Dinkes Kalbar Sebut Cakupan Vaksinasi COVID-19 pada Anak dan Lansia Masih Rendah

Konten Media Partner
28 November 2022 13:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Dinkes Kalbar, Hary Agung Tjahyadi. Foto: Teri/Hi!Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Dinkes Kalbar, Hary Agung Tjahyadi. Foto: Teri/Hi!Pontianak
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Barat (Kalbar), Hary Agung Tjahyadi, menyatakan bahwa cakupan vaksin COVID-19 di Kalbar masih belum terlalu maksimal. Untuk vaksinasi lengkap dosis ke-2, masih belum mencapai 70 persen.
ADVERTISEMENT
“Memang untuk V1 (vaksinasi ke-1) sudah hampir 80 persen, tapi V2 (vaksinasi ke-2) baru 65 persen, dan boosternya masih 23 persen. Ini menjadi tantangan kami di Kalbar untuk terus melakukan upaya vaksinasi khususnya boosternya ini tadi,” jelasnya, Senin, 28 November 2022.
Hary mengatakan, Indonesia saat ini belum benar-benar terbebas dari pandemi COVID-19, termasuk untuk Provinsi Kalbar sendiri.
“Pandemi masih, artinya masih ada proses penularan antar manusia di seluruh Indonesia termasuk di Kalbar,” ujarnya.
Hary menerangkan, bahwa saat ini COVID-19 terus bermutasi, dan setiap terdapat varian baru yang muncul, maka lonjakan kasus pasti terjadi.
“Kalau ada muncul varian baru bukan hanya akan terjadi kenaikan kasus tapi lonjakan atau yang biasa disebut dengan gelombang. Gelombang terakhir kita omicron di bulan Februari hingga Maret 2022 kemarin,” katanya.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan, kendati jumlah kasus varian omicron melebihi dari jumlah kasus varian delta, namun secara dampak dari sisi jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit dan angka kematian yang ditimbulkan jauh lebih rendah dari gelombang delta.
“Varian ini kemudian dia turun, sampai April mulai rendah, kemudian muncullah sub varian-sub varian baru pada Juni, yaitu BA2, BA3, BA4, BA5, dan seterusnya. Ketika muncul sub varian-sub varian baru, pasti ada kenaikan kasus, tapi tidak terjadi lonjakan kasus, hanya kenaikan kasus saja,” katanya.
Hary mengungkapkan, sejak munculnya sub varian-sub varian baru, maka angka kasus yang terjadi di Kalbar pun cukup fluktuatif.
“Juli, Agustus, September sampai bulan November saat ini, (angkanya) naik turun, fluktuatif,” katanya.
ADVERTISEMENT
Hary menegaskan, jika para ahli epidemiologi, para pakar dan para peneliti belum bisa memastikan sampai kapan varian demi varian COVID-19 ini akan berhenti bermutasi.
“Bagaimanapun kita tetap harus waspada, saya kira prokes (protokol kesehatan) harus tetap disadari masyarakat masih penting hingga saat ini. Walaupun di Kalbar dari Agustus dilaporkan 0 kematian dari COVID-19 ini,” paparnya.
Selain protokol kesehatan, Hary juga menekankan pentingnya masyarakat melakukan vaksinasi. Termasuk dalam rangka membendung laju wabah dari fenomena sub varian baru, yakni XBB, yang saat ini cukup masif terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia.
“Bagi yang sudah divaksin, tingkat keparahannya atau kesakitannya akan lebih ringan daripada yang tidak vaksin,” terangnya.
Hary juga mengungkapkan, adapun kendala yang umum terjadi di lapangan ialah masih kurangnya atau rendahnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya vaksinasi lengkap V1 hingga booster.
ADVERTISEMENT
“Yang masih rendah itu vaksinasi pada anak-anak dan lansia,” ucapnya.
Hary pun berharap, selain masyarakat bisa menjalankan vaksinasi dosis lengkap dan booster, masyarakat juga diminta untuk terus menerapkan anjuran pemerintah tentang prokes.
“Dan selalu menjaga kebugaran tubuh, dengan rajin berolahraga,” tukasnya.