Kekerasan Berbasis Gender Online Meningkat 300 Persen Selama Pandemi COVID-19

Konten Media Partner
25 April 2021 15:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi korban kekerasan berbasis gender. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi korban kekerasan berbasis gender. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Catatan Redaksi: Berita ini telah mengalami perubahan, bahwa sebelumnya tertulis data berasal dari Komnas HAM, dan direvisi menjadi data dari Komnas Perempuan. Atas kekeliruan tersebut, redaksi Hi!Pontianak mohon maaf.
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) meningkat 300 persen selama pandemi COVID-19. Hal tersebut terjadi karena selama pandemi, masyarakat lebih banyak melakukan aktivitas daring.
Founder Tabu.id, Neira Ardaneshwari, mengungkapkan hal tersebut merupakan data dari Komnas Perempuan. “Masih banyak orang yang mengabaikan ini, karena hanya terjadi di dunia daring. Padahal, kita tahu, berdasarkan studi kasus, bahwa dampak dari KBGO bisa serius juga, bahkan mirip dengan kasus-kasus offline,” jelas Neira, Minggu, 25 April 2021.
Sementara itu, Co-founder and Head of Program Department, Astridiah Primacita, mengungkapkan beberapa dampak yang dapat terjadi mulai dari rentan terhadap masalah psikologis, kesepian, depresi, rasa ingin menyakiti diri sendiri, hingga bunuh diri.
“Ketika ini tidak ditangani dengan baik maka kemungkinan ini akan berdampak masalah besarr, berkepanjangan. Penyintas dapat menarik diri dari masyarakat, termasuk kepada teman dan keluarga, diikuti dengan mereka merasa enggan melaporkan diri mereka, selama 2020 juga masih banyak terjadi, sampai sekarang,” kata Astrid.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, KBGO juga bisa terjadi pada dampak ekonomi, seperti kehilangan pekerjaan, cemas, performa turun saat di tempat kerja, atau bahkan menarik diri.
“Selanjutnya berkurangnya mobilitas jadi kemamupan berdiskusi di ruangan daring berkurang, karena mereka ada trauma, masalah, kekerasan itu yang bisa berdampak ke psikis dan enggan bermain internet karena dapat terpengaruh, karena dari sanalah kekerasan itu terjadi,” ungkapnya.
Founder Tabu.id, akun media sosial tentang kesehatan seksual dan reproduksi, ini mengatakan, beberapa hal untuk mencegah KBGO, di antaranya adalah memberikan pendidikan seksualitas komperhensif.
“Menumbuhkan sikap atau menjalin hubungan relasi yang sehat. Remaja jadi lebih tahu apasih yang boleh dilakukan dan tidak. Saling menghormati satu sama lain, apa kewajiban menjaga relasi, dan mengajarkan konsep persetujuan, ini konsep yang sangat penting untuk mengedukasi masyarakat terkait kekerasan seksual,” pungkas Neira.
ADVERTISEMENT