Potret Miris Pendidikan di Perbatasan, Ujian di Atas Bukit Pakai Sinyal Malaysia

Konten Media Partner
13 Oktober 2021 10:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelajar SMPN 4 Nanga Bayan, Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang mengikuti ujian ANBK di puncak Bukit yang berbatasan dengan Malaysia dan menggunakan sinyal Malaysia. Foto: Dokumen Hi! Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Pelajar SMPN 4 Nanga Bayan, Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang mengikuti ujian ANBK di puncak Bukit yang berbatasan dengan Malaysia dan menggunakan sinyal Malaysia. Foto: Dokumen Hi! Pontianak
ADVERTISEMENT
Hi! Sintang - Beredar di media sosial potret pendidikan di daerah perbatasan Kabupaten Sintang-Malaysia yang memprihatinkan.
ADVERTISEMENT
Untuk mengukuti ujian Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK), pelajar SMPN 4 Nanga Bayan, Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalbar, harus naik bukit dan berjalan sangat jauh. Sinyal yang digunakan pun milik provider negara tetangga, Malaysia.
Ajutus, warga Dusun Belubu Desa Nanga Bayan mengatakan, pelajar SMPN 4 Nanga Bayan mengikuti ujian mengggunakan sinyal Malaysia. Baik itu provider Maxis maupun Celcom. “Dari SMPN 4 Nanga Bayan menuju lokasi ujian kurang lebih 10 kilometer. Jika berjalan kaki memerlukan waktu 2,5 jam,” ungkapnya.
Ajutus merupakan salah satu warga yang ikut membantu mempersiapkan tempat untuk pelajar SMPN Nanga Bayan mengikuti ujian di Bukit Empaung. Pada hari Minggu, 10 Oktober 2021, mereka membersihkan tempat untuk ujian di bukit. Kemudian dibuat pondok.
Orang tua murid membangun pondok di puncak Bukit Empaung untuk pelajar SMPN 4 Nanga Bayan, Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang, mengikuti ASBN. Foto: Dokumen Hi! Pontianak
Pondok tersebut beratapkan terpal hijau, meja dibuat dari kayu seadanya. Sementara, kursi mengunakan kayu bulat berukuran besar yang diletakan memanjang.
ADVERTISEMENT
“Inilah tempatnya. Ke sebelah sana, sudah Malaysia. Kami ini pas di perbatasan. Inilah pondok yang kami bikin untuk ujiannya,” kata Ajutus melalui rekaman video yang diterima Hi!Pontianak.
Petrinus Bujong, Kepala SMPN 4 Nanga Bayan, mengungkapkan, kegiatan ANBK terpaksa dilaksanakan di Bukit Empaung, karena tidak tersedianya sinyal di sekolah yang dipimpinnya. “Untuk kegiatan ANBK terpaksa kami laksanakan persis di Bukit Empaung. Bukit persis di perbatasan Indonesia-Malaysia,” ungkapnya.
Ia berharap, pemerintah memperhatikan kondisi jaringan seluler maupun internet yang memadai di perbatasan. “Kami mohon perhatian dari pemerintah pusat, maupun pemerintah terkait, supaya menyediakan jaringan yang memadai. Agar bisa digunakan untuk kegiatan ANBK di tahun-tahun berikutnya,” harapnya.
Ketua Kelompok Informasi Masyarakat Perbatasan, Ambresius Murjani mengungkapkan, Bukit Empaung yang menjadi tempat pelajar SMPN 4 Nanga Bayan melaksanakan ASBN, tidak jauh dari batas Serawak Malaysia, cuma sekitar 3 kilometer saja.
Petrinus Bujong, Kepala SMPN 4 Nanga Bayan bersama siswanya yang mengikuti ujian di puncak bukit. Foto: Dokumen Hi! Pontianak
“Di Nanga Bayan memang sudah dibangun BTS Telkomsel Bakti, namun tidak berfungsi atau dalam keadaan rusak. Makanya, pelajar SMPN 4 Nanga Bayan pergi ke Bukit. Mereka ujian menggunakan sinyal Malaysia Maxis atau Celcom,” ungkap Murjani.
ADVERTISEMENT
Murjani bercerita, untuk membantu pelaksanaan ASBN pelajar SMPN 4 Nanga Bayan di Bukit Empaung, orang tua murid lebih dulu membersihkan tempat dan menyiapkan pondok pada hari Minggu.
Setelah itu, orang tua murid ada yang bermalam di bukit. Ada juga sebagian yang pulang ke Nanga Bayan. “Mereka yang pulang itu untuk membantu guru-guru untuk membawa peralatan untuk ASBN. Seperti genset dan peralatan lainnya. Pada hari Senin pagi, pelajar berangkat ke Bukit Empaung untuk mengikuti ujian,” jelasnya.
“Pelajar juga bermalam selama satu malam di Bukit itu untuk mengikuti ujian ASBN lagi keesokan harinya. Ada juga pelajar lain yang duluan ikut orang tuanya pada hari Minggu, artinya ia dua malam bermalam di bukit itu,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Ke depan, ia berharap pemerintah membangun tower dengan ukuran besar, agar akses internet dapat digunakan dengan baik. “Jangan bangun tower kecil, ndak ada guna. Bagaimana mau meningkatkan SDM masyarakat perbatasan? Ujian jak masih pakai sinyal Malaysia,” katanya.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sintang, Lindra Azmar mengatakan bahwa pihaknya terus mendorong pemerintah memenuhi kebutuhan jaringan internet untuk pelajar di pedalaman dan perbatasan.
“Betul, inilah salah satu agenda yang sedang diikuti rapat di provinsi. Yaitu program penguatan sarana pembelajaran jarak jauh seperti pemenuhan jaringan internet dan listrik. Untuk itu para dinas pendidikan mendorong agar pemerintah instansi terkait bersatupadu meningkatkan sinyal internet dan jaringan listrik sampai ke area persekolahan, dan ini oerlu komitmen stakeholder pemangku kepentingan,” jelasnya.
ADVERTISEMENT