Wendi Raih Penghargaan dari Putri Kerajaan Inggris

Konten Media Partner
10 Mei 2019 20:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Wendi Tamariska, pegiat lingkungan dari Yayasan Palung yang menerima penghargaan dari Putri Anne di Gedung Royal Georgaphical Society London. Foto: Dok Hi!Pontianak
Hi!Pontianak - Pemuda asal Kalimantan Barat, Wendi Tamariska, dari Yayasan Palung (YP) meraih penghargaan Whitley Award 2019 atas dedikasinya di bidang konservasi dan lingkungan. Penghargaan tertinggi di bidang konservasi itu diterimanya langsung dari Putri Kerajaan Inggris, Princess Anne, selaku Patron Whitley Fund for Nature, di Gedung The Royal Geographical Society London, Rabu (1/5).
ADVERTISEMENT
Namun yang menjadi prihatin dan sedikit sedih, saat pidatonya Wendi mengatakan tidak adanya perwakilan negara Indonesia yang mendampinginya kala itu. Padahal para nominator lain semuanya didampingi Duta Besar masing-masing, atau paling tidak utusannya.
Wendi Tamariska, pegiat lingkungan dari Yayasan Palung berbicara dalam forum Patron Whitley Fund for Nature di Gedung The Royal Geographical Society London. Foto: Dok Hi!Pontianak
"Intinya saya merasa sedih. Kita di tempat orang. Ketika orang lain sangat menghargai kita, tapi justru tidak ada perwakilan (pemerintah Indonesia) kita di situ," ungkap Wendi.
Wendi menjadi satu dari enam orang dari beberapa negara yang mendapat penghargaan Whitley Award 2019 di London, Inggris. Setelah sebelumnya ada 100-an nominator dari 55 negara di dunia yang masuk seleksi pihak penyelenggara.
Wendi juga menjadi satu-satunya penerima penghargaan dengan latar belakang pendidikan Strata 1. Sementara kelima nomintor lain semuanya bergelar profesor dan doktor.
ADVERTISEMENT
Wendi Tamariska, pegiat lingkungan dari Yayasan Palung bersama nominator lain pada forum Patron Whitley Fund for Nature di Gedung The Royal Geographical Society London. Foto: Dok Hi!Pontianak
Wendi dinilai sukses melindungi orangutan dan hutan hujan, melalui program mata pencarian berkelanjutan di bentang alam kawasan Taman Nasional Gunung Palung, Kabupaten Ketapang dak Kayong Utara.
Sejak 2010 ia mulai mengajak masyarakat lokal untuk memanfaatkan hasil hutan bukan kayu (HHBK), dan menjadi penghasilan alternatif yang berkelanjutan, tanpa merusak hutan dan habitat orangutan.
Dia juga berhasil merangkul masyarakat, seperti para pengrajin tikar pandan, melalui kelompok binaan, yakni kelompok pengrajin. Masyarakat sebagai pengrajin akhirnya berhasil mengkreasikan anyaman dari bahan baku pandan, menjadi berbagai kreasi. Seperti di antaranya tikar, dompet, tas kecil, tas laptop, tempat tisu, tempat untuk nenyimpan pulpen dan pensil. Ada pula tempat atau wadah untuk menyimpan charger handphone, gantungan kunci dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Setelah menjadi pengrajin tikar, masyarakat di sana akhirnya tidak lagi menjadi penambang batu. Tidak hanya itu, Wendi juga berhasil membina para petani lokal untuk mengolah lahan yang potensial atau lahan tidur, untuk ditanami dengan berbagai tanaman dengan pola tanam yang ramah lingkungan.
"Para petani binaan berhasil menggarap lahan mereka dengan menanam aneka tanaman, seperti sayuran, tebu, cabe, dan terong. Petani juga menanam bibit durian dan bibit lokal lainnya. Beberapa dari petani sebelum dirangkul dan dibina, mereka adalah perambah hutan," ungkap Wendi.
Atas minimnya dukungan dari Pemerintah, Kamis (9/5), Wendi mendatangi Presiden Majelis Adat Dayak Nasional (MADN), Cornelis, untuk meminta dukungan dengan harapan, jika ke depan ada lagi putra daerah yang mendapat penghargaan serupa, maka bisa lebih dihargai oleh pemerintah.
ADVERTISEMENT
Wendi tidak hanya mengharumkan nama daerah. Wendi juga telah berhasil membawa nama negara Indonesia di tingkat dunia. Dia menjadi orang Indonesia keempat dan orang Kalimantan pertama yang pernah meraih penghargaan tersebut.
"Selaku Presiden MADN kami mendukung. Tapi karena kami juga tidak punya dana, ya dukungannya dengan memperjuangkan mereka (para pegiat konservasi), apa yang sudah mereka lakukan harus dinilai positif," ungkap Cornelis, yang juga mantan Gubernur Kalimantan Barat. (hp8)