Ini Dampak Ghosting terhadap Psikologis Seseorang

Konten Media Partner
28 Agustus 2020 16:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi chatting. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi chatting. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hi!Pontianak - Jatuh cinta itu menyenangkan, terlebih lagi di saat orang yang kamu sukai memiliki perasaan yang sama. Biasanya, sebelum menjalani suatu hubungan berpacaran, orang-orang akan melakukan pendekatan atau masa PDKT terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
Tapi coba bayangkan, di saat kamu sedang menjalin PDKT dengan seseorang yang kamu suka, tiba-tiba dia menghilang tanpa kabar? Tidak hanya hilang beberapa jam, namun hilang hingga berbulan-bulan. Padahal sebelumnya, ia selalu ada, memberikan harapan lebih terhadapmu, lalu menghilang begitu saja. Apa yang kamu rasakan ketika berada di posisi tersebut? Sedih? Marah? Kecewa?
Menurut penelitian, ternyata dampak ghosting sangat berpengaruh kepada psikologis kita. Seperti yang diungkapkan oleh Jennice Vilhauer, Ph.D., seorang Psikolog dari Los Angeles, dalam tulisannya di Psychology Today. Bahwa korban ghosting akan merasa tidak berharga, merasa dipergunakan dan dapat memicu trauma.
Ilustrasi chatting. Foto: Shutterstock
Dalam penelitian Williams di tahun 2009 dengan judul Ostracism: A temporal need-threat model. In M. Zanna (Ed.), Advances in experimental social psychology, bahwa saat seseorang merasa ditinggalkan atau ditolak, hal itu akan mengancam kebutuhan fundamental seseorang seperti kepemilikan, harga diri, keberadaan dan kebermaknaan sehingga akan meningkatkan kemarahan dan kesedihan.
ADVERTISEMENT
Korban ghosting juga merasa tersiksa karena berada di situasi yang ambigu dan membingungkan. Rasa sakit hati yang dirasakan oleh korban ghosting sama seperti sakit fisik. Para psikolog dan profesional kesehatan mental sudah menggolongkan tindakan ghosting sebagai emotional cruelty atau kekejaman emosional.
Jadi, jika kamu tidak ingin melanjutkan pendekatan ke tahap selanjutnya, sebaiknya hal tersebut dikomunikasikan agar tidak menyakiti psikologis orang lain.
Penulis: Siti Annisa Aini