Berdikari Pangan Dari Dapur Sendiri

Hendril Heirul Riza
Humas Balitbangtan BPTP Jawa Tengah, Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pertanian Republik Indonesia
Konten dari Pengguna
22 November 2022 21:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hendril Heirul Riza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Dapur merupakan tempat dimana setiap manusia memproses atau mengolah bahan pangan menjadi masakan yang dapat dikonsumsi untuk keberlanjutan hidupnya. Ada istilah "biar dapur ngebul" banyak disisipkan dengan arti bahwa sepanjang dapur tetap ada aktivitas maka kondisi perekonomian rumah tangga tergolong baik.

ADVERTISEMENT
Namun ditengah kondisi saat ini dengan ancaman resesi dan krisis pangan, kondisi perekonomian diprediksi menurun dan tingkat kemiskinan semakin bertambah. Sebuah kenyataan yang menakutkan dan perlu diantisipasi dan diminimalisir dampaknya terhadap ketahanan pangan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Salah satu bentuk antisipasi tersebut Kementerian Pertanian menginisiasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep Rumah Pangan Lestari (RPL).
Konsep Rumah Pangan Lestari dengan menanam sayuran di lahan sendiri (Foto Pribadi)
RPL adalah rumah penduduk yang mengusahakan pekarangan secara intensif untuk dimanfaatkan dengan berbagai sumberdaya lokal secara bijaksana yang menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan rumah tangga yang berkualitas dan beragam. Apabila RPL dikembangkan dalam skala luas, berbasis dusun (kampung), desa, atau wilayah lain yang memungkinkan, penerapan prinsip Rumah Pangan Lestari (RPL) disebut Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Selain itu, KRPL juga mencakup upaya intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dan lainnya), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil.
Penyiapan benih tanaman sayuran yang akan ditanam di pekarangan rumah (Foto Pribadi)
Prinsip dasar KRPL adalah: (i) pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk ketahanan dan kemandirian pangan, (ii) diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, (iii) konservasi sumberdaya genetik pangan (tanaman, ternak, ikan), dan (iv) menjaga kelestariannya melalui kebun bibit desa menuju (v) peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal (foto pribadi)
Seluruh prinsip di atas tersebut membutuhkan pendukung utama yaitu pupuk agar kondisi pertanaman, pekarangan dan kelestariannya tetap terjaga. Akan tetapi ketersediaan pupuk sendiri dirasa sulit dan dengan harga yang cukup mahal.
ADVERTISEMENT
Jika bicara tentang pupuk, maka yang terbayang adalah harga mahal dan jumlah pupuk yang diperlukan banyak. Namun, jika kita melihat konsep biosiklus, maka dengan bermodalkan sumber organik yang dapat diolah menjadi pupuk maka kita tidak perlu lagi mencari atau membeli pupuk di tempat lain, dan jawabannya adalah sampah dapur, sampah yang berasal dari limbah rumah tangga sehari-hari seperti sisa makanan, sisa olahan sayuran yang tidak habis dan lain sebagainya yang berasal dari olahan pangan dapur.
Sisa limbah dapur ini diolah dengan menggunakan CMF (Composter Multi Fungsi).
CMF (Composter Multi Fungsi) (https://www.instagram.com/p/Bb0fHBWAuKX/)
CMF adalah suatu alat sederhana yang dapat mengubah limbah dapur menjadi kompos dan pupuk cair yang dapat digunakan sebagai nutrisi bagi tanaman sayuran maupun buah yang kita tanam di lahan pekarangan sendiri.
Penggunaan CMF tidak sulit (foto pribadi)
Pupuk organik cair merupakan hasil dekomposisi bahan organik dengan bantuan mikroba pengurai. Selain itu, dalam pengolahan sampah rumah tangga menjadi pupuk organik cair dibutuhkan media tempat berlangsungnya proses dekomposisi. CMF menjadi solusi alternatif bagi pengolahan sampah domestik dan juga pemenuhan kebutuhan pupuk alternatif.
ADVERTISEMENT