Monster Itu Bernama Prabowo

Konten dari Pengguna
12 Maret 2019 22:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hersubeno arief Konsultan Media dan Politik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
 Prabowo Subianto di Cianjur, Selasa (12/3)
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo Subianto di Cianjur, Selasa (12/3)
ADVERTISEMENT
Jagad media sosial hari ini dihebohkan oleh sebuah video pendek Prabowo. Dalam video tersebut, Prabowo berada di atas mobil, dikerumuni para pendukungnya. Tiba-tiba, dia terlihat marah dan memukul tangan seorang pria berbaju batik.
ADVERTISEMENT
Video tersebut beredar dengan sangat cepat. Sejumlah akun media sosial milik pendukung paslon 01 ramai-ramai mengunggahnya dan memberi komentar miring.
Akun @imanbr men-twit: memang karakternya main gampar dan galaque.
Akun @Roy766hi2: jangan dekat2 awas di tabok.
Bagi siapapun yang menonton video ini tanpa tahu konteksnya, pasti setuju dengan berbagai komentar miring itu. Apalagi selama ini sudah berkembang mitos Prabowo pemarah. Video itu adalah bukti nyata yang sulit dibantah. Prabowo tidak bisa mengendalikan kemarahannya di depan umum.
Bagaimana cerita sesungguhnya? Selasa (12/3), Prabowo melakukan kampanye dan bertemu pendukungnya di Cianjur, Jawa Barat. Seperti biasa, ribuan pendukungnya langsung mengerumuni mobil dan mengelu-elukannya.
Beberapa emak-emak yang sangat bersemangat mencoba menyalaminya. Dari atas mobil Prabowo menyambutnya. Saat itulah, seorang emak-emak terjatuh karena terdorong oleh seorang pria berbaju batik. Pria itu adalah petugas kepolisian yang ditugaskan mengawal Prabowo. Mereka tergabung dalam personil pengamanan VVIP yang disediakan KPU untuk capres/cawapres.
ADVERTISEMENT
Melihat hal itu Prabowo langsung bereaksi. Dia menepuk keras tangan si petugas, sambil berkata dengan keras pula “jangan dorong rakyat!” Massa yang berkerumun menyambutnya, “Siap!”
Video inilah yang digoreng habis. Beberapa media online sempat mengangkatnya menjadi berita. Namun tak lama berselang, muncul penjelasan dari Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi.
Koordinator Jubir Dahnil Anhar Simanjuntak melalui akun @dahnilanzar mencuit: Pak @prabowo bersama rakyat Cianjur. Beliau memperingatkan dengan keras aparat pengaman yg berlebihan sampai mendorong emak2 yg ingin mendekati beliau. Aparat pengaman yg berbaju batik yg diperingatkan beliau pasti sadar betul kekeliruan dan peringatan Pak Prabowo tsb.Jd stop fitnah.
Untuk meluruskan persoalan, Kepala Pengawal Capres, AKBP Rahmad Hakim, menggelar jumpa pers. Mereka meminta maaf sehingga terjadi insiden tersebut. Menurutnya, Prabowo dalam berbagai kesempatan mengingatkan agar memperlakukan rakyat secara humanis.
ADVERTISEMENT
“Kamu tidak boleh menghalangi saya bersalaman dengan rakyat. Kamu juga tidak boleh kasar dengan rakyat,” ujar Prabowo tegas.
Dalam situasi seperti itu, massa yang antusias dan berdesak-desakan, sulit terhindarkan terjadi saling dorong mendorong. Sang polisi yang ditepuk tangannya oleh Prabowo, beberapa saat kemdian sempat menyelamatkan seorang anak yang jatuh dan hampir terinjak massa.
Mitos sebagai monster pemarah
Dalam beberapa hari terakhir, serangan personal kepada Prabowo meningkat tajam. Dia digambarkan sebagai seorang pemarah dan monster yang menakutkan.
Kelompok Kompas Gramedia (KKG) sempat memelintir berita studium generale Prabowo di kampus Universitas Kebangsaan RI di Bandung, Jumat (8/3). Prabowo disebut marah kepada panitia hanya karena nama adiknya, Hasyim Djojohadikusumo, tidak dicantumkan dalam sambutan. Faktanya, Prabowo sedang bercanda.
ADVERTISEMENT
Video Letjen TNI (Purn) Agum Gumelar yang mendiskreditkan Prabowo juga beredar luas. Agum mengaku tahu persis dimana kuburan para korban “penculikan” Tim Mawar yang diperintahkan Prabowo.
Agum mengaku berhasil mengorek secara pribadi keterangan para anggota Tim Mawar di luar persidangan. Fakta di persidangan tidak ada satu pun penjelasan soal adanya korban yang tewas.
Sembilan orang yang ditangkap oleh Tim Mawar dilepas dalam kondisi hidup. Dua orang di antaranya Desmon J. Mahesa dan Pius Lustrilanang, malah bergabung menjadi anggota Partai Gerindra. Satu orang lagi, Andi Arief menjadi anggota Partai Demokrat yang mendukung Prabowo pada Pilpres 2019.
Wartawan olahraga senior, M. Nigara, menulis Agum berusaha menjegal Prabowo karena dendam lama. Prabowo dianggap punya peran menghambat karier militernya. Agum pada masa Orde baru dipindahkan dari jabatan sebagai Danjen Kopassus TNI AD menjadi Kasdam Bukit Barisan.
ADVERTISEMENT
Agum pada Pilpres 2014 mengaku mengungkit kasus Tim Mawar ketika mengetahui elektabilitas Prabowo hampir mengalahkan Jokowi. Kemungkinan dia kembali melakukan aksi serupa ketika mengetahui laju elektabiltas Prabowo terus naik, dan elektabilitas Jokowi terus menurun.
Para pembenci Prabowo ingin memutar balik arus besar perubahan di tengah masyarakat. Mereka mencoba menakut-nakuti masyarakat pemilih bahwa Prabowo adalah monster yang menakutkan.
Bagi mereka yang kenal Prabowo cukup lama, sikap Prabowo yang keras sekaligus humanis ini sudah terlihat sejak dia masih muda. Biasanya sikapnya akan jauh lebih keras ketika mengatahui ada aparat keamanan, atau petugas negara yang bertindak kasar kepada rakyat.
Maher Algadri, kawan dekat Prabowo sejak muda, punya pengalaman lucu. Ketika masih menjadi perwira muda, Prabowo pernah turun dari mobilnya dan mengejar seorang polisi lalu lintas yang dilihatnya bertindak kasar kepada seorang ibu-ibu.
ADVERTISEMENT
Saking takutnya, sang polisi lalu lintas sampai harus lari pontang-panting dan memanjat pohon kelapa. end.