news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

IAR Indonesia Selamatkan 2 Orang Utan yang Kelaparan di Kalbar

Konten Media Partner
7 Februari 2020 10:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim IAR Indonesia menyelamatkan individu orang utan yang kelaparan. Foto: Dok IAR Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Tim IAR Indonesia menyelamatkan individu orang utan yang kelaparan. Foto: Dok IAR Indonesia
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Dua ekor orang utan, yang diduga kelaparan, melintasi jalan raya Pelang-Tumbang Titi km 9, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, untuk mencari makan.
ADVERTISEMENT
Kebakaran yang menghancurkan rumah mereka membuat mereka kehilangan tidak hanya sumber makanan, tetapi juga merampas ruang hidup mereka. Mereka terpaksa mencari tempat yang lebih baik, meskipun kenyataannya hutan sudah benar-benar musnah dan tidak ada lagi tempat untuk menyelamatkan diri. Mereka biasanya akan berakhir di perkebunan atau pemukiman warga dan menghadapi resiko konflik dengan manusia.
Setelah sebelumnya menyelamatkan belasan orang utan yang kehilangan rumah pasca kebakaran hutan besar 2019, tim gabungan IAR Indonesia dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat Seksi Konservasi wilayah (SKW) I Ketapang kembali menyelamatkan dua individu orang utan, induk dan anak, dari Jalan Pelang-Tumbang Titi km 9, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, pada Minggu (2/2).
Individu orang utan yang kelaparan diperiksa oleh tim IAR Indonesia bersama BKSDA Kalbar. Foto: Dok IAR Indonesia
Seorang warga bernama Purnomo melaporkan adanya orang utan yang sudah tiga hari bersarang di depan rumahnya di jalan Pelang-Tumbang Titi. Menurut keterangannya, orang utan-orang utan ini berasal dari hutan di sebelah timur jalan yang hangus terbakar dan kemudian menyeberang jalan raya.
ADVERTISEMENT
Ironisnya, tempat para orang utan menyelamatkan diri ini pun sudah tidak lagi menyisakan pepohonan yang cukup layak untuk mereka makan dan mencari penghidupan.
Penyelamatan dua individu orang utan ini dilakukan lantaran di hutan di tempat mereka ini sudah habis terbakar, menyisakan sisa batang pohon yang hangus dan ilalang yang mulai tumbuh. Hanya perlu waktu beberapa minggu untuk menghanguskan hutan dan perlu waktu puluhan tahun untuk bisa merestorasinya kembali.
Individu orang utan yang dievakuasi oleh tim IAR Indonesia dan BKSDA Kalbar. Foto: Dok IAR Indonesia
Ketika tim penyelamat datang, tim menemukan tiga individu orang utan, satu jantan dewasa, satu betina dewasa dan anaknya yang diperkirakan berusia tiga tahun. Mereka bertahan di pohon kering yang nampak kepayahan menahan beban mereka. Tim penyelamat yang berfokus pada penyelamatan induk dan anak sempat kehilangan orang utan jantan ini.
ADVERTISEMENT
"Kami mengutamakan menyelamatkan induk dan anak ini karena kondisi keduanya lebih mengkhawatirkan daripada orang utan yang jantan," ujar Argitoe Ranting, Manager Survey, Release dan Monitoring, yang terjun langsung dalam kegiatan penyelamatan ini, seperti pada keterangan resmi yang diterima Hi!Pontianak, Jumat (7/2).
"Orang utan jantan itu masih sangat liar dan masih cukup kuat. Kami pikir dia masih akan lebih bisa bertahan untuk waktu yang lama. Meskipun demikian kami tetap menurunkan tim patroli Orangutan Protection Unit (OPU) kami untuk melakukan patroli dan monitoring di sekitar kawasan ini karena sebenarnya daya dukung kehidupan untuk orang utan bisa dikatakan tidak ada sama sekali," jelasnya lagi.
Individu orang utan yang diselamatkan di Tumbang Titi diduga kelaparan. Foto: Dok IAR Indonesia
Untuk mengevakuasi induk anak ini, tim penyelamat menggunakan senapan bius untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara di lapangan, induk orang utan ini mengalami malnutrisi dengan badan yang sangat kurus. Diduga induk anak orang utan ini mengalami kelaparan selama berbulan-bulan. Tidak mengherankan melihat kondisi hutan yang hancur lebur dilalap api pada akhir tahun silam. Pemantauan dari udara menunjukkan sudah tidak ada lagi hutan yang layak bagi orang utan ini untuk hidup dalam radius beberapa kilometer.
ADVERTISEMENT
Saat ini induk anak orang utan yang diberi nama Mama Rawa dan Baby Rawa ini dibawa ke Pusat Rehabilitasi Orangutan IAR Indonesia di Sungai Awan, Ketapang, untuk menjalani pemeriksaan dan perawatan lebih lanjut. Nantinya kedua orang utan ini akan dipindahkan ke hutan yang lebih layak untuk menjamin kehidupannya.
"Kebakaran hutan sejauh ini merupakan ancaman terbesar bagi orang utan di wilayah kerja IAR Indonesia. Hilangnya hutan dengan skala sebesar ini, membuat tidak ada lagi cukup ruang bagi orang utan untuk bertahan hidup. Penyelamatan selalu merupakan pilihan terakhir, tetapi kadang-kadang itulah satu-satunya pilihan ketika orang utan karena kita tidak bisa membiarkan orang utan hidup di sisa-sisa pepohonan yang telah dimakan api dan tidak ada lagi tempat bagi mereka untuk pergi. Demi kehidupan semua populasi orang utan yang tersisa, kita harus terus bekerja sangat keras untuk melindungi habitat mereka dari kebakaran," ujar Karmele L. Sanchez, direktur program IAR Indonesia.
ADVERTISEMENT
 
Dua individu orang utan sebelum diselamatkan oleh tim gabungan bersama warga. Foto: Dok IAR Indonesia
"Kerusakan habitat satwa, pada akhirnya akan menyengsarakan manusia dengan semakin maraknya konflik antara satwa dan manusia. Kegiatan penyelamatan tersebut hanyalah sebuah tindakan kecil, bahkan sangat kecil, dibandingkan dengan langkah-langkah dan kebijakan yang seharusnya diambil kedepan. Kepedulian akan keberadaan dan kelestarian satwa menjadi tanggung jawab bersama, baik pemerintah, mitra, maupun masyarakat. Pada hakikatnya peduli pada satwa liar adalah untuk kebaikan manusia itu sendiri," Kepala BKSDA Kalbar, Sadtata Noor Adirahmanta.