Kisah Mbah Darmo Jualan Parang Keliling di Pasar Sekadau, Kalbar

Konten Media Partner
16 November 2019 13:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mbah Darmo berjualan parang, wangkil dan pisau sadap karet. Foto: Dina Mariana/Hi!Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Mbah Darmo berjualan parang, wangkil dan pisau sadap karet. Foto: Dina Mariana/Hi!Pontianak
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Seolah tak kenal lelah, hampir setiap hari Darmo Pawiro berkeliling Pasar Sekadau berjualan parang, wangkil dan pisau sadap karet. Meski tak bisa mendengar dengan jelas, kakek berusia 82 tahun itu masih sanggup berjualan keliling menawarkan barang dagangannya.
ADVERTISEMENT
Mbah Darmo, begitu ia biasa disapa tinggal bersama anaknya di Jalan Syarif Kusno-Merah Air (Surya Deli), Desa Peniti, Kecamatan Sekadau Hilir, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat. Sejak pagi, ia sudah mulai berkeliling dengan menggendong tas ransel berwarna hitam berisi parang, wangkil dan pisau sadap karet.
Rumah Mbah Darmo dengan pasar jaraknya cukup jauh. Dari rumah, biasanya ia naik truk sawit, kemudian naik bus ke pasar. Sebelum sore, ia biasanya mencari ojek yang mangkal di Terminal Lawang Kuari untuk mengantarnya pulang ke rumah.
Mbah Darmo memasukan barang-barang dagangannya ke dalam ransel. Foto: Dina Mariana/Hi!Pontianak
Mbah Darmo sudah sejak lama berjualan barang-barang tersebut. Parang, wangkil dan pisau sadap karet itu ia beli di Pontianak. Diketahui, Mbah Darmo memiliki 6 anak dan salah satunya tinggal di Pontianak. Mbah Darmo biasanya mengambil 40 barang yang terdiri dari parang, wangkil dan pisau sadap karet.
ADVERTISEMENT
“Ini (barang) beli di Pontianak. Kalau gagangnya buat sendiri,” kata Mbah Darmo, Sabtu (16/11).
Barang-barang yang dijual oleh Mbah Darmo bervariasi, mulai dari harga Rp 50 ribu, Rp 60 ribu hingga Rp 70 ribu. Biasanya pun masih ditawar oleh pembeli.
Mbah Darmo mengungkapkan alasannya berjualan meski sudah berusia senja. Hasil jerih payahnya itu, ia simpan dan biasanya juga memberikan jajan untuk buyut-buyutnya.
Mbah Darmo menunjukan parang yang dijualnya. Foto: Dina Mariana/Hi!Pontianak
“Ingin jualan. Duduk terus ndak tahan. Uangnya, ya disimpan saja. Kalau makan ada yang tanggung (anaknya). Kan kalau ada uang sendiri, andainya mau beli jajan enak bisa pakai uang sendiri,” ungkapnya.
Mbah Darmo mengaku sudah lama berjualan barang-barang tersebut. Bahkan, ia juga pernah berjualan di Sintang dan Sanggau. “Ndak capek. Rahasianya juga ndak ada. Kepingin jualan saja. Rezeki kadang tidak tentu” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Mbah Darmo mengatakan, anak-anaknya memang melarangnya untuk jualan. Namun, ia masih bersikukuh untuk tetap berjualan. “Paling anak bilang silahkan bapak jualan, yang penting selamat,” ucap Mbah Darmo.
Mbah Darmo sudah lama berjualan parang keliling di Pasar Sekadau, Kalbar. Foto: Dina Mariana/Hi!Pontianak
Meski berusia 82 tahun, Mbah Darmo masih mampu berjualan keliling dengan menggendong ransel berisi parang, wangkil dan pisau sadap karet. Foto: Dina mariana/Hi!Pontianak