Alami Kebutaan di Mata Kiri, Orang Utan 'Junai' Kembali ke Habitat

Konten Media Partner
12 November 2019 16:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Junai kembali ke habitatnya di Gunung Tarak. Foto: IAR Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Junai kembali ke habitatnya di Gunung Tarak. Foto: IAR Indonesia
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Junai, seekor orang utan liar jantan dewasa berusia 20 tahun, korban kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat, akhirnya dilepasliarkan ke hutan lindung, di daerah Gunung Tarak, pada Senin (11/11), yang berada tidak jauh dari kawasan Taman Nasional Gunung Palung. Junai mengalami kebutaan pada mata sebelah kirinya, sebelum diselamatkan oleh para petugas penyelamat hewan.
ADVERTISEMENT
Pelepasliaran tersebut dilakukan oleh IAR Indonesia bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I Ketapang, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Wilayah Ketapang Selatan, dan Balai Taman Nasional Gunung Palung.
"Setelah sebulan menjalani masa pemulihan di IAR Indonesia yang memiliki fasilitas perawatan bagi satwa liar, terutama orang utan, Junai dinilai siap untuk kembali hidup di habitat alaminya. Kedua peluru di belakang mata kirinya diputuskan tak diambil, dengan pertimbangan bahwa operasi yang akan dilakukan sangat berisiko mengancam keselamatannya," jelas Argitoe Ranting, Manager Survey, Release, dan Monitoring, IAR Indonesia, Selasa (12/11).
Junai mulai beraktivitas di habitatnya. Foto: IAR Indonesia
Sebelumnya, saat diselamatkan di Desa Tanjungpura, Kecamatan Muara Pawan, Kabupaten Ketapang pada 20 September 2019, Junai dalam kondisi memprihatinkan. Tubuhnya kurus dan mata kiri buta yang setelah diperiksa oleh tim medis, ternyata ditemukan dua butir peluru di dalam tengkorak, tepat di belakang bola matanya.
ADVERTISEMENT
Meskipun salah satu matanya mengalami kebutaan, tim pelepasan yakin, hal tersebut tidak akan mengurangi kemampuannya untuk bertahan hidup selayaknya orang utan. Pihaknya yakin, orang utan dikenal sebagai satwa yang cerdas dengan tingkat kemampuan adaptasi yang tinggi.
"Sebelumnya kami pernah juga melepaskan orang utan yang satu kakinya lumpuh akibat peluru pada tahun 2016 di hutan lindung Gunung Tarak, orang utan ini kami pantau setiap hari, selama beberapa bulan, dan terbukti bahwa orang utan ini mampu bertahan hidup dengan normal, walaupun salah satu kakinya lumpuh, akibat ada belasan peluru yang beberapa di antaranya mengenai saraf tulang belakangnya," bebernya.
Petugas membawa Junai kembali ke habitatnya. Foto: IAR Indonesia
Direktur Program IAR Indonesia, Karmele L. Sanchez, mengatakan, pihaknya sangat sedih melihat areal yang telah terbakar di sekitar kawasan hutan, yang menjadi habitat orang utan Junai.
ADVERTISEMENT
"Orang utan yang terpaksa kehilangan habitat tidak jarang masuk di areal kebun warga, atau areal kampung, dimana kadang ada juga masyarakat yang sangat tidak bertanggung jawab, yang hanya ingin ‘bermain-main’ dengan menyakiti orang utan, dengan menembak peluru pada matanya. Jika peluru sampai kena kedua matanya, orang utannya bisa menjadi cacat untuk selamanya, dan kesulitan untuk melanjutkan hidupnya," tukasnya.