Harga Sawit Anjlok, TBS di Perbatasan Sintang Dibeli Pengumpul Rp 400 per Kg

Konten Media Partner
28 Juni 2022 17:37 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petani mengangkut tandan sawit. Foto: Yusrizal/Hi!Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Petani mengangkut tandan sawit. Foto: Yusrizal/Hi!Pontianak
ADVERTISEMENT
Hi!Sintang - Meski Presiden Republik Indonesia Joko Widodo sudah mencabut larangan ekspor Crude Palm Oil atau CPO beserta produk turunannya, harga Tandan Buah Segar (TBS) di pasaran belum kembali seperti semula.
ADVERTISEMENT
Contohnya di daerah perbatasan Sintang-Malaysia, harga TBS malah semakin anjlok. Bahkan hanya menyentuh harga Rp 400 per kilogram di tingkat pengumpul.
Fakta ini ini diungkapkan Wakil Ketua DPRD Sintang, Heri Jambri. Ia mengatakan, ketika dirinya melaksanakan reses di Dusun Seguntung Desa Sumber Sari, Kecamatan Ketungau Tengah, pada 23 Juni 2022, masyarakat mengeluhkan harga TBS yang sangat rendah dibeli oleh pengumpul.
“Harga TBS per tanggal 23 Juni lalu sebesar Rp 400 per kilogram diharga petani. Saya juga ndak habis pikir ya, kok harga TBS dibeli sangat murah,” kata Heri Jambri, Selasa, 28 Juni 2022.
Ia mengaku tidak tahu pasti kemana para pengumpul tersebut menjual TBS yang dibeli dari petani. “Yang jelas pembelinya mengambil ke petani Rp 400 rupiah per kilogram,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Dikatakannya, harga TBS dibeli pengumpul dengan harga Rp 400 per kilogram hampir dialami semua desa di Kecamatan Ketungau Tengah.
Wakil Ketua DPRD Sintang, Heri Jambri. Foto: Yusrizal/Hi!Pontianak
“Kalau harga TBS di Ketungau Tengah saja sudah rendah, di Ketungau Hulu pasti lebih parah. Kalau di sana itu, hampir semua desa yang masuk sawit dampaknya sama,” ungkapnya.
Meski yang membeli TBS murah ini bukan perusahaan, tapi pengumpul. Tapi yang jelas hal ini juga merupakan dampak dari turunnya harga TBS beli di pabrik.
“Sebelumnya masyarakat masih bisa jual TBS dengan harga Rp 2.000-an pada pengumpul. Sekarang jadi 400 per kilogram,” ucapnya.
Untuk karet, kata Heri Jambri, harga sudah lumayan. Harganya mengalami kenaikan. Di tingkat masyarakat harganya sekitar Rp 8.000 per kilogram.
ADVERTISEMENT
“Petani karet cukup banyak. Masih banyak masyarakat yang belum mengubah kebun karet jadi kebun sawit. Ada juga yang nyesal sudah mengganti karet dengan sawit saat harga anjlok seperti ini,” ungkapnya.
Dengan adanya kondisi tersebut, legislator Partai Hanura ini meminta pabrik agar membeli TBS petani mandiri sesuai dengam ketetapan Pemprov Kalbar. Selain itu, para pengumpul hendaknya membeli TBS dengan harga layak, bukan dengan harga yang sangat minim seperti di daerah perbatasan Sintang.