Pertunjukan Opera Ine Aya’-Suara Samar Rimba Akan Digelar di Pontianak & Jakarta

Konten Media Partner
13 Agustus 2022 13:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Balaan Tuman Ensemble dan World Opera Lab akan menggelar pertunjukan opera. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Balaan Tuman Ensemble dan World Opera Lab akan menggelar pertunjukan opera. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Balaan Tuman Ensemble dan World Opera Lab akan menggelar pertunjukan opera bertajuk Ine Aya’-Suara Samar Rimba. Opera baru ini menceritakan tentang deforestasi di Kalimantan. Opera ini juga merupakan kreasi baru mengenai pohon kehidupan dan penjaganya, Ine Aya'.
ADVERTISEMENT
Ine Aya' sendiri terinspirasi oleh warisan kebudayaan dari masyarakat Kayan, terutama dari epos Takna’ Lawe dan opera Eropa, Ring des Nibelungen. Ine Aya' menceritakan hal-hal yang melewati batasan kebudayaan dan menginspirasi perubahan sikap kita terhadap alam.
Opera ini dipentaskan pertama kali di acara bergengsi, Holland Festival pada 2021 lalu. Tahun ini, pada 19 Agustus 2022, opera ini akan dipentaskan pertama kali di Indonesia di pedalaman Kalimantan, di Desa Datah Diaan tempat masyarakat Adat Kayan Mendalam. Nantinha, akan dilanjutkan oleh beberapa kali pertunjukan di Pontianak dan Jakarta.
Pertunjukan opera Ine Aya’-Suara Samar Rimba akan digelar di Pontianak dan Jakarta. Foto: Dok. Istimewa
Ine Aya’ akan dipertontonkan di periode turbulensi. Pada awal Agustus, Desa Mendalam mengalami banjir besar, terburuk dalam beberapa dekade, kemungkinan besar terkait dengan peningkatan erosi tanah di area tersebut. Gubernur Kalimantan Barat juga berencana untuk menandatangani pakta reforestasi, yang juga disebut dengan FOLU Net Sink 2030.
ADVERTISEMENT
Di dalam opera ini, pohon kehidupan menyimbolkan alam Kalimantan, pohon mitologis yang tumbuh di tengah-tengah dunia. Selain itu, dalam opera ini juga menampilkan musik dari Takna’ Lawe’ yang disandingkan dengan musik ciptaan Wagner. Kedua musik dan drama itu memanfaatkan motif berulang. Opera ini dipentaskan oleh Balaan Tumaan Ensemble, yang memainkan instrumen tradisional seperti sape’ dan kaldii’.