Warga Ketapang, Kalbar, Selamatkan Bayi Orang Utan yang Tersesat

Konten Media Partner
12 Desember 2019 16:12 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bayi orang utan yang ditemukan di tepi hutan konsesi perusahaan HTI dirawat oleh warga. Foto: Dok. IAR
zoom-in-whitePerbesar
Bayi orang utan yang ditemukan di tepi hutan konsesi perusahaan HTI dirawat oleh warga. Foto: Dok. IAR
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Seekor bayi orang utan jantan berusia kurang dari 1 tahun ditemukan Idarno, warga Dusun Benatu, Desa Limpang, Kecamatan Jelai Hulu, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Kalbar), Sabtu (7/12). Bayi orang utan tanpa induknya itu ditemukan di tepi hutan konsesi perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI).
ADVERTISEMENT
Menyadari bahwa orang utan adalah satwa dilindungi, Idarno menyerahkan orang utan ini ke Kepala Desa untuk selanjutnya diserahkan ke pihak berwenang. Kepala Desa kemudian melaporkan kasus penemuan ini ke IAR Indonesia dan BKSDA Kalbar. Laporan diteruskan kepada tim Orang Utan Protection Unit (OPU) IAR Indonesia untuk melakukan verifikasi.
Menindaklanjuti laporan hasil verifikasi, tim gabungan Wildlife Rescue Unit (WRU) Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I Ketapang dan IAR Indonesia menerjunkan tim untuk menjemput bayi orang utan tersebut, pada Senin (9/12).
Kepala Desa Limpang, Rono Reagen, mengaku pihaknya memahami bahwa orang utan termasuk satwa dilindungi. “Sebelumnya saya juga sudah mengimbau kepada warga di sini mengenai satwa-satwa apa saja yang tidak boleh diburu dan dipelihara oleh warga,” ucapnya.
Aben akan menjalani masa karantina selama 8 minggu sebelum bisa bergabung dengan orang utan lainnya. Foto: Dok. IAR
Oleh Rono, bayi orang utan jantan berusia kurang dari 1 tahun itu dititipkan ke warga bernama Aben untuk dirawat. Kemudian, oleh warga, bayi orang utan tersebut diberi nama Aben.
ADVERTISEMENT
Ketika ditemukan oleh warga, bayi orang utan ini mengalami demam, tetapi masih aktif dan masih mau makan. Aben diberi susu formula, selain itu diberi makan nasi dan buah-buahan. Selama dirawat, Aben diletakan di dalam rumah dengan keranjang dan selimut.
Aben diduga mengalami demam karena suhu tubuhnya masih cukup tinggi. Saat ini Aben dibawa ke IAR Indonesia di Desa Sungai Awan, Kabupaten Ketapang, yang memiliki fasilitas pusat rehabilitasi satwa, untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
Aben akan menjalani masa karantina selama 8 minggu sebelum bisa bergabung dengan orang utan lainnya. Selama masa ini, Aben akan menjalani pemeriksaan secara detail oleh tim medis IAR Indonesia. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan Aben tidak membawa penyakit berbahaya yang bisa menular ke orang utan lainnya di pusat rehabilitasi IAR Indonesia.
Tim gabungan WRU BKSDA Kalbar SKW I Ketapang dan IAR Indonesia menerjunkan tim untuk menjemput bayi orang utan. Foto: Dok. IAR
Pemahaman dan kesadaran warga masyarakat untuk melestarikan orang utan dan melaporkan perjumpaan sudah bisa dirasakan. Di Ketapang sendiri, jumlah orang utan pemeliharaan yang di-rescue oleh BKSDA dan IAR di tahun 2019 sudah jauh menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Karmele L. Sanchez, Direktur Program IAR Indonesia mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi fakta bahwa masyarakat Kabupaten Ketapang sudah sangat sadar dan mengerti bahwa orangutan adalah aset dan perlu dilestarikan. Sehingga jumlah orang utan yang dipelihara semakin menurun.
“Target kita adalah suatu saat tidak ada lagi orang utan yang perlu diselamatkan. Kalau hal ini dapat terwujud, Ketapang akan menjadi contoh dan kebanggaan untuk seluruh dunia, karena orang utan adalah spesies yang diperhatikan secara global,” ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima Hi!Pontianak, Kamis (12/12).
Kepala BKSDA Kalbar, Sadtata Noor Adirahmanta turut mengapresiasi tindakan warga desa Limpang. “Apresiasi kami berikan kepada warga masyarakat atas kesadarannya melaporkan dan menyerahkan temuan satwa liar dilindungi kepada aparat berwenang. Memang sudah semestinya bahwa upaya-upaya konservasi melibatkan peran masyarakat sebagai ujung tombak guna mewujudkan pelestarian satwa liar yang optimal,” tuturnya.
Bayi orang utan yang diberi nama Aben. Foto: DOk. IAR
ADVERTISEMENT