Faktor Stres Masyarakat Selama Pandemi

HENNY MEILANI AGUSTINI 2020
hai! aku henny meilani aku menjadi sebagai pelajar di Universitas UIN Syarif Hidayatullah
Konten dari Pengguna
30 November 2020 13:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari HENNY MEILANI AGUSTINI 2020 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
COVID-19 adalah Penyakit yang disebabkan oleh Coronavirus Disease 2019. Mengawali tahun 2020, pandemi COVID-19 menjalar ke berbagai negara di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengimbau negara-negara Asia termasuk Indonesia untuk selalu waspada. COVID-19 bukanlah hal yang bisa disepelekan oleh masyarakat, karena merupakan kasus yang baru ditemui dan belum diketahui obatnya.
banyak pihak yang stres dalam kondisi pandemi seperti saat ini.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, sering terjadi kasus Mental Illness atau gangguan kesehatan mental berupa stres hingga depresi yang memiliki jumlah tegangan berbeda dalam pemicu stres yang sama. Bisa membahayakan penderita jika tidak ditangani. Psikolog meyakini gangguan obsesif-kompulsif bisa menjadi salah satu bagian utama masalah kesehatan mental. Banyak masyarakat yang menarik diri dari dunia untuk merasakan rasa aman dan mungkin untuk meningkatkan interaksi di masa depan.
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Stres adalah reaksi seseorang baik secara fisik maupun emosional (mental/psikis), perubahan dari lingkungan yang mengharuskan seseorang menyesuaikan diri. Stres bukan hanya rangsangan atau respons, tetapi proses dimana orang tersebut adalah agen aktif yang dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi perilaku, kognitif, dan emosional.
ADVERTISEMENT
COVID-19 telah membuat cemas banyak orang. Menurut jurnal Setyo Pujiastuti, UNESCO menyebutkan bahwa pandemi COVID-19 mengancam kurang lebih 663.339.941 pelajar di seluruh dunia. Dalam penelitian Eza Golberstein, bahwa pelajar akan mendapatkan gangguan double dari keadaan ini. Selain ketakutan pada virus, anak-anak juga harus terpisah dari sekolah dan teman-temannya.
Para ahli menyatakan bahwa sebagian orang bisa mengalami masalah kesehatan mental yang berkepanjangan dan bahkan bisa menjadi masalah yang jauh lebih serius. Faktor ekonomi orang tua bisa memberikan dampak pada anak. Banyaknya pengangguran karena kebijakan perusahaan tentang pengurangan pegawai semasa pandemi, mengakibatkan beberapa pekerja mengalami krisis ekonomi.
Pasien dapat mengalami depresi karena mengetahui diskriminasi yang dilakukan oleh masyarakat ODP dan PDP COVID-19. Justru masyarakat seharusnya memberikan dukungan dan semangat. Hal serupa yang terjadi pada tenaga medis yaitu mengalami perilaku diskriminasi di tempat mereka tinggal. Bukannya mendapatkan dukungan dari masyarakat, mereka justru mendapat perilaku diskriminasi dengan pengusiran dari tempat mereka tinggal.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, orang tua juga mengalami dampak negatif terhadap kebijakan pemerintah untuk melakukan pembelajaran dari rumah. Selain harus memahami karakter anak, orang tua juga dituntut dapat menjelaskan banyak hal yang berhubungan dengan pelajaran. Banyak masalah lain seperti banyak pekerjaan rumah, mempunyai banyak anak, dan orang tua yang harus bekerja untuk mencari nafkah.
Tim penanggulangan dan pencegahan COVID-19 menghimbau masyarakat diharapkan tenang dan tetap waspada, menjaga perilaku hidup sehat dan bersih, rajin mencuci tangan dengan sabun, menjaga kondisi tubuh supaya sistem kekebalan tubuh baik, menghindari percikan droplet/air ludah, dan menghindari kerumunan.
Mental hygiene salah satu kemampuan individu untuk menyesuaikan diri sendiri dengan orang lain, masyarakat, dan lingkungan. Sehingga terwujud keharmonisan dan sanggup menghadapi masalah yang bisa terjadi. Pemahaman tentang kesehatan mental sangat penting untuk masyarakat karena berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Di masa seperti ini peran masyarakat di lingkungan sangat dibutuhkan dalam perkembangan penderita untuk membantu menyadarkan dan mengantisipasi suatu kejadian yang buruk. Cara menjaga kesehatan mental yaitu menyadari kecemasan adalah hal yang wajar, temukan cara baru untuk bersosialisasi dengan teman-teman di kondisi sosial distancing. Media sosial merupakan solusi yang bagus untuk berkomunikasi dan merupakan satu-satunya jalan keluar untuk melanjutkan hidup sebagaimana mestinya.
Hal lain yang dapat membantu kita untuk menghadapi situasi yang tidak bisa dikendalikan adalah dengan mencari pengalihan. Seperti, mengerjakan kegiatan yang disukai. Selalu fokus pada diri sendiri untuk mempelajari hal baru dan mencari cara supaya memanfaatkan waktu tambahan untuk lebih produktif.
Sikap yang harus kita lakukan dalam situasi pandemi seperti ini adalah tetap mendukung dan memberikan saran yang positif terhadap keputusan atau kebijakan pemerintah Indonesia. Untuk mempertahankan keberlangsungan hidup yang berkualitas selama pandemi, dengan memberikan bantuan baik dari perlengkapan sarana dan prasarana. Selain itu kita juga tetap menjaga kesehatan dan patuhi protokol kesehatan yang ada agar mengurangi risiko meningkatkan penularan infeksi virus COVID-19. Sehingga pandemi segera berakhir dan pendidikan di Indonesia kembali normal dan terus menerus berkembang dengan baik.
ADVERTISEMENT