Semangit: Perkampungan di Sudut Danau Sentarum, Kalimantan Barat

Konten Media Partner
13 Maret 2019 14:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kampung Semangit di muara sungai Leboyan, yang membelah Taman Nasional Danau Sentarum. Foto: Herman SP
zoom-in-whitePerbesar
Kampung Semangit di muara sungai Leboyan, yang membelah Taman Nasional Danau Sentarum. Foto: Herman SP
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak – Sabran mengurangi kecepatan speedboat-nya saat memasuki muara Sungai Leboyan yang membelah Danau Sentarum. Di tempat itu ada peraturan tak tertulis yang disepakati bersama: pengguna speedboat harus mengurangi kecepatan saat memasuki permukiman warga.
ADVERTISEMENT
Peraturan itu diberlakukan untuk menghindari riak air yang dihasilkan baling-baling mesin speedboat mengguncang tiang-tiang rumah di perkampungan Dusun Semangit. Perkampungan kecil itu dihuni 92 kepala keluarga yang sangat jarang menginjakkan kakinya ke daratan.
Geliat kehidupan hanya ramai diwaktu petang, pagi dan siang para pria pergi mencari ikan ditengah danau sentarum. Foto: Herman SP
Rumah-rumah panggung warga menjulang tinggi. Jalan penghubung satu rumah dengan yang lain dibuat menggunakan papan. Semua warga perkampungan itu berprofesi sebagai nelayan dan menjalani hidup di atas air dengan bergotong-royong. Mereka mengelola listrik dan air bersih bersama yang hanya digunakan saat malam hingga dinihari.
Liswati (47 Tahun) generai ke-empat yang menghuni perkampungan diatas air, Dusun Semangit. Foto: Herman SP
Geliat kehidupan di kampung itu tampak sepi saat pagi hingga petang karena banyak warga mencari ikan. Sementara sejak sore menjelang malam atau selepas magrib, para warga masuk ke rumah mereka masing-masing.
“Kalau siang sepi. Para laki-laki masih di danau, bongkar pasang jaring, atau mengambil madu di hutan bakau,” kata Liswati, seorang warga setempat, Selasa (12/3).
Anak-anak Kampung Semangit berangkat sekolah menggunakan sampan. Foto: Herman SP
Liswati merupakan generasi ke-4 yang sudah tinggal di perkampungan Dusun Semangit. Dia kini sudah memasuki usia 47 tahun. Menurut Liswati menuturkan mayoritas warga di perkampungan itu hanya bersekolah hingga tingkat Sekolah Menengah Pertama, hanya sebagian kecil yang melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas.
ADVERTISEMENT
“Yang penting bisa membaca, menulis, dan berhitung. Biar enggak gampang dibohongi orang luar,” ucap Liswati sambil terkekeh. (Hp4)