah subur itu terjadi lintas negara.
ADVERTISEMENT
Perebutan tanah subur yang boleh jadi diawali dengan dalih perdagangan seperti VOC dulu dan berlanjut dengan kekuatan militer dengan dalih melindungi aset pengusaha negaranya yang ada di Indonesia, melindungi kebun sawit misalnya.
Tidak ada salahnya kita melakukan seperti yang diajarkan leluhur kita dalam kata bijaknya: sedia payung sebelum hujan, dari segala kemungkinan.
Kemungkinan apa saja, harfiah maupun non-harfiah. Kemungkinan apa saja yang bisa ditafsirkan dari pidato resmi dan terbuka Presiden negara paling kuat di dunia tersebut.
Dan sebagai penutup tulisan ini, penulis teringat apa yang disampaikan Menhan Prabowo beberapa waktu lalu: kalau terjadi perang, kita tidak bisa belanja peralatan perang ke supermarket saat perang itu sudah pecah.
Dan penulis tambahkan: kalau terjadi perebutan tanah subur oleh negara-negara lain di negeri tercinta ini, ke mana senjata itu akan dibeli?
ADVERTISEMENT
Sampai kapanpun, tugas setiap generasi adalah memastikan negara kita tercinta ini, Indonesia, harus selalu ada dalam peta dunia sebagai negara berdaulat dan bermartabat dalam segala hal.