Kebakaran Kerap Jadi Tontonan Warga, Ini Kata Sosiolog Unpad

Konten Media Partner
14 Oktober 2021 13:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas pemadam kebakaran memadamkan api yang membakar 4 ruko di kawasan Pasar Mawar Pontianak. Foto: Leo Prima/Hi!Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Petugas pemadam kebakaran memadamkan api yang membakar 4 ruko di kawasan Pasar Mawar Pontianak. Foto: Leo Prima/Hi!Pontianak
ADVERTISEMENT
Hi! Pontianak - Hampir di setiap peristiwa kebakaran, petugas pemadam api mengeluhkan ramainya masyarakat yang menonton peristiwa itu. Bahkan mereka kerap kesulitan dalam proses pemadaman api, karena ramainya warga di sekitar lokasi kebakaran yang menonton musibah tersebut.
ADVERTISEMENT
Pemahaman mengenai kebakaran, dapat dilihat dari definisi yang dikemukakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bahwa kebakaran merupakan situasi dimana bangunan pada suatu tempat seperti rumah/pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api, yang menimbulkan korban dan/atau kerugian.
Penjelasan dari definisi tersebut adalah, bahwa peristiwa kebakaran dapat menimpa bangunan apa saja, dimana saja, dan kapan saja. Dengan kata lain, peristiwa kebakaran ini tidak dapat diduga kapan dan dimana terjadinya.
Karakteristik peristiwa kebakaran yang tidak dapat diduga ini, membuat munculnya pandangan di masyarakat, bahwa peristiwa tersebut merupakan suatu peristiwa yang langka, atau yang jarang terjadi. Sehingga, akan mendorong munculnya rasa keingintahuan masyarakat ketika peristiwa kebakaran tersebut terjadi di sekitar mereka.
ADVERTISEMENT
Rasa ingin tahu tersebut, dimunculkan dalam perilaku menonton peristiwa kebakaran. Perilaku menonton peristiwa kebakaran ini dapat pula dimaknai sebagai suatu aktivitas mengamati proses yang terjadi dalam peristiwa kebakaran (seperti asal mula, kerugian yang dialami, sampai dengan upaya pengendalian yang dilakukan).
Menonton peristiwa kebakaran, yang tadi disebut sebagai peristiwa yang langka, menjadi suatu pengalaman tersendiri bagi individu yang kebetulan berada di lokasi ketika peristiwa kebakaran itu terjadi. Pengalaman ini kemudian menjadi bahan bagi individu tersebut untuk menyampaikan hasil observasi (*baca tontonan) kepada pihak lain, seperti keluarga, rekan, maupun tetangga yang tidak beruntung ikut menyaksikan langsung peristiwa kebakaran.
Ketika individu tersebut menyampaikan hasil tontonannya, maka muncul rasa kepuasan pada dirinya karena memiliki informasi yang tidak dimiliki oleh individu lainnya. Dengan kata lain, individu tersebut akan merasa dihargai karena individu lainnya akan mendengarkan pengalamannya mengenai peristiwa kebakaran tersebut.
ADVERTISEMENT
Di sini, kita dapat memahami bagaimana teori kebutuhan yang disampaikan oleh Maslow (1943) bekerja. Kebutuhan atas apresiasi dan kebutuhan akan aktualisasi diri, merupakan puncak dari hirarki kebutuhan yang dipenuhi oleh manusia.
Maslow menjelaskan bahwa kebutuhan yang berada di hirarki terendah harus dipenuhi terlebih dahulu, sebelum kebutuhan pada hirarki yang ada di posisi lebih tinggi. Kebutuhan fisiologis (seperti makan, minum, tempat berteduh) merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Dan kebutuhan ini disebut sebagai kebutuhan dasar, karena setiap individu tidak akan dapat melanjutkan kehidupannya ketika kebutuhan dasar ini terganggu.
Oleh karena itu, kebutuhan dasar ini harus dipenuhi setiap hari. Akan berbeda ketika kita melihat pada kebutuhan yang lebih tinggi, seperti kebutuhan atas apresiasi dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Kedua kebutuhan ini tidak setiap hari dialami oleh individu.
ADVERTISEMENT
Bahkan, terdapat individu-individu yang tidak pernah terpenuhi kebutuhannya di tingkatan tertinggi ini. Hal ini menyebabkan, individu akan mencari cara untuk mendapatkan apresiasi dan aktualisasi diri sebagai pemenuhan kebutuhannya.
Terkait dengan fenomena menonton kebakaran tadi, dapat kita simpulkan bahwa menonton peristiwa kebakaran dapat mencari salah satu cara bagi individu untuk memenuhi kebutuhannya. Ketika menyampaikan informasi mengenai pengalaman menonton peristiwa kebakaran, maka individu tersebut secara tidak sadar akan mendapatkan aktualisasi diri sekaligus apresiasi dari orang lain yang tidak mengalami peristiwa tersebut secara langsung.
Hal ini yang menyebabkan kenapa di setiap peristiwa kebakaran kita akan menemukan individu-individu yang hanya menonton peristiwa tersebut, bahkan cenderung berada sangat dekat dengan lokasi dan terkadang menghambat proses pemadaman kebakaran itu sendiri. Individu-individu tersebut dapat dikatakan sedang mencari cara untuk memenuhi kebutuhan apresiasi dan aktualisasi diri yang tidak setiap hari bisa mereka peroleh.
ADVERTISEMENT
Penulis: Dr. Muhammad Fedryansyah (Ketua Program Studi Sarjana Sosiologi FISIP Universitas Padjadjaran)