Seekor Pesut Ditemukan Mati di Perairan Kendawangan, Kalbar

Konten Media Partner
24 Oktober 2022 16:57 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Finless porpoise ditemukan mati di perairan Dusun Kelapa Enam, Desa Mekar Utama, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang. Foto: Pokdarwis Cempedak Jaya
zoom-in-whitePerbesar
Finless porpoise ditemukan mati di perairan Dusun Kelapa Enam, Desa Mekar Utama, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang. Foto: Pokdarwis Cempedak Jaya
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hi!Ketapang - Seorang nelayan menemukan seekor finless porpoise yang sudah mati di perairan Dusun Kelapa Enam, Desa Mekar Utama, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang, Kalbar, Minggu, 23 Oktober 2022.
ADVERTISEMENT
Untuk diketahui, finless porpoise adalah jenis lumba-lumba yang tidak memiliki sirip. Dengan nama ilmiah Neophocaena phocaenoides, ia termasuk ke dalam ordo Cetacea, subordo Odontoceti dan famili Phocoenidae.
Finless porpoise ini terbilang hewan yang unik karena memiliki kemiripan dengan dugong yang tak bersirip, tetapi termasuk ke dalam ordo Cetacea (lumba-lumba).
Berdasarkan laporan Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Cempedak Jaya, Hartono, yang selama ini bertugas memonitoring dugong di sekitar Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) Taman Pulau Kecil (TPK) Kendawangan, menyebut saat ditemukan mamalia laut tersebut sudah mati dan kondisi tubuhnya mulai membengkak.
Kendati demikian, secara visual masih terlihat cukup segar. Ditandai kulit tampak masih utuh 95 persen. Belum mengelupas dengan sejumlah luka bekas gigitan satwa liar di beberapa bagian tubuhnya.
ADVERTISEMENT
"Pesut tak bersirip ini pertama kali ditemukan oleh Pak Riyan, nelayan asal Dusun Kelapa Enam, tak jauh dari kawasan dusun tempatnya mencari ikan," kata Hartono, Senin, 24 Oktober 2022.
Ia mengatakan, finless porpoise yang sudah mati tersebut kemudian dibawa ke pantai dan dilaporkan ke Pokdarwis Cempedak Jaya. Riyan dan warga sekitarnya mengakui bahwa lebih dari satu satwa serupa sering terlihat di sekitar kawasan yang sama, namun baru kali ini ditemukan dalam kondisi mati.
Tim Pokdarwis Cempedak Jaya dibantu oleh mahasiswa Ilmu Kelautan FMIPA Untan sebagai peserta program MBKM Yayasan WeBe Konservasi Ketapang tahun 2022. Tim ini juga didampingi petugas dari Lanal Ketapang dan tiba di lokasi pada sore hari untuk melakukan identifikasi morfometri terhadap finless porpoise tersebut.
ADVERTISEMENT
Untuk kepentingan apabila diperlukan nekropsi atau diambil kerangkanya lagi, satwa yang mati tersebut kemudian dikubur di Mako Lanal Ketapang atas izin Danlanal Ketapang Letkol Laut (P) Bambang Nugroho, M.Tr. Opsla yang ikut menyaksikan proses identifikasi dan penguburannya.
Yayasan Webe Konservasi Ketapang melaporkan hasil identifikasi temuan tim kepada DKP Kalbar sebagai pengelola KKP3K TPK Kendawangan dan sekitarnya, serta diteruskan kepada para mitra konservasi kelautan BPSPL Pontianak, PSDKP Pontianak, BKSDA SKW 1 Ketapang, dan YIARI.
Berdasarkan hasil pengamatan dan identifikasi satwa tersebut diduga sebagai Indo-Pacific Finless Porpoise (neophocaena phocaenoides) dengan ukuran panjang total 130 cm, dan lingkar badan 88 cm. Satwa ditemukan dalam Kode 3 (adanya pembengkakan). Koordinat lokasi saat pemeriksaan 2°26’36.9″S, 110°10’9.4″E.
Tim Pokdarwis Cempedak Jaya dibantu mahasiswa Ilmu Kelautan FMIPA Untan sebagai peserta program MBKM Yayasan WeBe Konservasi Ketapang tahun 2022 dan petugas dari Lanal Ketapang melakukan identifikasi terhadap finless porpoise. Foto: Pokdarwis Cempedak Jaya
"Pesut tanpa sirip masuk ketegori mamalia yang dilindungi negara dan keberadaannya terancam punah," ungkap Direktur Yayasan Webe Konservasi Ketapang, Setra Kusumardana.
ADVERTISEMENT
Yayasan Webe Konservasi Ketapang mencatat sepanjang 2020-2022 ada tiga kasus kematian pesut (diduga orcaella brevirostris) dan satu kasus pesut tanpa sirip (neophocaena phocaenoides) di sekitar KKP3K TPK Kendawangan, dua di antaranya terjadi pada 2022.
"Meningkatnya insiden kematian pesut di sekitar kawasan ini perlu menjadi perhatian para pihak. Termasuk penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab meningkatnya kematian mamalia laut yang terancam punah ini di Kendawangan," kata Setra.
Padahal, kata Setra, wilayah Selatan Kendawangan sudah diapit oleh dua kawasan konservasi, yakni Cagar Alam Muara Kendawangan dan KKP3K TPK Kendawangan.
"Mungkin sudah ada perubahan keseimbangan ekosistem perairan sungai dan laut di kawasan Kendawangan yang dipicu oleh peningkatan aktivitas masyarakat, meluasnya kawasan perkebunan di hulu Sungai Kendawangan, dan peningkatan angkutan bahan tambang serta industri lainnya di sekitar kawasan," paparnya.
ADVERTISEMENT
Setra mengatakan, hal ini perlu dikaji lebih intensif untuk dapat mencegah punahnya beberapa jenis mamalia air langka, terutama pesut dan dugong.
Yayasan Webe Konservasi Ketapang bersama mitra kelautan di Kalbar berupaya meningkatkan upaya penyadartahuan akan pentingnya pelestarian lingkungan hidup baik di darat, sungai, dan laut.
Setra menjelaskan bahwa semua itu dilakukan demi menjaga keberadaan mamalia air tetap lestari di wilayah Kendawangan. "Dengan demikian bisa membawa manfaat bagi kehidupan masyarakat Kendawangan," pungkasnya.