Mengingat Kembali Hilangnya Sejumlah Aktivis Pada Masa Orde Baru

Hijab Lifestyle
All about hijab.
Konten dari Pengguna
21 Oktober 2018 2:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Lemahnya penegakan hak asasi manusia (HAM) telah menjadi permasalahan umum yang menjadi pemikiran Bangsa Indonesia hingga saat ini terutama kalangan aktivis dan akademis sebab demokrasi yang sekarang dirasakan merupakan perjuangan para tokoh-tokoh penentang Orde Baru hingga kejatuhannya pada 21 Mei 1998.
ADVERTISEMENT
Kasus-kasus yang dinilai belum usai diadili dimulai dari kasus Tanjung Priok tahun 1984, Daerah Operasi Militer di Aceh, hingga peristiwa Talangsari tahun 1989.
Selain beberapa peristiwa di atas, banyak juga kematian para tokoh pembaruan secara misterius hingga kini masih meninggalkan tanda tanya besar, siapa tokoh yang mendalangi semua itu dan mengapa pemerintah sekarang cenderung takut-takut mengusut kasus beberapa tahun silam?
Foto: Aksi Menolak Lupa Pada Gelaran Pasar Seni ITB 2014 | Dokumentasi Pribadi
Beberapa tokoh yang dimaksud misalnya Wiji Thukul, Munir, dan Marsinah, ketiga tokoh tersebut sebenarnya hanya sekian orang dari ribuan korban kekejaman masa Orde Baru dan sesudahnya.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa sebagai agen perubahan telah melakukan revolusi besar-besaran demi meminta keadilan pemerintah saat itu, terkait dengan penalaran, yakni kegiatan berpikir dalam akal budi yang berupa gerakan dari satu pikiran ke pikiran yang lain, dalam hal ini Wiji Thukul sebagai figur membuat suatu karya yang dianggap merugikan pemerintah Orde Baru.
Foto: Aksi Menolak Lupa Pada Gelaran Pasar Seni ITB 2014 | Dokumentasi Pribadi
Padahal karyanya itu hanyalah rangkaian kata-kata yang tersusun dengan cara-cara tertentu tetapi karya itulah kemudian mengancam hidupnya hingga kematiannya dianggap tidak wajar, lalu Munir, aktivis HAM yang meninggal saat berada di pesawat menuju Belanda.
Kerancuan relevansi terdapat dalam kasus ini di mana argumen media tidak relevan dengan kebenaran atau kesalahan-kesalahan kesimpulan yang akan ditegakkan oleh premis yang diajukan, demikian juga dengan kasus kematian Marsinah, seorang buruh wanita pemberani yang memperjuangkan hak buruh terutama wanita meskipun begitu, aksinya berakhir dengan kematiannya yang tidak wajar.
ADVERTISEMENT