Kala Seniman di Pontianak Ubah Limbah Jadi Karya Seni

Konten Media Partner
9 Oktober 2019 11:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hary Eko Rifanto saat beraktivitas di galerinya. Foto: Teri/Hi!Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Hary Eko Rifanto saat beraktivitas di galerinya. Foto: Teri/Hi!Pontianak
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, sampah mungkin saja masih menjadi kendala. Tetapi hal ini tidak berlaku bagi Hary Eko Rifanto. Di tangannya, sampah berubah menjadi karya seni. Itulah yang terlihat saat kita berkunjung ke Kian Mustang Galeri.
ADVERTISEMENT
Di galeri ini, terdapat ratusan barang hasil daur ulang dari berbagai macam sampah ataupun limbah di Pontianak, yang diolah Eko menjadi barang-barang bernilai seni. Lokasinya berada di Jalan KH Wahid Hasyim, Gang Belibis, Pontianak Kota, Kalimantan Barat.
Kursi Jepang dari limbah karung goni. Foto: Teri/Hi!Pontianak
Eko membuat galeri tersebut sejak tahun 2014. Saat ditemui Hi!Pontianak di galerinya, Rabu (9/10), Eko mengaku sudah sejak lama ia mendaur ulang limbah, untuk menjadi sebuah barang bernilai estetik.
"Sudah dari tahun 80-an hobi saya senang melihat daur ulang, sampah atau limbah menjadi sesuatu barang yang bermutu. Hasil barang-barang di galeri ini adalah limbah-limbah yang saya temukan di jalanan. Jadi kalau ada limbah, saya paling senang. Saya menargetkan untuk satu minggu harus menghasilkan dua barang," paparnya.
Sejumlah karya seni yang ada di galeri Eko. Foto: Teri/Hi!Pontianak
Berbagai macam limbah dapat disulap oleh Eko dengan kreatifitasnya. Mulai dari ampas kopi, ampas tebu, kulit durian, kulit jagung, karung goni, kayu bekas, dan masih banyak lagi yang ia sulap menjadi barang bermutu dan memiliki nilai jual.
ADVERTISEMENT
"Setiap barang itu ada maknanya. Misalnya dari kulit durian, saya mengolah limbah durian, karena Gubernur kita mengadakan festival durian, dan telah menetapkan varietas unggul. Lalu akan dikemanakan sampahnya? Nah, saya bikin menjadi sesuatu yang belum terpikirkan oleh orang, seperti saya membuat cincin, atau pajangan rumah, atau sandal refleksi," kata Eko sambil memperlihatkan barang tersebut.
Sendal refleksi dari limbah kulit durian. Foto: Teri/Hi!Pontianak
Eko menceritakan, dirinya lebih fokus dalam pembuatan barang interior dan fashion. "Saya lebih ke interior sama fashion. Di sini ada cincin, anting-anting, gelang, tas, sepatu. Lalu ada juga kursi ukir, meja, kursi, bantal Jepang yang terbuat dari karung goni, lukisan, lampu, pajangan, dan masih banyak lagi," paparnya.
Barang-barang tersebut belum diperjualbelikan oleh Eko, karena hingga saat ini ia masih mencari orang untuk memasarkan produknya.
Sejumlah karya seni yang berasal dari limbah jalanan. Foto: Teri/Hi!Pontianak
Yang ditekuninya dalam 3 tahun terakhir, Eko fokus dalam pengolahan limbah kopi. Berawal dari keresahannya saat Kota Pontianak dicanangkan sebagai Kota Seribu Warung Kopi, Eko lalu berinisiatif untuk mengumpulkan limbah atau ampas kopi dari warung kopi di sepanjang Jalan Gajahmada.
ADVERTISEMENT
"Akan dikemanakan kah limbah kopi tersebut? Akhirnya saya pertama kali coba minta ampas kopi ke warung kopi Winny. Itu saya dapat 8 kilogram. Baru satu warung kopi, belum berikutnya," kata Eko.
Mata kalung yang disiapkan Eko untuk sebuah kontes kecantikan. Foto: Teri/Hi!Pontianak
Sedangkan untuk limbah kopi sendiri, dapat diolahnya menjadi lukisan, pajangan interior, gelang, atau anting-anting. "Kalau untuk limbah kopi ini bisa untuk lukisan. Ini buatnya dari karung goni, lalu motif gambarnya ini pakai ampas kopi," papar Eko.
Eko melanjutkan, dirinya akan memberikan cinderamata lukisan dari limbah kopi dalam rangka hari jadi Kota Pontianak. "Saya sudah buat ini, lukisan presiden-presiden Indonesia. Saya juga sudah mempersiapkan lukisan dari ampas kopi ini untuk orang nomor satu di Pontianak (Wali Kota), dan di Kalbar (Gubernur)," pungkasnya. (hp8)
ADVERTISEMENT