Hukuman untuk Anak Berbeda dengan Pendisiplinan

Hesty Nuraini
Lulusan Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Negeri Surabaya, bekerja sebagai staff Pusat Bahasa UMSurabaya
Konten dari Pengguna
12 September 2021 11:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hesty Nuraini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
children's punishment. pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
children's punishment. pexels.com
ADVERTISEMENT
Anak-anak memang kerap kali melakukan kesalahan, tidak patuh dan banyak ulah yang membuat orang tua kesal. Itu memang karena mereka masih belum bisa mengontrol sikap dan perilaku. Di sinilah tugas orang tua berfungsi. Orang tua harus mengajarkan anak-anak nya agar memiliki akhlak dan pribadi yang baik.
ADVERTISEMENT
Agar anak mengerti akan sebuah konsekuensi dari kesalahan, yaitu salah satunya dengan cara memberi hukuman. Dalam hal ini, hukuman yang dimaksudkan adalah yang bersifat mendidik atau bisa juga disebut dengan sanksi, memberikan pelajaran serta pemahaman bahwa setiap hal akan selalu ada sebab dan akibat nya. Hal ini dimaksudkan untuk membentuk akhlak anak.

Hukuman Fisik Sangat berbeda dengan Pendisiplinan

Selama ini, biasanya orang tua menghukum anaknya dalam bentuk hukuman fisik maupun mental yang melukai perasaan dan mental mereka. Di sinilah hal yang harus ditekankan bahwa hukuman terutama fisik sangat jauh berbeda dengan pendisiplinan.
Mendisiplinkan anak berarti mengajarkan bagaimana mereka bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi karena anak-anak masih dalam tahap proses belajar dan tumbuh. Sedangkan hukuman fisik ataupun verbal yang bisa melukai mental yang diberikan kepada mereka jika mereka melanggar peraturan atau hanya karena tidak mengikuti kata orang tua, mereka malah akan menderita konsekuensi negative.
ADVERTISEMENT

Hukuman Hanya Membuat Anak Menjadi Takut, Bukan Mengerti

Karena nyatanya, hukuman hanya efektif untuk mencegah perilaku yang tidak pantas sejauh itu hanya akan menimbulkan rasa takut pada anak-anak. Jadi, bukan berarti anak penurut, yang selalu bilang ‘iya’ dengan apa yang dikatakan atau diperintahkan orang tua nya adalah anak yang baik. Karena, bisa saja mereka menjadi penurut karena ketakutan, ketakutan jika akan mendapatkan hukuman fisik maupun verbal. Padahal, anak yang terlalu penurut mungkin akan kehilangan perkembangan kepribadiannya secara menyeluruh di masa mendatang. Ketika suatu saat nanti anak tidak bersama orangtuanya dan harus mengambil keputusan sendiri, anak mungkin berada di situasi “tersesat”.

Jangan Melabeli Anak dengan Sebutan “Anak Nakal”

Masih banyak orang tua yang menuntut kepatuhan dari anak-anak nya dengan cara kekerasan fisik pun verbal, bahkan orang tua melabeli anak-anak mereka dengan sebutan “anak nakal” jika mereka tidak patuh kepada orang tua mereka. Perlu orang tua ketahui bahwa label “nakal” yang orang tua berikan, tanpa sadar akan melukai perasaan anak-anak dan membuat mereka merasa usahanya untuk berbuat baik akan sia-sia karena mereka telah dilabeli sebagai “anak nakal” oleh orang tuanya. Maka dari itu, penting orang tua ketahui hal ini. Lebih baik menjelaskan kepada anak-anak jika perbuatan mereka tidak baik dengan duduk disisi nya, tatap matanya dan tanyakan kepada mereka apa alasan mereka melakukan hal tersebut kemudian nasehatilah pelan-pelan. Dengan begitu mereka akan mengerti mengapa mereka tidak boleh melakukan hal yang serupa dikemudian hari.
ADVERTISEMENT

Anak Bukanlah Robot

Sesungguhnya ketika anak tidak patuh adalah menjadi tantangan bagi orang tua dalam pengasuhan anak. Orang tua harus berusaha lebih keras lagi untuk memikirkan bagaimana cara meyakinkan anak untuk melakukan sesuatu. Cara ini mungkin akan sangat menguji kesabaran orang tua dalam meyakinkan anak-anak mau mengikuti instruksi.
Terkadang, orang tua marah kepada anak karena anak menolak untuk mendengarkan dan kekeh dengan keinginannya yang mungkin hal tersebut bisa menempatkan anak dalam bahaya yang mungkin tidak mampu anak tangani. Karena alasan inilah orang tua bisa menganggap perilaku ini sebagai perilaku yang buruk dan perlu mencoba untuk mendisiplinkan anak-anak.
Penting dipahami oleh orang tua bahwa anak harus cerdas untuk mengerti dan memahami kapan mereka harus patuh dan berani mengutarakan pendapat dan pemikirannya. Karena anak bukanlah robot yang hanya melakukan sesuatu sesuai perintah saja. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan pola asuh anak yang tepat dan sesuai, dengan menempatkan anak sebagai manusia yang juga berhak untuk memiliki kebebasan pendapat tanpa harus jadi pembangkang.
ADVERTISEMENT