Kala Bayangan Hilang saat Kulminasi Matahari di Tugu Khatulistiwa

Konten Media Partner
21 Maret 2019 14:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pengunjung tersenyum puas setelah berhasil mendirikan telur di perayaan Pekan Kulminasi Matahari di kawasan Tugu Khatulistiwa Pontianak. Foto: Teri Bulat
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pengunjung tersenyum puas setelah berhasil mendirikan telur di perayaan Pekan Kulminasi Matahari di kawasan Tugu Khatulistiwa Pontianak. Foto: Teri Bulat
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Kulminasi matahari merupakan fenomena alam saat matahari berada tepat di atas ekuator atau garis khatulistiwa, sehingga bayangan benda-benda di permukaan bumi tak tampak karena tertutup benda itu sendiri. Pada saat itu, gravitasi yang dihasilkan cukup kuat.
ADVERTISEMENT
Jika biasanya telur hanya bisa berdiri di titik nol derajat, maka selama masa kulminasi yang berlangsung 21-23 Maret telur dapat berdiri jika diletakan di atas bidang datar di hampir seluruh wilayah Kota Pontianak.
Kulminasi matahari merupakan salah satu bukti keteraturan alam semesta di mana bumi mengitari matahari. Fenomena tersebut terjadi dua kali dalam setahun, yakni pada 21-23 Maret dan 21-23 September, tepat pada pukul 11.50 WIB. Peristiwa kulminasi juga tanda perubahan musim di Indonesia, baik dari musim hujan ke kemarau maupun sebaliknya.
Peristiwa alam yang langka dan unik tersebut sudah dirayakan sejak dulu, seperti perayaan 'Pesona Kulminasi Matahari 2019' di Tugu Khatulistiwa pada Kamis (21/3). Acara itu dimeriahkan dengan berbagai kegiatan, yaitu saprahan atau makan bersama di lantai, tarian adat, berbagai macam perlombaan, parade, dan banyak penampilan kesenian lainnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada juga penyerahan musala berjalan pertama kali di Kalimantan Barat oleh Direktur Utama Bank Kalbar.
Wali Kota Pontianak, Edi Kamtono, berusaha mendirikan telur pada peristiwa kulminasi matahari di kawasan Tugu Khatulistiwa, Pontianak. Foto: Teri Bulat
Namun kegiatan yang paling ditunggu-tunggu dari perayaan ini adalah proses mendirikan telur sebagai puncak pekan kulminasi berlangsung. Wali Kota Pontianak, Edi Kamtono, merasa bangga dengan peristiwa yang hanya terjadi satu-satunya di Indonesia itu. Dia juga turut mendirikan telur saat puncak kulminasi.
"Oleh sebab itu, kita harus manfaatkan potensi ini, selain tugu dan Sungai Kapuas. Untuk event, kita menciptakan inovasi untuk mengajak warga Kota Pontianak dan seluruh dunia untuk berkunjung ke sini, untuk merasakan sensasi titik kulminasi di Kota Pontianak," ujar Edi setelah berhasil mendirikan telur di area kulminasi.
Edi mengatakan akan membenahi Tugu Khatulistiwa atau Equator Monument menjadi lebih representatif untuk pekan kulminasi selanjutnya. Hal itu diperlukan agar pengunjung dapat lebih nyaman menikmati kegiatan selama pekan kulminasi. Selain itu, dia menyebut akan membangun tempat yang akan dijadikan Museum Pontianak.
ADVERTISEMENT
"Hal tersebut masih akan didata dan dirancang ke depannya," kata Edi. (hp8)