Sikap Nabi Muhammad SAW saat Dikritik Sahabat

Hijab Lifestyle
All about hijab.
Konten dari Pengguna
11 Oktober 2020 14:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sikap Nabi Muhammad SAW saat dikritik oleh sahabat, Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sikap Nabi Muhammad SAW saat dikritik oleh sahabat, Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Kita semua tahu bahwa manusia itu makhluk perubahan, ia akan menciptakan dan menerima. Menemukan hal baru, lalu mengembangkannya. Bagi seorang pemimpin, menerima saran dan kritik sangat diperlukan untuk menciptakan perubahan yang dapat dirasakan dan diterima oleh orang lain.
ADVERTISEMENT
Dalam pandangan Islam, taat kepada pemimpin adalah suatu kewajiban selama hal itu tidak bertentangan dengan syariat Islam. Pun dianggap ketaatan yang mulia sebab sama halnya dengan menjalankan perintah Allah SWT.
Sebagaimana contoh yang terjadi baru-baru ini, yakni ramai-ramai menyuarakan untuk menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja yang dianggap banyak merugikan kaum buruh. Agar suara mereka didengar, aksi penolakan pun dilakukan.
Presiden Joko Widodo yang merupakan seorang pemimpin negara haruslah mengambil sikap untuk menerima kritik dan saran dari mereka yang dirugikan. Bahkan, di jaman Nabi Muhammad SAW dia bersikap legowo ketika menerima kritik jika keputusan yang dibuatnya salah. Akan tetapi, pemimpin juga manusia. Mereka pasti pernah melakukan salah dan lupa. Oleh sebab itu, rakyatnya perlu memberikan nasihat dan mengkritik pemimpinnya.
ADVERTISEMENT
"Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah.” (HR. Muslim no. 49)
Dilansir dari berbagai sumber pada Minggu (11/10/2020), dalam buku yang berjudul 99 Resep Hidup Rasulullah karya Abdillah F. Hasan, ada suatu kisah di mana Rasulullah SAW menerima kritik dari sahabatnya.
Rasulullah SAW bukanlah orang yang antikritik. Bila ada masukan dari siapa pun, beliau pasti akan mempertimbangkannya dengan baik sebelum memutuskan sesuatu. Kisah ini terjadi saat perang Badar, di mana pasukan Muslim kala itu tengah berhenti di sebuah sumur yang bernama Badar. Rasulullah SAW memerintahkan untuk menguasai sumber air tersebut sebelum dikuasai oleh musuh.
ADVERTISEMENT
Khahab ibn Mundzir ra merupakan seorang sahabat yang pandai membuat strategi dalam perang memberikan saran kepada Rasulullah SAW.
"Wahai Rasulullah, apakah penentuan posisi ini adalah wahyu dari Allah SWT atau hanya strategi perang?" tanya Khahab kepada Rasulullah SAW.
Beliau menjawab, "Tempat ini kupilih berdasarkan pendapat dan strategi perang."
Khahab pun memberikan penjelasan, "Wahai Rasulullah, jika demikian tempat ini tidak strategis. Lebih baik kita pindah ke tempat air yang terdekat dengan musuh. Kita membuat markas di sana dan menutup sumur-sumur yang ada di belakangnya."
“Kita buat lubang-lubang dekat perkemahan dan isi dengan air sampai penuh, sehingga kita akan berperang dan mempunyai persediaan air yang cukup. Sedangkan musuh tidak mempunyai persediaan air minum,” lanjut Khahab.
ADVERTISEMENT
Mendengar penjelasan Khahab, Rasulullah SAW berpikir sejenak, lalu menyetujui kritik yang diajukan kepadanya.
Pada dasarnya, sebuah kritik memang bisa sangat berguna maupun jadi malapetaka. Tapi, semua itu tergantung dengan bagaimana kita menyikapinya. Melihat kisah yang dialami oleh Rasulullah SAW, sudah seharusnya setiap pemimpin berpikir positif sehingga bisa menjadikan kritik sebagai cermin yang dapat memberikan gambaran diri yang sebenarnya.
Semoga siapa pun dari kita bisa menerima dengan legowo dan menyikap dengan baik kritikan yang ada.