Bahagia Kami saat Mengenalkan Buku Tiga Dimensi (Bagian 2)

Hijab Lifestyle
All about hijab.
Konten dari Pengguna
17 Oktober 2018 16:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Buku Tiga Dimensi menekankan pada gerak, warna, dan visual dengan melibatkan proses penerimaan informasi agar memudahkan siswa dalam mengingat kembali apa yang telah diajarkan guru.
ADVERTISEMENT
Sebab, untuk anak usia SD pengajaran sejarah terbatas pada ingatan peninggalan masa lampau yang sebagian besar melibatkan objek visual berupa candi, rumah, masjid, tokoh, dan lain sebagainya sehingga dibutuhkan suatu konsep untuk merekonstruksi potret produk visual.
Kelas lima menjadi pilihan kami, di jenjang kelas tersebut siswa sudah mendapat Mata Pelajaran Sejarah di kelas empat sehingga memudahkan kami memberikan arahan materi baru.
Apa yang kami harapkan kemudian, Mata Pelajaran Sejarah menjadi bekal dasar siswa mempelajari segala kondisi di tengah masyarakat untuk kemudian membekali individu memiliki rasa nasionalisme dan bela negara.
Foto: Dedikasi Butuh Kesabaran | Dokumentasi pribadi
Penggunaan alat peraga serta gaya pengajaran berbeda dalam penyampaian materi ternyata dapat memberikan efek cukup memuaskan. Pengajaran sejarah selama ini digambarkan kurang menarik sehingga analisis kami menunjukkan bahwa kedua hal tersebut sangat berpengaruh dalam pengajaran sejarah di pendidikan dasar Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ini berarti guru harus memahami karakteristik anak didik sehingga pengajar dapat memberikan metode serta gaya pengajaran yang berbeda untuk memberikan pengajaran efektif khususnya dalam pengajaran sejarah.
Pendidikan sejarah menjadi bagian dari pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar. Pengajaran sejarah merupakan bagian penting untuk menumbuhkan kesadaran menghargai jasa-jasa para pahlawan di usia dini khususnya siswa kelas lima, usia mendekati transisi menuju sekolah menengah.
Proses pembelajaran sejarah sangat memengaruhi daya tangkap siswa dalam menyerap pengetahuan yang diberikan pengajar.
Oleh karena itu, kami mahasiswa memulainya dari hal sederhana, kami menyajikan visualisasi sejarah dalam benda yang bisa dibawa ke mana-mana, dapat dipelajari bukan hanya di sekolah, tetapi juga di rumah atau di manapun individu ingin belajar.
Foto: Ayo Mengajar! | Dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
Buku Tiga Dimensi, disertai strategi bagaimana caranya agar siswa mau belajar tanpa dibebani materi padat dengan kurikulum yang berubah-ubah, ditambahkan ilustrasi berbagai gambar bersejarah diharapkan setelah mempelajari buku tersebut siswa memiliki rasa penasaran hingga dengan sendirinya belajar atas kesadaran diri mencari materi kapan dan di mana saja.
Mahasiswa kini punya pilihan sebelum paperless culture benar-benar mengakar menjadi budaya di Indonesia. Mau memasrahkan pendidikan sesuai arus teknologi sepenuhnya (e-learning) atau membuat inovasi dengan mempertahankan budaya perbukuan dengan risiko keluar tenaga dan pikiran?
Apakah dibiarkan saja hingga digantikan teknologi modern ataukah dilestarikan melalui partisipasi bersama? Inilah harapan dari sentuhan baru atau keyboard menyebutnya CTRL+N tergabung dengan ilmu masa lampau untuk menjadi sebuah karya berlandaskan dedikasi.
ADVERTISEMENT
-Sofi Solihah-