Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental Anak saat Pandemi Corona

Konten Media Partner
15 Oktober 2020 16:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ibu dan anak. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu dan anak. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental Anak saat Pandemi Corona
Hi!Pontianak - Pandemi corona yang tak kunjung usai mengharuskan anak untuk tetap bersekolah dan belajar dari rumah secara daring. Tentunya, hal ini merupakan kondisi baru yang harus hadapi. Masalah psikologis pada anak pun muncul akibat kondisi belajar dari rumah yang berbeda dengan kondisi belajar saat di sekolah.
ADVERTISEMENT
Psikolog Klinis RSJ Sungai Bangkong, Kalimantan Barat, Umi Kalsum saat melakukan live Instagram dengan Dian Lestari, Ketua PKMB Sekolah Alam Terpadu Cerlang menjelaskan, alasan mengapa kondisi psikologis anak bisa terganggu ketika belajar secara daring.
Salah satu penyebabnya adalah kondisi psikologis anak yang belum stabil, sehingga orang tua harus mengontrol anak saat belajar secara daring selama pandemi corona. Banyak kasus di mana anak menjadi depresi hingga ingin bunuh diri karena merasa lelah dan tertekan.
Faktor ini dapat disebabkan karena orang tua yang tidak dapat mengontrol anak. Sehingga, saat tahu anaknya belum selesai mengerjakan tugas sekolahnya akan memicu kemarahan orang tua kepada anak.
Ilustrasi ibu dan anak sedang bermain di dalam rumah. Foto: Shutterstock
Untuk mengetahui kondisi mental anak mulai terganggu, bisa dikenali dari tanda-tanda, seperti perubahan perilaku dan perubahan emosi. Orang tua harus lebih peka terhadap kondisi anak yang biasanya sering bersosialisasi, namun berubah menjadi pendiam.
ADVERTISEMENT

Komunikasi Orang Tua dan Anak

Komunikasi antara orang tua dan anak sangatlah penting, orang tua harus segara menanyakan kepada anak apa yang sedang terjadi kepadanya? Apakah ada suatu masalah yang ia pendam?
Kondisi belajar secara daring memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain gadget terlalu sering. Biasanya anak cenderung marah ketika orang tua melarangnya untuk bermain gadget. Akibatnya, anak akan lebih menarik diri dari dunia luar karena sudah asyik dengan gadget yang ia pegang.
"Saat belajar secara daring, orang tua mau ndak mau kasih handphone kepada anak. Setelah selesai belajar daring, orang tua lupa untuk mengambil kembali handphonenya, sehingga anak memiliki kesempatan untuk membuka YouTube, bermain game, dan lain-lain," kata Umi Kalsum, saat melakukan live Instagram dengan Sekolah Cerlang, Kamis (15/10).
ADVERTISEMENT
"Oleh karena itu, orang tua harus tegakkan disiplin. Setelah selesai belajar daring, ambil kembali handphone dari tangan anak," timpalnya.
Ilustrasi kedekatan ibu dan anak laki-lakinya. Foto: Shutterstock
Belajar secara daring membuat tugas menjadi menumpuk dan banyak hal yang membuat anak menjadi stres dan depresi. Selain mengontrol anak dengan mendisiplinkan waktu menggunakan gadget, orang tua juga harus memberikan cinta dan kasih sayang kepada anak. Jangan menghukum anak hanya karena ia belum selesai mengerjakan tugasnya, maafkanlah kesalahannya dan jika ia berhasil berikan apresiasi agar ia bisa percaya diri dan merasa termotivasi.
"Jangan membeda-bedakan seorang anak dengan anak lainnya, karena hal itu bisa membuatnya merasa tidak percaya diri. Orang tua juga harus meminta maaf kepada anak jika pernah memarahinya, karena itu akan berdampak kepada masa depan anak," ungkap Umi Kalsum.
ADVERTISEMENT
Lakukanlah komunikasi efektif dengan anak agar mental anak tidak terganggu. Berikan anak kesempatan untuk bercerita lebih banyak tentang segala hal. Orang tua juga harus menjadi pendengar yang baik untuk anak, dengarkan apa yang sedang ia ceritakan dan responlah ceritanya. Juga, berikan perhatian dan waktu untuknya. Jangan memerintahnya dengan kata-kata yang negatif, perintahkan ia dengan kata-kata yang positif dan dapat membuatnya termotivasi.