Mengenal 'Kampung Modern' Legendaris di Pontianak

Konten Media Partner
17 Mei 2021 12:21 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Potret Parit Besar Tahun 1948. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Potret Parit Besar Tahun 1948. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Sekitar tahun 1934, Kota Pontianak terbagi dalam tiga perkampungan besar yakni, Kampung Marianne, Tengah dan Darat Sekip.
ADVERTISEMENT
Kampung Marianne (Kelurahan Mariana sekarang) sebelah barat dibatasi Soengai Djawi Weg (ruas Jalan Sungai Jawi, sekarang Jalan Hasanuddin), di utara Sungai Kapuas Ketjil, sebelah timur masing-masing Waserang Weg (Jalan Wak Serang, sekarang Jalan Rajawali), Tengah Weg (Jalan Tengah kini Jalan Cenderawasih), Sipan Weg (terusan Jalan Rajawali, sekarang Jalan Kutilang), dan Parit Secretaris, serta di sebelah selatan dengan Gevangenis Weg (Jalan Penjara).
Kampung tersebut merupakan gabungan dari Kampung Marianne, kampung sekitar perkantoran pemerintahan, sekitar tembok baru dan Kampung Sungai Jawi.
Kawasan ini sebagian besar didiami oleh penduduk suku Melayu dan Bugis. Pekerjaan masyarakat dikawasan tersebut adalah petani dan pekebun kelapa serta karet.
Kampung itu terdiri dari perumahan pejabat dalam kawasan kantor keresidenan, antara lain rumah residen dan komandan militer, yang sekarang telah menjadi Wisma Tanjung Ria. Selain itu terdapat pula rumah kontrolir dan kepala pelabuhan di hospital weg (Jalan Rumah Sakit, sekarang Jalan Sudirman).
ADVERTISEMENT
Luar kompleks jajaran Jalan Rumah Sakit, di Landraad Weg (Jalan Pengadilan, kini Jalan Jenderal Urip) ada kantor Inspektorat Kepolisian dan rumah kepala Inspektorat Polisi. Selain itu juga ada rumah asisten residen di sudut antara van Boekholtz Weg (jalan Sidas), Muntinghe Weg (jalan Tamar). Nama Boekholtz dan Muntinghe diabadikan dari dua nama utusan kolonial ke Pontianak sekitar 1818 pasca Inggris menduduki.
Selanjutnya, Kampung Darat Sekip sebelah barat dibatasi Jalan Rumah Sakit, sedikit de Steurs Weg, Kerkhof Weg (jalan kuburan, kini Jalan AR Hakim, kerkhof dibangun 1890), Poenggoer Weg (jalan Punggur, jalan RA Kartini sekarang), Manggis Weg (Jalan Manggis), Palem Weg dan Soengai Bangkong Weg, jalan Sungai Bangkong, sekarang Jalan Johar).
Bagian utara dengan Sungai Kapuas Kecil dan Jalan Parit Besar, sebelah timur Darat Weg (Jalan Darat atau jalan Teuku Umar) dan sebelah selatan Jalan Penjara.
ADVERTISEMENT
Kampung ini merupakan gabungan dari Kampung Cina, Kampung Bali, Kebon Cina, Kampung Darat dan lapangan tembak (Schijfschietterrein). Penamaan Darat Sekip karena pada saat itu posisi semula antara Kampung Darat dan Sekip.
Pemukim kawasan Kampung Darat ini terdiri dari beragam etnik. Kampung Cina dan Kampung Bali sebagian besar adalah pedagang Cina, sedangkan sebagian besar Kampung Darat adalah orang Jawa yang bekerja sebagai petani.
Dalam kawasan tiga perkampungan itu, sampai tahun 1900-an pertengahan terdapat enam sekolah, milik pemerintah maupun partikulir.
Di jalan Biara (Jalan Ir H Juanda) ada Seminari milik Zending di kompleks Katedral, lalu Holland Chinesche Meisjes School di Jalan Kuburan belakang Katedral, Sekolah Rakyat (Indlandsche School) di Muntinghe Weg dan Holland Indlandsche School (HIS) di Muntinghe (Jalan Tamar).
ADVERTISEMENT
Hollands Chinesche School di Balie Weg (jalan Bali di Kampung Bali, kini jalan Sisingamangaraja), ada juga Chinesche School di Societet Weg (jalan Societet kini jalan Bardan, Societet adalah klub elit Eropa dan elit lainnya di Pontianak), dan sekolah anak Eropa (Europeesche School) di Residen Weg, di kawasan kantor residen.
Penulis: Syafaruddin Dg Usman, Peminat Sejarah Kontemporer di Pontianak