Sejarah Penganiayaan Kejam Muslim di Myanmar

Hijab Lifestyle
All about hijab.
Konten dari Pengguna
5 Februari 2021 16:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pengungsi Rohingya (Foto: REUTERS/Mohammad Ponir Hossain)
zoom-in-whitePerbesar
Pengungsi Rohingya (Foto: REUTERS/Mohammad Ponir Hossain)
ADVERTISEMENT
Kudeta militer yang terjadi di Myanmar membuat gejolak dan ketakutan masyarakat meningkat. Sejumlah pengungsi minoritas umat Muslim Rohingya di Myanmar yang mengungsi di Bangladesh pun ikut merasakan hal yang sama.
ADVERTISEMENT
Mereka juga ikut mengutuk kudeta yang dilakukan oleh militer, namun rasa khawatir dan ketakukan akan nasib mereka juga ikut mengalir bersama.
Di sisi lain, sudah sejak lama pemerintah Myanmar menolak mengakui warga minorias Muslim Rohingya sebagai warga negara, sehingga mereka menjadi sasaran serangan massal dan terusir dari rumah-rumah mereka ke kamp-kamp kumuh. Myanmar yang mayoritas rakyatnya beragama Buddha menganggap Muslim Rohingya sebagai imigran gelap, makanya mereka menolak memberi kewarganegaraan.
Sejak terjadinya Tragedi Rakhine pada 2012, berita mengenai Rohingya mendominasi media internasional. Muslim Rohingya pun mulai banyak dikenal, meskipun banyak pula yang tidak memahami sejarahnya.
Dilansir dari Kumparan, Lembaga HAM Human Right Watch dalam laporannya soal tragedi tahun 2012 yang membuat 125 ribu Rohingya terusir ke Bangladesh --belum kembali hingga sekarang-- menyebut kekerasan terhadap etnis minoritas Muslim itu adalah "pembersihan etnis" atau genosida.
ADVERTISEMENT
Jauh sebelum itu, pada 1559 rupanya telah terjadi penganiayaan yang menimpa umat muslim di Myanmar, tepatnya pada masa pemeirntahan Raja Bayinnaung kyawhtin Nawrahta. Beberapa ajaran dalam Islam dilarang olehnya, seperti penyembelihan hewan dan mencegah umat musim untuk merayakan hari raya mereka.
Namun, semakin berjalannya waktu, pada sekitar abad ke-17, kaum Muslim di Myanmar perlahan mulai mendapatkan kembali kebebasan beragama. Tetapi, siapa sangka, kian hari umat Islam di sana pun kembali menderita karena mengalami penganiayaan hanya berselang 1 abad dari kejayaan umat Muslim di sana.
Lalu, pada masa pemerintahan Raja Bodawpaja (1782-1819), empat imam Muslim paling terkenal di Myanmar ditangkap dan dibunuh di ibu kota dengan tuduhan menolak makan daging bagi.
ADVERTISEMENT
Di bawah pemerintahan Inggris di Myanmar, tekanan ekonomi berkontribusi pada peningkatan kebencian terhadap orang asing pada umumnya dan Muslim pada khususnya. Hal inilah yang menjadi awal dari serangkaian kerusuhan yang menargetkan rumah, toko, dan masjid yang dihancurkan dan dibakar. Kerusuhan ini terus meningkat dan mereda lagi selama beberapa dekade.
Sampai pada akhirnya, umat Islam telah mencapai kondisi terburuk mereka saat ini. Perserikatan Bangsa Bangsa atau PBB pun mengklasifikasikan Muslim Rohingya sebagai komunitas yang paling teraniaya di dunia.