qxtvryshrbt7qcymx8ic.jpg

Cerita Ichan yang Merawat Budaya Sekadau Lewat Film

5 Mei 2021 16:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ichan Coepleok. Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ichan Coepleok. Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Hi!Sekadau - Berbagai cara dilakukan sebagian orang untuk merawat budaya dan tradisi yang dimiliki oleh daerahnya. Seperti yang dilakukan oleh Ikhsan Mustaqim.
ADVERTISEMENT
Pria yang akrab disapa Ichan Coepleok ini memilih merawat budaya Sekadau lewat film. Misalnya lewat film 'Puaka' yang disutradarainya. Ichan mengambil setting Masjid Jami' At-Taqwa yang memiliki kubah tempayan terbalik, juga berada di tepian Sungai Sekadau.
Dibangun sejak 1804 silam, bangunan Masjid Jami' At-Taqwa ini berada di Desa Mungguk, Kecamatan Sekadau Hilir. Menurut Ichan masih banyak orang yang belum mengetahuinya kubah tempayan terbalik tersebut.
"Jadi, tempayan itu sebagai lambang persatuan dan perubahan. Orang yang non-muslim kemudian memeluk Islam itu disebut senganan. Budaya yang diangkat adalah budaya Melayu," kata pria berusia 29 tahun itu kepada Hi!Pontianak, Rabu, 5 Mei 2021.
Proses shooting di depan Masjid Jami' At Taqwa, Sekadau. Foto: Dok. Offatehlom
Ichan yang telah menggeluti dunia film sejak 2013 lalu itu juga sedang mempersiapkan karya berikutnya, yakni 'Puaka' episode 2. Bahkan, ia membeberkan, lebih banyak budaya yang akan diangkat lewat film 'Puaka' episode 2 tersebut.
ADVERTISEMENT
"Contohnya Tiang Sandong, tempat orang zaman dahulu menggantung kepala," bebernya.
Mengenai genre film, kata Ichan, ia lebih tertarik kepada thriller. Menurutnya, genre film tersebut memang menjadi benang merah film horor.
"Tapi tidak semua film bergenre ini (thriller) menakutkan. Kalau saya pribadi sih lebih ke ketegangan penonton. Tujuannya, kalau nonton film itu, kita tidak hanya diam. Pasti deg-degan sepanjang film itu," ungkapnya.
Ichan bersama kru sedang shooting. Foto: Dok. Offatehlom
Dengan mengangkat budaya di setiap karyanya, Ichan mengaku, mengalami kesulitan. Kesulitannya, yakni mencari narasumber karena banyak orang-orang tua di Sekadau sudah wafat. Namun, hal itu tak menjadi halangan baginya untuk menghasilkan sebuah karya demi melestarikan budaya Sekadau.
"Yang menarik dari proses pembuatan film, kita pernah garap film ke pedalaman Sekadau. Menginap 2 malam, uang seadanya. Intinya sih, proses itulah yang jadi menarik," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Ichan berharap, lewat karya film yang dibuatnya semakin banyak masyarakat paham dengan kehidupan dan budaya Sekadau, khususnya bagi masyarakat Sekadau.
"Semoga ke depan anak-anak muda di Sekadau lebih mau lagi mengenal budaya yang ada di Sekadau. Jadi, kalau pas kuliah atau ke luar kota ndak malu kalau ditanya orang," pungkasnya.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten