Kalimantan Barat Rentan Penyelundupan Narkoba. Ini Alasannya

Konten Media Partner
15 Maret 2019 17:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
100 Kg sabu yang disita BNN Kalbar, Kamis (14/3). Foto: Ist
zoom-in-whitePerbesar
100 Kg sabu yang disita BNN Kalbar, Kamis (14/3). Foto: Ist
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak – Terungkapnya penyelundupan 100 kg sabu dari Pantai Gosong oleh BNN Kalbar, menyita perhatian masyarakat. Jika selama ini para penyelundup narkoba kerap menggunakan jalur tikus di perbatasan dengan Malaysia, kini narkoba ditemukan masuk melalui jalur laut.
ADVERTISEMENT
Viza Julian, sosiolog dari Universitas Tanjungpura Pontianak, mengatakan, salah satu faktor utama yang mungkin mempengaruhi tingginya traffic masuknya narkoba melalui Kalimantan Barat, karena fakta geografis Kalimantan Barat memiliki garis perbatasan dengan negara tetangga yang sangat panjang. “Ini memudahkan penyelundupan berbagai produk, termasuk narkoba,” katanya kepada Hi!Pontianak, Jumat (15/3).
Menurut Viza, Kalimantan Baray rawan karena, baik darat dan laut bisa dieksploitasi untuk kegiatan penyelundupan. “Itu menjadi faktor penarik pertama. Kedua, seperti daerah transisi ,antara desa ke kota lainnya, Kalbar rawan kegiatan kriminalitas, narkoba salah satunya,” ujar Viza.
Viza menambahkan, daerah yang sedang berkembang menuju kota dari desa, tapi masih belum benar-benar kota, selalu rawan penyalahgunaan narkoba. “Kota-kota seperti Sanggau, Landak, Bengkayang, dan Mempawah, contohnya,” katanya.
Penangkapan tersangka kurir pembawa 100 kg narkoba jenis sabu di Sungai Duri, Bengkayang, Kalimantan Barat, Kamis (14/3). Foto: Dok. Hi!Pontianak
Viza menilai, wilayah Kalimantan Barat masih minim pengawasan, menjadi penyebab pemasaran narkoba berjalan mudah. “Tidak seperti di Jawa. Jauhnya wilayah Kalimantan Barat dari pusat pemerintahan, menyebabkan pengawasan tidak setinggi di pulau Jawa. Ini biasanya menjadi hal lain yang berpengaruh,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Lalu mengapa ancaman hukuman yang berat tidak membuat para pelaku merasa takut? “Tawaran keuntungannya gede banget. Relatif lebih menguntungkan, dibandingkan pekerjaan lain. Dan pada orang tertentu, mungkin mudah melakukannya, karena mereka berada pada posisi yang pas untuk melakukannya. Tinggal di tempat yang memudahkan, atau kenal orang yang tepat,” kata Viza.
Karena itu, Viza mengatakan, sanksi berat cuma bisa berpengaruh kalao hukum benar-benar diimplementasikan. “Hukuman mati misalnya. Mungkin enggak ngaruh kalo 1-2 kali dilakukan. Tapi kalau setiap pengedar kena, cepat atau lambat akan muncul ketakutan untuk melanggar hal yang sama,” katanya. (hp8)