Ancaman Karhutla di Kalbar saat Pandemi COVID-19

Konten Media Partner
13 Agustus 2020 12:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diagnosis ISPA dan COVID-19. Foto: Dok. Pemprov Kalbar
zoom-in-whitePerbesar
Diagnosis ISPA dan COVID-19. Foto: Dok. Pemprov Kalbar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hi!Pontianak - Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di wilayah Kalimantan Barat merupakan ancaman baru di tengah pandemi COVID-19. Dampak kesehatan akibat karhutla cukup berpotensi mengakibatkan infeksi saluran pernafasan.
ADVERTISEMENT
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, dr Wiendra Waworuntu mengatakan, karhutla yang kerap kali terjadi di wilayah Kalbar cukup berdampak pada kesehatan. Berbagai pencemar udara yang ditimbulkan akibat karhutla antara lain debu dengan ukuran partikel kecil, gas SOx, NOx, COx yang dapat menimbulkan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).
"Sejumlah literatur menunjukkan pencemaran udara dan asap meningkatkan penyebaran COVID-19 dengan meningkatnya peluang virus melayang lebih lama di udara, pada kondisi aerosol yang diciptakan asap," kata Wiendra dalam dalam webinar 'Antisipasi Kemenkes dalam Menghadapi Ancaman Karhutla di Masa Pandemi COVID-19', Kamis (13/8).
webinar 'Antisipasi Kemenkes dalam Menghadapi Ancaman Karhutla di Masa Pandemi COVID-19'. Foto: Dok. Pemprov Kalbar
Wiendra mengungkapkan, salah satu dampak dari karhutla adalah munculnya ISPA, yaitu infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai hidung sampai alveoli. Gejala umum yang muncul, seperti demam lebih besar atau sama dengan 38 derajat celcius dan batuk tidak lebih dari 10 hari sejak timbul gejala.
ADVERTISEMENT
Pada kesempatan itu, Wiendra juga memparakan diagnosis pada ISPA dan COVID-19. Diagnosis dari ISPA atas salah satu dampak dari karhutla, yakni gejala umumnya adalah demam, batuk, pilek. Sedangkan diagnosis dari ancaman COVID-19 gejala umumnya adalah demam, rasa lelah dan batuk kering.
"Mendeteksi, mencegah dan merespons kemungkinan peningkatan kasus COVID-19, kasus ISPA atas dan ISPA bawah atau pneumonia. Kita kenali gejala-gejala atau keluhan yang timbul sebagai dampak asap akibat karhutla serta memantau kualitas udara di daerah. Deteksi dini, jika batuk pilek kita harus swab. Kita harus bedakan flu itu," pungkasnya.