news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Cerita Sutopo, Lelaki yang Sehari-hari Bergelut dengan Musibah

1 Desember 2017 16:50 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pameo tersebut tampaknya cocok disematkan untuk Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Mulai dari pihak Istana Negara, pejabat pemerintah, hingga wartawan nasional maupun internasional, berkiblat pada Sutopo untuk informasi bencana di Indonesia.
Hal itu membuatnya memiliki banyak jaringan. Ia setidaknya punya 5000 kontak wartawan dan tergabung dalam 176 grup WhatsApp.
Sutopo menyebutkan, grup WhatsApp-nya terdiri dari media komunikasi, para pimpinan redaksi, dan Wartawan Peduli Bencana (Wapena) di beberapa daerah seperti Bali, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Untuk memaksimalkan fungsi dari grup WhatsApp itu, Sutopo melarang anggotanya untuk memberikan informasi selain bencana.
“Ketika saya tegaskan itu, ada yang keluar grup. Ada juga yang iseng kirim tentang politik, saya tegur,” ungkap Sutopo ditemui kumparan (kumparan.com) di Graha BNPB, Senin (27/11).
ADVERTISEMENT
Twitter Sutopo Purwo Nugroho. (Foto: Twitter/@sutopo_BNPB)
Sementara dari akun Twitter pribadinya, hingga Jumat (1/12), Sutopo telah memiliki 44,7 ribu pengikut, dengan lebih dari 10 ribu cuitan yang berisi informasi bencana.
Dengan kemudahan media sosial, Sutopo mengaku dapat dengan cepat menyebarkan informasi ke publik.
“Saat ada gempa, lima menit saya sudah tahu. Kemudian data saya olah menjadi rilis informasi dengan bahasa yang dipahami publik. Rilis, foto, dan video langsung saya sebar di grup. Sekali pukul sudah ribuan,” jelasnya.
Sutopo Purwo Nugroho. (Foto: Nugraha Satia Permana/kumparan)
Selain kecepatan, Sutopo juga tidak melupakan kesahihan data yang ia sebar. Untuk krisis bencana sendiri, informasi yang diberikan harus utuh. Mulai dari kondisi lapangan, waktu kejadian, hingga dampak yang diberikan.
“Krisis itu orang susah cari data. Mau ke mana? Saya dari data dan informasi kuat, karena semua ke BNPB. Saya dapat informasi yang terkoneksikan dengan sistem informasi dunia,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Meskipun Sutopo menguasai data dan informasi, ia tidak memiliki keinginan untuk menyimpannya sendiri. Bagi siapa saja yang membutuhkan informasi mengenai bencana, dengan mudah mendapatkannya dari BNPB.
“Itulah yang menyebabkan informasi lengkap, jadi masyarakat tidak chaos. Media pun tidak bingung cari informasi, karena saya berikan akses luas,” tambah Sutopo.