Kisah Relawan COVID-19 di Melawi: Pilu Setiap Memakamkan Jenazah Pasien Corona

Konten Media Partner
8 Juni 2021 12:34 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Relawan dari Tagana Melawi mememakamkan jenazah pasien COVID-19 sesuai protokol kesehatan. Foto: Dok. Dedi Irawan
zoom-in-whitePerbesar
Relawan dari Tagana Melawi mememakamkan jenazah pasien COVID-19 sesuai protokol kesehatan. Foto: Dok. Dedi Irawan
ADVERTISEMENT
Hi!Melawi - Di saat masih ada stigma terhadap masyarakat yang terkonfirmasi virus corona. Ada orang-orang yang justru mendedikasikan waktu dan tenaganya untuk membantu penanganan jenazah warga yang terkonfirmasi COVID-19 itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Ya, mereka adalah para relawan pemakaman jenazah pasien COVID-19. Meski punya risiko tertular karena kontak langsung dengan jenazah pasien COVID-19. Mereka menafikan risiko itu demi melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan untuk membantu sesama.
Di Kabupaten Melawi, relawan yang membantu pemakaman jenazah COVID-19 adalah anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana). Mereka membantu pemakaman jenazah pasien corona sejak kasus pertama meninggal dunia hingga sekarang ini.
“Relawan khusus pemakaman penanggungjawabnya Tagana. Sehingga penggalian juga bagian dari kami. Meskipun, kami menggunakan tenaga penggali dari warga. Namun, ketika lubang sudah tergali, maka anggota Tagana yang bergerak melakukan protokol kesehatan hingga menutup lubang pemakaman,” kata Dedi Irawan, anggota Tagana Melawi ketika dihubungi Hi!Pontianak, Selasa, 8 Juni 2021.
Ada 24 orang total anggota Tagana Kabupaten Melawi. Namun, tidak semua bisa bekerja melaksanakan tugas pemakaman. Hanya sebagian saja.
Relawan pemakaman memasukan peti jenazah ke liang lahat dengan prokes ketat. Foto: Dok. Dedi Irawan
“Kami mulai bertugas, ketika mulai ada pasien COVID-19 yang meninggal. Kasus pasien yang meninggal hingga 7 Juni 2021, menurut data Dinkes, berjumlah 55 orang,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Dedi mengungkapkan alasan menjadi relawan, khususya relawan pemakaman pasien COVID-19 di Kabupaten Melawi. “Saya menjadi relawan sudah cukup lama. Relawan yang kami laksanakan melekat di Taruna Siaga Bencana (Tagana) Melawi. Jadi, ketika Tagana dilibatkan dalam tugas yang diberikan Satgas, tentu harus kami laksanakan,” ungkapnya.
Ketika ditanya apakah ia tak takut terpapar karena mengurus jenazah pasien COVID-19, pria berusia 31 tahun itu mengakui kekhawatirannya. “Namun, kita berserah diri ke Allah dengan berusaha menerapkan protokol kesehatan dengan baik. Dan melaksanakan tugas pemakaman sesuai SOP yang berlaku, agar tidak terpapar,” ucapnya.
“Yang jelas, untuk antisipasi, kami berusaha sebisa mungkin menerapkan protokol kesehatan. Serta menerapkan pola hidup sehat,” sambung Dedi.
Dedi menuturkan, ketika memakai baju hazmat, selain risiko tertular, tentu ada rasa khawatir akan membawa penyakit terhadap keluarga di rumah, terutama orang tua. “Sehingga, setiap kali usai pemakaman kami selalu berusaha pulang dalam keadaan bersih. Seperti mandi ke sungai dan mencuci pakaian sendiri di sungai,” bebernya.
Proses pemakaman pasien COVID-19 di Kabupaten Melawi yang dilakukan pada malam hari. Foto: Dok. Dedi Irawan
Pilihan menjadi relawan pemakaman pasien COVID-19 juga bukannya tanpa penolakan dari pihak keluarga. Dedi mengungkapkan, keluarganya justru yang pertama tidak setuju dengan pilihannya itu.
ADVERTISEMENT
“Namun setelah dijelaskan secara baik-baik akhirnya bisa menerima. Namun dengan syarat tetap menjaga diri dan terutama menjaga salat. Karena tidak apa-apanya upaya yang kita lakukan, jika tidak memohon dan meminta pertolongan Allah,” paparnya.

Makamkan 3-4 Jenazah Pasien COVID-19

Dedi bercerita, ketika kasus COVID-19 sedang tinggi-tinginya di Melawi, dirinya pernah melakukan pemakaman 3 sampai 4 kali dalam sehari. “Ini terjadi beberapa hari belakangan ini. Kami memakamkan tidak mengenal waktu, baik pagi, siang, sore, malam bahkan dini hari,” ungkapnya.
“Kalau ditanya melelahkan, jelas rasanya lelah sekali. Tapi belum waktunya kami beristirahat,” timpalnya.
Meski sudah puluhan kali memakaman jenazah pasien COVID-19, Dedi mengatakan, bahwa belum pernah ada penolakan dari warga. “Namun sebelum memakamkan yang jelas harus memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada keluarga, bahwa meninggal dalam keadaan terpapar COVID-19 bukanlah aib,” ucapnya.
Relawan mengangkat peti jenazah pasien COVID-19 dari ambulans. Foto: Dok. Dedi Irawan
Setiap kali kami melakukan pemakaman, dirinya merasa pilu. Sebab pemakaman ini tidak seperti pemakaman jenazah lainnya. Di makamkan menggunakan peti, dijauhi banyak orang. Meskipun kami tetap berusaha pemakaman dilakukan pembacaan doa sebagaimana kewajiban pemakaman lainnya.
ADVERTISEMENT
“Kami merasa berduka setiap kali melakukan pemakaman,” ujarnya.
Dengan tingginya kasus COVID-19 di Kabupaten Melawi bahkan berstatus zona merah, Dedi berpesan, pada masyarakat agar selalu menjaga kesehatan. Kemudian, menjaga pola hidup sehat dan menerapkan protokol kesehatan.
“Semoga seluruh Satgas COVID-19 yang bertugas dan masyarakat semua selalu diberi kesehatan. Bagi yang sudah terpapar, semoga segera diberi kesembuhan. Dan yang terpenting, mari doakan bersama semoga wabah ini segera sirna dari muka bumi,” pungkasnya.