Siswa Ujian di Puncak Bukit, Murjani: Tak Ada Sinyal Malaysia, Tak Bisa ANBK

Konten Media Partner
14 Oktober 2021 19:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga membersihkan ladang di Bukit Empaung untuk dijadikan lokasi ANBK siswa SMPN 4 Ketungau Hulu di Desa Nanga Bayan. Foto: Dokumen Hi! Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Warga membersihkan ladang di Bukit Empaung untuk dijadikan lokasi ANBK siswa SMPN 4 Ketungau Hulu di Desa Nanga Bayan. Foto: Dokumen Hi! Pontianak
ADVERTISEMENT
Hi! Sintang - Ketua Kelompok Informasi Masyarakat Perbatasan (KIMTAS) Kabupaten Sintang, Ambrosius Murjani, mengungkapkan, lokasi siswa SMAN 4 Ketungau Hulu menggelar Assesment Nasional Berbasis Komputer (ANBK) di Bukit Empaung adalah ladang warga Desa Nanga Bayan, Kecamatan Ketungau Hulu.
ADVERTISEMENT
"Bukit Empaung merupakan tempat warga berladang. Saat ini belum ditanami padi. Ada 91 KK yang punya usaha di sana," ungkap Murjani pada Hi!Pontianak, Kamis 14 Oktober 2021.
Siswa sekolah tersebut terpaksa mengikuti ANBK di puncak Bukit Empaung karena tempat itu bisa mengakses internet dengan lancar. Jaringan internet yang digunakan adalah provider Malaysia. ANBK berlangsung di tenda sederhana beratap terpal dengan meja dari kayu. Kursinya memanfaatkan kayu bulat yang diletakkan memanjang.
"ANBK di Bukit Empaung dilakukan karena terpaksa. Inilah yang kita sayangkan. Karena banyak program pendidikan pemerintah pusat tidak didukung dengan infrastruktur di pedalaman. Salah satunya listrik dan jaringan internet,” katanya.
Ketua KIMTAS Sintang, Ambrosius Murjani. Foto: Yusrizal/Hi! Pontianak
“Pelaksanaan ANBK kan harus menggunakan jaringan internet. Nah, di SMPN 4 Ketungau Hulu tidak bisa. Karena tower mini di Desa Nanga Bayan saat itu mengalami gangguan. Sehingga kepala sekolah mengambil keputusan bersama orang tua murid, supaya ANBK tidak gagal maka dilaksanakan di Bukit Empaung,” katanya.
ADVERTISEMENT
Penggunaan jaringan internet dari provider Malaysia bukannya tanpa alasan. Bukan pula membanggakan sinyal dari Negeri Jiran.
“Karena, hanya sinyal provider Malaysia lah yang bisa kita gunakan. Kalau tidak ada sinyal Malaysia, kita tidak bisa melaksanakan ANBK. Ini yang penting. Sementara jarak ke kota kecamatan yakni Senaning cukup jauh, yakni sekitar 57 kilometer,” ungkap Murjani.
Nanga Bayan adalah salah satu desa di Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang, yang berbatasan langsung dengan Serawak, Malaysia. Meski berada di beranda depan NKRI, selain tidak bisa mengakses internet, Nanga Bayan juga tidak memiliki fasilitas listrik negara.
"Listrik dari negara tidak ada. Penerangan mengandalkan kemampuan pribadi masing-masing warga. Baik itu menggunakan panel surya maupun genset pribadi," ungkapnya.
ADVERTISEMENT