Kompetisi War Of Brewers, Ciptakan Profesi Barista Lebih Bergengsi

Konten Media Partner
4 April 2019 1:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Barista mengikti War Of Brewers yang digelar Cafe Tyga Perampat Pontianak. Foto Teri Bulat
zoom-in-whitePerbesar
Barista mengikti War Of Brewers yang digelar Cafe Tyga Perampat Pontianak. Foto Teri Bulat
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Tak terasa, Cafe Tyga Perampat Pontianak telah berusia 4 tahun. Untuk merayakannya, digelar battle competition dengan tema War Of Brewers, dengan menggunakan teknik Aeropress dan V60, untuk seluruh barista dan masyarakat di Kota Pontianak, Rabu (3/4).
ADVERTISEMENT
Acara ini juga digelar sebagai ajang berkumpul serta menjalin silaturahmi antara barista-barista yang ada di kota Pontianak, sehingga semangat dan antusiasme para barista di Pontianak tidak menurun.
Kompetisi membuat kopi tersebut dilakukan, dengan metode manual brewing. Disajikan dua alat membuat kopi, yakni metode Aeropress dan V60. Manual brewing sendiri merupakan salah satu cara menyajikan kopi, yang diseduh dengan cara manual, tanpa menggunakan mesin.
Biji kopi yang digunakan dalam kompetisi tersebut, merupakan biji kopi yang di-roasting sendiri oleh Cafe Tyga Perampat, yaitu biji kopi arabika 'Bali Plaga', biji kopi dengan proses full washed, yang memiliki karakter yang cukup enak.
Para juri mencicipi kopi yang diracik oleh para peserta. Foto: Teri Bulat
Proses brewing pada biji kopi Plaga memang sedikit sulit, karena hal tersebut merupakan salah satu tantangan barista untuk meracik kopi yang enak di kompetisi ini.
ADVERTISEMENT
35 peserta dari sekitar 10 coffeeshop di Kota Pontianak, mendaftarkan diri pada acara tersebut. Theosander, barista di cafe Tyga Perampat mengatakan, dari acara ini, ia jadi bisa menjalin hubungan serta membangun jaringan para coffeeshop-coffeeshop yang ada di Kota Pontianak. "Dan tentunya menjadikan profesi barista menjadi posisi lebih bergengsi," ungkap Theo.
Juri pada kompetisi tersebut dihadirkan oleh beberapa barista senior yang ada di kota Pontianak, seperti Larry dari Tyga Perampat, Boni dari Kona Koffe, dan Dimas dari Segitiga Coffee. Pada tahap penilaian, para juri mencicipi Specialty Coffee dengan cara cupping, menghirup aroma dan rasa yang spesial pada kopi tersebut.
Dari digelarnya battle competition ini, diharapkan antusias para barista untuk meracik kopi enak semakin tinggi. "Selalu konsisten dengan pekerjaan barista. Coffeeshop yang lain juga diharapkan untuk gelar event serupa. Takutnya kalau sepi, nanti orang bakal jenuh dengan profesi sebagai barista," ungkap Theo.
ADVERTISEMENT
Meski sempat menurun pada dua tahun lalu, kini antusiasme para barista di Kota Pontianak kembali menguat. Foto: Teri Bulat.
Perkembangan dunia kopi di Kota Pontianak 2 tahun belakangan sempat menurun, tetapi pada 2018 hingga 2019 ini menjadi lebih meningkat, karena munculnya antusius para barista muda di Kota Pontianak.
Pemerintah kota Pontianak kerap kali mengadakan event untuk barista terkait kopi. Tetapi kerap melenceng dari ide semula. "Mereka menggelar lomba bikin kopi, tapi mereka sendiri tidak mengerti apa itu kopi. Jadi malah aneh acaranya. Mereka men-support sih. Tetapi tidak profesional lebih tepatnya. Kalau mau serius memajukan acara kopi, ya seharusnya ditangani oleh pihak yang profesional," tutup Theo. (hp8)