Menanamkan Nilai Kesetaraan Gender pada Anak di Rumah

Hesty Nuraini
Lulusan Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Negeri Surabaya, bekerja sebagai staff Pusat Bahasa UMSurabaya
Konten dari Pengguna
16 November 2022 21:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hesty Nuraini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pelajaran yang diterima oleh anak tidak hanya berdampak pada kehidupan sosial masyarakat. Apalagi pada usia Golden Age yaitu antara 0-6 tahun anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan begitu pesat yang tidak bisa di gantikan pada masa mendatang. Ada yang bilang bahwa anak adalah peniru ulung, mereka belajar banyak hal dari cara meniru. Oleh Karena itu peran orang tua dalam membantu tumbuh kembang anak sangat penting. Salah satunya soal kesetaraan gender yang penting di tanamkan sejak dini. Beberapa langkah untuk menanamkan nilai kesetaraan gender pada anak di rumah.
ADVERTISEMENT

Tidak Menggolongkan Aktivitas

Semua anak baik laki-laki atau perempuan mempunya hak untuk mengembangkan potensi mereka dengan mempelajari apapun, palajaran apapun, olahraga apapun dan bermain apapun. Dengan tidak membatasi aktivitas, anak bisa tumbuh secara optimal baik dalam kemampuan spasial maupun empatinya. Jika salah satunya dilarang, maka anak bisa gagal dalam mengembangkan kemampuan salah satunya. Karena sesungguhnya aktivitas atau mainan tidak mempunyai jenis kelamin, masyarakatlah yang melabeli aktivitas atau mainan. Bahwa mobil adalah mainan anak laki-laki, dan boneka adalah mainan anak perempuan. Dalam masyarakat terbentuk stigma bahwa laki-laki adalah makhluk yang kuat, berani, dan mengandalkan otot sedangkan perempuan adalah makhluk yang lemah, mudah menangis, dan mengandalkan perasaan. Banyak orang tua yang melarang anak laki-laki nya menangis, karena menangis bukanlah ciri-ciri seorang lagi-laki. Perempuan dilarang mengikuti olahraga beladiri karena hal tersebut berhubungan dengan otot dimana otot di lekatkan pada seorang laki-laki yang gagah dan kuat. Padahal dengan membiarkan anak laki-laki menangis, hal tersebut baik untuk perkembangan emosional nya. Dia tahu bagaimana cara mengekspresika emosi tanpa harus malu karena dia laki-laki.
ADVERTISEMENT
Kunci utama menanamkan kesetaraan gender pada anak usia dini yaitu jangan membeda-bedakan aktivitas. Karena aktivitas tidak berjenis kelamin hingga kita yang melabeli aktivitas tersebut. Pada dasarnya perempuan mempunyai kesamaan dalam berbagai hal dengan laki-laki.

Memberi Contoh, Bukan Hanya dengan Kata

Anak-anak lebih cepat belajar dari apa yang mereka lihat dan alami dalam kegiatan sehari-hari. Orangtua adalah model utama bagi tumbuh kembang anak-anak. Jadilah model, bukan hanya sekedar memberitahu, dengan begitu anak bisa melihat secara langsung dan bahkan ikut mempraktekkannya. Tunjukkan bahwa semua orang sama, tidak membedakan laki-laki dan perempuan. Misal nya, suami dan istri berbagi peran dalam urusan domestik. Seorang ayah bisa membantu mencuci baju dan ibu yang menjemur, atau ayah yang memandikan anak dan ibu yang memakaikan baju. Dengan begitu anak laki-laki yang kelak akan menjadi suami tidak ragu lagi untuk berbagi peran dalam urusan domestik. Anak perempuan yang kelak akan menadi seorang istri tidak ragu lagi untuk mencuci mobi, memotong rumput atau mengecat rumah, karena tidak saling memberi stigma bahwa pekerjaan tertentu terkait gender tertentu sehingga tidak terjadi double burdent pada salah satu terutama perempuan yang sering di lekatkan dengan peran domestik. Padahal pada zaman sekarang banyak perempuan bekerja untuk membantu perekonomian keluarga, jika laki-laki tidak sadar akan kesetaraan gender dan perempuan di lekatkan pada peran domestic bahwa pekerjaan rumah adalah tugas perempuan, maka akan terjadi double burdent terhadap perempuan.
ADVERTISEMENT

Ajak Anak Bicara Tentang Kesetaraan Gender

Sharing atau ngobrol dengan anak adalah hal yang sangat penting dilakukan oleh orang tua untuk menjalin hubungan baik terhadap keduanya. Sehingga anak tak ragu untuk menceritakan segala sesuatu yang terjadi kepada orang tua. Begitu pula terkait dengan pembelajaran nilai-nilai kesetaraan gender. Karena meskipun anak dibesarkan dalam lingkungan yang bebas dari sterotip gender tetapi tidak menutup kemungkinan anak-anak masih menerima hal alin yang berlawanan di media, sekolah, dan teman sebaya. Pada saat itulah orang tua harus berbicara secara explicit mengenaik kesetaraan gender.