Pembakaran Kapal Wangkang: Epilog Sembahyang Kubur

Konten Media Partner
15 Agustus 2019 18:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses pembakaran Kapal Wangkang di kompleks pemakaman Bhakti Suci. Foto: Teri/Hi!Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Proses pembakaran Kapal Wangkang di kompleks pemakaman Bhakti Suci. Foto: Teri/Hi!Pontianak
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Yayasan Bhakti Suci menggelar ritual pembakaran kapal Wangkang di Kompleks Pemakaman Bhakti Suci, Jalan Adisucipto, Kecamatan Sungai Raya, Kubu Raya, Kalimantan Barat, pada Kamis (15/8). Ritual tersebut adalah penutupan dari ritual sembahyang kubur yang dilakukan warga Tionghoa di Kalimantan Barat.
ADVERTISEMENT
Pembakaran kapal Wangkang tersebut merupakan tradisi yang diturunkan oleh leluhur, untuk menghormati arwah sanak saudara yang telah meninggal. Angking, Ketua Panitia Pembakaran Kapal Wangkang, menceritakan Kapal Wangkang merupakan kapal yang digunakan untuk mengangkut masyarakat Tionghoa dari Cina ke Indonesia, khususnya ke Pontianak pada zaman dahulu.
Kapal Wangkang dibakar di kompleks pemakaman Bhakti Suci, untuk mengantarkan arwah para leluhur. Foto: Teri/Hi!Pontianak
"Kapal ini sebetulnya kapal zaman dulu. Kapal ini digunakan untuk bolak-balik mengangkut masyarakat dari Cina ke Pontianak ini. Jadi, kapal ini sudah dari ratusan tahun," terang Angking.
Untuk menghormati dan mengingat leluhur, warga Tionghoa membuat replika kapal Wangkang yang akan dibakar dan menjadi penghujung ritual sembahyang kubur. Pembakaran kapal tersebut diartikan untuk mengangkut arwah yang ada di pemakaman tersebut.
Sebelum proses pembakaran Kapal Wangkang, warga Tionghoa mendoakan para arwah. Foto: Teri/Hi!Pontianak
"Replikanya ini untuk mengangkut arwah yang ada di sini. Artinya mereka datang, terus tidak kembali lagi. Inilah bekal-bekal untuk isi di kapal. Itu bekal perjalanan mereka ke negeri Cina," kata Angking.
ADVERTISEMENT
Ia mengungkapkan, pembuatan replika kapal Wangkang tersebut menghabiskan biaya sebesar Rp 53 juta. Pembuatan replika kapal tersebut menghabiskan waktu satu bulan.
Kapal Wangkang dipenuhi replika boneka dan bekal para penumpang selama perjalanan. Foto: Teri/Hi!Pontianak
"Ritual ini digelar setahun sekali. Kalau sembahyang kubur itu setahun dua kali. Dengan dibakar, artinya mereka mulai berangkat. Sebelum dibakar, didoakan terlebih dahulu," ujar Angking. (hp8)
Replika Kapal Wangkang di kompleks pemakaman Yayasan Bhakti Suci. Foto: Teri/Hi!Pontianak