Cara Agar Anak Tak Benci Orang Tua Saat Bercerai

Konten Media Partner
16 Juni 2020 14:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pasangan bercerai. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pasangan bercerai. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Perceraian orang tua bisa dikatakan pukulan berat bagi seorang anak. Bagaimana pun, setiap anak tentunya ingin memiliki keluarga yang utuh dan melihat orang tuanya tetap hidup harmonis. Maka tak heran bila perceraian orang tua bisa berdampak pada perkembangan anak dari segi psikologis.
ADVERTISEMENT
Saat memutuskan untuk bercerai, orang tua harus memikirkan bagaimana cara menjelaskan kepada anak. Hal ini harus dilakukan agar nantinya anak tidak membenci orang tua. Apalagi ketika mereka tak lagi tinggal dalam satu rumah.
Penjelasannya pun harus disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti anak agar tidak menimbulkan trauma pada anak.
Verty Sari Pusparini, Psikolog mengatakan, dalam sebuah penelitian jika anak masih terlalu kecil akan lebih sulit menjelaskan soal perceraian, beda ketika anak sudah mulai besar apalagi masuk ranah remaja.
"Hal ini disebabkan karena anak mulai memahami apa yang terjadi di lingkungan. Di sisi lain ia membutuhkan afeksi dari orang tua berkaitan dengan pembentukan jati dirinya. Anak korban perceraian rentan mengalami feeling guilty (merasa bahwa ia berperan dalam perceraian ortunya), feeling unloved (merasa tidak dicintai) dan feeling lost (perasaan kehilangan). Perasaan ini dapat menurunkan harga diri pada diri anak," jelas Verty kepada Hi!Pontianak, Selasa (16/6).
Ilustrasi anak bersedih karena perceraian orang tua. Foto: Shutterstock
Kendati demikian, orang tua masih bisa meminimalkan dampak buruk yang akan dirasakan oleh buat hati setelah mengetahui orang tuanya akan bercerai. Carnya, yaitu dengan langkah CERDIK 'Cerita - Empati - Reframing Pikiran - Dukung anak - Introspeksi Diri - Kompak dengang pasangan'.
ADVERTISEMENT
"Ceritakan situasi yang terjadi di keluarga. Sampaikan sesuai dengan pemahaman anak. Tekankan bahwa ada ketidakcocokan pada perilaku pasangan, bukan ketidaksukaan pada sosok pasangan," kata Verty.
Kedua adalah dengan empati pada perasaan anak. Tanyakan apa yang anak rasakan, pikirkan, dan takuti. Dalam langkah ini para orang tua bisa meminta sang anak untuk menuliskan perasaanya. Tujuannya supaya anak tidak memendam perasaannya. Jika ortu tidak bisa memberi respon pada pikiran anak, cukup memeluk anak.
Verty mengatakan, setelah itu lakukan re-framing pikiran anak dengan melihat situasi secara lebih luas. Cobalah untuk mencari makna positif dari keadaan yang ada. Buatlah anak melihat bahwa perceraian memang sesuatu yang menyakitkan tapi harus dijalani dan itu tidak membuat diri anak menjadi lebih rendah dari anak lainnya.
Ilustrasi Bercerai. Foto: Shutterstock
"Dengan perceraian ini anak tidak melihat pertengkaran orang tua lagi. Kemudian arahkan anak untuk acceptance dengan situasi dan memberikan forgiveness pada orang tua," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, kata dia, dukung anak untuk tidak menyalahkan diri sendiri karena orang tua memutuskan berpisah. Pahami bahwa semua pihak tersakiti, sehingga perlu saling support bukannya menyinggung kesalahan yang terjadi.
"Introspeksi diri sebagai orang tua. Renungkan tindakan keliru apa yang sudah dilakukan dan tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaikinya. Lepaskan emosi negatif yang ada supaya tidak menyakiti siapapun," beber Verty.
Verti juga menambahkan, kedua ortu perlu menahan ego masing-masing untuk tidak saling menjatuhkan atau menjelekkan satu sama lain karena anak tetap butuh peran aktif kedua ortunya. Jika mantan pasangan memiliki keluarga baru, buat kesepakatan bersama mengenai aturan pertemuan atau hal lainnya.
"Jika orang tua mengalami kesulitan menyampaikan pada anak atau melihat ada permasalahan pada perilaku anak dapat menghubungi profesional, seperti psikolog untuk membantu anak mengatasi kesulitan yang ada," pungkas Verty.
ADVERTISEMENT