Humor Abu Nawas soal Melarang Rukuk dan Sujud dalam Salat

Hijab Lifestyle
All about hijab.
Konten dari Pengguna
29 Mei 2020 12:03 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi seseorang yang sedang melaksanakan salat. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi seseorang yang sedang melaksanakan salat. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Kalau Al Khansa dikenal sebagai penyair yang puitis dengan kata-katanya yang menggugah hati, maka penyair yang satu ini lebih dikenal dengan kecerdikannya dalam melontarkan kritik-kritik tetapi diselipkanan sedikit humor. Abu Nawas namanya.
ADVERTISEMENT
Seorang tokoh sufi, filsuf, sekaligus penyair, Abu Nawas yang bernama lengkap Abu Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami hidup di zaman kekhalifahan Harun Al-Rasyid di Baghdad pada 806-814 Masehi. Sosoknya juga dikenal sebagai orang yang cerdik dan juga nyentrik.
Abu Nawas lahir di kota Ahvaz di negeri Persia pada 747 Masehi. Ayahnya bernama Hani Al-Hakam yang merupakan orang berdarah Arab dan seorang anggota legiun militer Marwan II. Sedangkan ibunya, bernama Jalban yang berdarah Persia dan bekerja sebagai pencuci kain wol. Yap, di dalam tubuh Abu Nawas mengalir darah Arab dan persia.
Dari kisah Abu Nawas, ada satu cerita humor yang cukup terkenal, yaitu ketika ia melarang sahabatnya untuk melakukan rukuk dan sujud dalam salat.
ADVERTISEMENT
Khalifah Harun Al-Rasyid yang merupakan sahabat dari Abu Nawas merasa jengkel dan marah dengan pernyataan yang dilontarkan oleh karibnya. Kejengkelan itu bertambah saat Abu Nawas juga mengatakan kalau dirinya adalah khalifah yang suka fitnah. Mengetahui hal itu, Harun Al-Rasyid marah besar dan akan menghukum Abu Nawas dengan memacungnya karena telah melanggar syariat Islam sekaligus menyebarkan berita yang tak benar.
Hingga suatu ketika, Abu Nawas menghadap Harun Al-Rasyid.
Dalam pertemuannya tersebut, Harun Al-Rasyid bertanya dengan ketus kepada Abu Nawas.
"Hei Abu Nawas, benarkah kamu berpendapat untuk tidak melakukan rukuk dan sujud dalam salat?"
Dengan tenang Abu Nawas menjawab, "Benar, saudaraku."
Mendengar jawaban yang diutarakan oleh Abu Nawas, Harun Al-Rasyid semakin dibuat panas olehnya. Dia pun kembali bertanya, "Apakah benar bahwa kamu berkata kepada masyarakat kalau aku adalah seorang khalifah yang suka fitnah?"
ADVERTISEMENT
Abu Nawas kembali menjawab, "Benar, saudaraku."
Mengatahui bahwa apa yang didengar oleh Harun Al-Rasyid itu benar, membuatnya semakin marah dan murka.
"Kamu pantas dihukum mati karena telah melanggar syariat Islam dan menyebarkan fitnah tentang khalifah," ujar Harun Al-Rasyid dengan suara tinggi.
Bukan permohonan maaf, tapi Abu Nawas hanya menanggapi santai seraya tersenyum kepada sahabatnya.
"Saudaraku, aku memang tidak menolak bahwa telah mengeluarkan dua pendapat tadi. Tapi, sepertinya kabar yang kamu dengar tidak lengkap. Kata-kataku dipelintir, dijagal seolah-olah aku berkata salah," kata Abu Nawas.
Dengan ketus, Harun Al-Rasyid berkata, "Apa maksudmu? Jangan membela diri, kau telah mengaku dan mengatakan bahwa kabar itu benar."
Abu Nawas yang sedang berhadapan dengan Harun Al-Rasyid sambil duduk, lantas berdiri dan menjelaskan dengan tenang apa yang sebenarnya terjadi.
ADVERTISEMENT
"Saudaraku, aku memang berkata rukuk dan sujud tidak perlu dalam salat, tapi dalam salat apa? Waktu itu aku menjelaskan tata cara salat jenazah yang memang tidak perlu rukuk dan sujud." Jelas Abu Nawas.
"Lalu, soal aku yang difitnah?" tanya Harun Al-Rasyid.
"Kalau itu, aku sedang menjelaskan tafsir surat Al-Anfal ayat 28, yang berbunyi ketahuilah bahwa kekayaan dan anak-anakmu hanyalah ujian bagimu. Sebagai seorang khalifah dan seorang ayah, anda sangat menyukai kekayaan dan anak-anak, berarti anda suka 'fitnah' (ujian) itu," jawab Abu Nawas dengan senyuman.
Khalifah Harun Al-Rasyid pun tertunduk malu setelah mendengar penjelasan Abu Nawas. Sekaligus, apa yang dijelaskannya soal fitnah itu adalah bentuk sindiran buat Harun Al-Rasyid yang terlalu larut dalam kesenangan dunia.
ADVERTISEMENT
Berita-berita tidak benar tersebut rupanya datang dari para pembantu-pembantu Harin Al-Rasyid yang merasa tidak senang melihat kedekatan bagindanya dengan Abu Nawas. Maka, berita hoaks itu pun menyulut kemarahan Harun Al-Rasyid.
Begitulah, salah satu cerita tentang penyair yang bisa membungkus suatu sindiran dan dibumbui sedikit humor serta memasukkan unsur-unsur agama Islam di dalamnya.